Part 27

1.4K 187 36
                                    

Setelah kejadian pagi itu, mereka sarapan bersama lalu Pras berangkat ke kantor. Diana diajak tetapi dia menolak karena ingin membuka semua hadiah yang semalam ditunjukan padanya.

"Yakin tidak mau ikut?"

Diana menggeleng, "Aku mau membuka semua hadiah itu, masih penasaran dengan isinya."

"Baiklah, selain membuka kado luangkan waktumu untuk istirahat."

"Istirahat?"

Pras mengangguk sambil mengedipkan matanya, membuat Diana paham. "Dasar om mesum."

"Kelihatannya aku harus membeli pengaman satu dus besar."

"Mas Pras teruskan menggodaku, aku akan pindah ke kamar tamu nanti malam dan mengunci pintunya."

"Lupa jika aku memiliki semua kunci pintu di penthouse ini?"

Diana mengerucutkan bibirnya, tetapi saat melihat tatapan Pras dia kembali memasang wajah normal, tentu saja sebelum Pras menciumnya seperti yang biasa dia lakukan ketika bibirnya mengerucut.

Pras tertawa, "Baiklah aku tidak akan menggodamu. Nanti siang mau makan apa? Biar aku pesankan?"

"Tidak perlu. Bahan di kulkas masih ada, nanti aku akan masak sendiri saja sekalian masak untuk makan malam. Mas Pras biasa pulang jam berapa?"

"Biasa aku pulang diatas jam 9 atau menginap di kantor jika pekerjaanku belum selesai, tapi selama kamu di sini aku akan pulang sebelum jam 7."

"Mengapa?"

"Mana mungkin aku meninggalkamu sendiri di sini? Tidak tega."

Diana tertawa, "Tapi kalau pekerjaan mas Pras belum selesai, selesaikan saja dulu, tidak perlu memikirkanku karena aku bisa mencari kegiatan sendiri."

"Aku tahu, tapi mana tega aku membiarkanmu sendiri. Apalagi setelah ini kamu harus pulang ke Surabaya. Aku harus menggunakan waktu tersisa ini dengan sebaik-baiknya, selain itu setelah kamu kembali pasti waktuku hanya bisa kuhabiskan untuk pekerjaanku."

"Mengapa aku mendengar nada keluhan yang sebelumnya tidak pernah terdengar?"

"Setelah semalam, bagaimana aku bisa tidak mengeluh?"

"Katanya tidak akan menggodaku lagi, mengapa kembali ke topik yang sama?"

"Siapa yang memancingnya?"

"Sudah mas Pras cepat berangkat ke kantor, aku yang bereskan semuanya."

Pras bangkit berdiri, menghampiri istrinya untuk memberi ciuman seperti biasanya, "Aku memang harus berangkat sekarang, karena mau mampir membeli pengaman dulu." Kata Pras sambil tertawa, apalagi melihat tatapan kesal dengan wajah merona istrinya.

"Mas Pras mesummmm...." Teriakan Diana hanya disambut tawa oleh Pras yang sudah meraih jasnya.

Sekesal-kesalnya dan semalu-malunya Diana tetap saja dia ikut berdiri untuk mengantarkan suaminya sampai di depan pintu, sebagai istri yang baik tentu saja dia harus tetap melakukan kebiasaannya.

***

Diana tertawa melihat isi kado-kado yang disiapkan oleh Pras untuknya. Pras menyiapkan sesuai dengan usianya jadi ada jepit rambut, alat menggambar, boneka, buku catatan dan semakin usianya bertambah dan tentu saja saat itu Pras sudah mulai memiliki penghasilan, kadonya juga berubah bukan hanya nilainya tapi juga jenis barangnya.

Anting-anting, gelang, dompet bermerk, dan saat usianya yang ketujuh belas, Pras menghadiahi dirinya tas bermerk yang langsung digoogle oleh Diana untuk memastikan harganya. Nominal dan catatan yang tertulis di sana membuat mata Diana terbelalak, gara-gara nominal dan catatan jika tas itu adalah edisi khusus dan terbatas, Diana menggoggle perhiasan dan barang-barang kecil lainnya yang jika dihitung saat itu perusahaan Pras sudah mulai berdiri.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang