Part 44

1.2K 183 7
                                    

Jika bukan karena kesibukan pekerjaannya, Pras pasti sudah curiga dengan tingkah Diana. Laporan dari orang yang mengawasi istrinya memang dikatakan istrinya bergadang dan setelah itu tidak keluar rumah. Pras sudah terbiasa mendengar informasi jika istrinya hanya di rumah karena dia tahu kebiasaan istrinya.

Ditambah dia harus melakukan perjalanan pulang pergi ke Seattle, dia semakin tidak memiliki waktu merasa kesal dengan istrinya yang lebih memilih menikmati waktu libur sebelum kembali sibuk dengan menonton drama kesukaannya.

"Masih ada dua jam sebelum pertemuan di mulai, 1 jam ke depan aku tidak ingin diganggu." Pras memberi perintah pada Drew begitu dia keluar dari lift, dia ingin menggunakan waktu 1 jam untuk menghubungi istrinya, melepas kerinduan sekaligus lelahnya.

Pras membuka pintu ruangannya, menutup pintu dan melangkah dengan cepat menuju meja kerjanya. Saat dia melewati sofa, hidungnya mencium aroma yang sangat dikenalnya, bahkan juga dia rindukan, aroma itu membuat dia berbalik dan matanya langsung terbelalak ketika melihat siapa yang sedang tertidur di sana.

Dengan cepat dia menghampiri sofa, berlutut dan mendekatkan wajahnya untuk mengamati sekaligus memastikan jika matanya tidak salah dan dia tidak sedang bermimpi atau berhalusinasi.
Saat itulah mata wanita yang tertidur itu terbuka, berkedip dua kali sebelum tersenyum dan berkata, "Akhirnya mas Pras kembali juga."

Diana mengubah posisinya menjadi duduk, melihat suaminya masih terdiam dia tertawa, "Katanya merindukanku, mengapa sekarang aku diabaikan?"

Pras ikut duduk dan tanpa ragu menarik tengkuk Diana untuk menyatukan bibir mereka. Pras masih terkejut, banyak pertanyaan di dalam benaknya mengenai keberadaan istrinya di kantornya tetapi hal itu bisa ditunda, dia lebih merindukan bibir istrinya sekaligus untuk memastikan jika dia tidak sedang bermimpi.

Kelihatannya ciuman saja tidak cukup, sekarang posisi Diana sudah kembali tidur di sofa dengan kaki menjuntai dan Pras sudah menjelajah dua bukit kembar istrinya dengan bibirnya. Pras tahu dia hanya punya waktu singkat tetapi dia dan Diana sudah terlanjur menikmatinya jadi pilihannya adalah bercinta dengan cepat. Pras melepas ciumannya, melihat mata Diana yang penuh gairah dia menunduk, berbisik sambil menggigit ringan telinga istrinya.

"Tunggu sebentar." Pras mengunci pintu kantornya dan mengirim pesan kilat pada Drew untuk tidak diganggu selama dua jam ke depan, tentu saja dia tidak lupa mengambil barang yang penting yang tersembunyi di dalam lacinya sebelum kembali pada Diana.

Pras tersenyum melihat posisi Diana yang sama sekali tidak mengubah posisinya sejak dia tinggalkan tadi, dua bukit kembar istrinya terbuka lebar, membuat adik kecil Pras yang sedari tadi sudah bangun, kembali mengeras dan tanpa membuang waktu lagi, Pras kembali mencumbu istrinya, melanjutkan aktifitas yang tertunda atau lebih tepatnya menyelesaikan aktifitas yang tadi dimulainya.

***

"Sebenarnya yang kangen sama aku itu, adik kecilnya mas Pras atau mas Pras? Baru datang, masih jetlag sudah digarap."

Diana walau mengomel, sorot matanya terlihat puas. Mereka sedang merapikan pakaian mereka, tepatnya Pras yang sudah selesai merapikan kemeja dan celananya, sedang merapikan pakaian istrinya yang masih telihat lelah.

"Tentu saja kami berdua sama-sama merindukanmu. Dua bulan lebih, hanya bisa melihat tanpa bisa merasakannya, wajar saat bertemu langsung lupa diri."

Diana memukul ringan paha Pras, "Tidak malu, begitu jujur mengakuinya."

"Untuk apa malu, aku melakukannya dengan istriku dan aku merindukan istriku sendiri."

"Bagaimana tadi kalau ada yang masuk?"

"Sebelum tahu kamu ada di sini, aku sudah meminta Drew tidak menggangguku selama satu jam karena ingin meneleponmu, tapi karena kamu ada di sini, sewaktu aku mengambil pengaman dan mengunci pintu, aku minta dia tidak menggangguku dua jam ke depan." Pras melihat jam tangannya, "Kita masih ada waktu, katakan mengapa berbohong?"

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang