Part 26

1.3K 183 36
                                    

Pras membawa Diana ke ruang kerjanya, tentu saja setelah mereka makan malam dan membereskan dapur bersama-sama.

"Jangan katakan, mas Pras mau menunjukkan berapa nilai saham yang kumiliki dan mengajarkan bagaimana cara menilai investasi." Diana sudah sering melihat Pras bekerja jadi sedikit-sedikit dia paham walau dia mengatakan tidak tertarik tetapi apa yang dikatakan Pras padanya soal dia setidaknya harus memahami walapun hanya sedikit, membuat dia mendengarkan atau mengamati saat Pras bekerja.

Pras tertawa, menepuk kepala istrinya, "Apakah isi di dalam sini hanya resep?"

Diana tertawa, "Hanya kasihan kalau disuruh mikir yang rumit dan berat. Jadi kalau bukan itu, apa yang mau mas Pras tunjukkan padaku?"

Pras merangkul Diana, mengajaknya menuju lemari yang ada di salah satu dinding di ruangan itu, lemari itu terkunci dengan kunci digital.

"Tanggal lahirmu."

"Apa isinya? Mengapa menggunakan tanggal lahirku?"

"Buka saja."

Diana menekan tombol dengan tanggal lahirnya, bukannya membuka pintu dengan lebar, sebaliknya dia hanya membuka kecil dan mengintip isinya membuat Pras tertawa.

"Mana kelihatan." Kata Pras.

"Takut ada bom." Jawab Diana asal sambil membuka pintu lemari dengan lebar dan matanya langsung membesar melihat isi lemari yang berisi kotak berbagai ukuran dibungkus kertas kado.

"Kado siapa sebanyak ini?"

"Kadomu. Semua kado yang setiap tahun kusiapkan untukmu selama 18 tahun tanpa bisa memberikannya padamu. Kado ulang tahun dan kado perayaan hari-hari penting lainnya, disetiap kado ada kartu ucapan dan tanggalnya."

Diana diam, dia mengambil salah satu kado membaca tanggalnya dan bergeser untuk mencari kado pertamanya. Kelihatannya lemari satu panel tersebut memang disiapkan untuk diisi kado-kado untuknya, karena kado-kado tersebut telah disusun berdasarkan urutan tahun.

Diana mengambil kado ulangtahunnya yang pertama, "Boleh kubuka?"

"Bukalah, semua ini milikmu."

Diana membukanya dan tersenyum ketika melihat sepatu bayi perempuan yang lucu, matanya mulai berkaca-kaca.

"Bukan barang mahal karena aku membelikannya dengan menabung dari uang jajanku. Tentu saja sebagian dari barang-barang ini aku tahu tidak akan bisa kamu gunakan sekarang, tetapi saat-saat menyiapkan dan memikirkan kado untukmu adalah hal yang menyenangkan walau aku tahu kado itu belum bisa kuberikan padamu."

***

Mata Diana yang berkaca-kaca mulai menitikan air mata, dia sama sekali tidak menyangka jika Pras begitu menyayanginya, bahkan bisa dikatakan saat itu usianya baru 11 tahun tetapi rasa sayangnya pada dirinya sudah lebih dari yang Diana bisa bayangkan.

Saat itulah Diana menyadari jika hatinya telah dimiliki oleh Pras bukan karena wasiat eyangnya tetapi karena dia sudah menyukai pria yang sekarang telah menjadi suaminya, walau pertemuan mereka secara nyata masih dalam hitungan bulan.

Bertemu dengan pria yang begitu setia, menyukai dan mencintainya membuat Diana bahagia. Kebahagiaan yang dia rasakan terutama karena akhirnya dia menemukan jawaban dari pertanyaan hatinya mengenai 'Apakah dia bisa mencintai Pras?' membuatnya langsung berbalik dan memeluk pria yang telah berhasil membuatnya merasakan cinta untuk pertama kalinya dan tentu saja juga menjadi yang terakhir.

"Mengapa menangis?" Pras tentu saja menyadari airmata Diana yang menetes, hal yang membuatnya kebingungan.

Diana melepaskan pelukannya dan hal yang membuat Pras semakin terkejut adalah Diana berjinjit untuk menciumnya, ciuman yang dirasa Pras berbeda, karena jika biasa dia mencium Diana dengan lembut kali ini ciuman Diana terasa menuntut.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang