Part 53

1.2K 190 10
                                    

Diana terbangun, perutnya terasa tidak nyaman. Dengan perlahan dia menurunkan kakinya dari tempat tidur, duduk dan meraih air putih yang diletakkan di meja sebelah tempat tidur untuk meminumnya.

Diana mengelus perutnya, berharap kedua putranya bisa tenang dan tidur kembali, tetapi rasa sakit kembali terasa, rasa sakit yang tidak biasa dia rasakan selama kehamilannya membuat Diana kuatir, tangannya terulur menyentuh tangan Pras.

"Mas..." Panggil Diana.

Sentuhan dan panggilan lirih itu membangunkan Pras, melihat istrinya sudah duduk, Pras ikut terbangun, "Kenapa?"

"Kelihatannya aku mau melahirkan." Jawaban Diana membuat kesadaran Pras menjadi penuh, dengan cepat dia turun dari tempat tidur memutarinya lalu berjongkok di depan Diana.

"Air ketubanmu pecah? Berapa lama jarak kontraksinya?" Diana memukul bahu suaminya yang kelihatannya sudah mempelajari tanda-tanda melahirkan.

"Belum dan kontraskinya juga tidak terlalu dekat jaraknya. Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang."

"Oh...benar.... kita ke rumah sakit." Pras berniat menggendong Diana, tetapi kembali ditahan, "Ganti baju dulu."

Pras langsung sadar, dia masih menggunakan piyamanya, kesadaran itu diikuti dengan kesadaran lainnya, dia menelepon pos keamanan rumahnya untuk minta disiapkan mobil juga supir, setelah itu dia menelepon dokter yang menangani istrinya.

Dokter minta berbicara dengan Diana, Pras mengulurkan teleponnya dan ikut mendengarkan juga menjawab pertanyaan dokter mengenai kondisi Diana, sampai akhirnya dokter mengatakan untuk meminta mereka segera ke rumah sakit.

Jalanan pukul 2 pagi masih sepi, tidak sampai 25 menit mereka tiba di rumah sakit dan durasi kontraksi Diana sudah semakin pendek, saat dipindahkan dari mobil ke kursi roda yang disiapkan perawat, air ketuban Diana pecah, tanpa membuang waktu lagi Diana segera masuk ke ruang bersalin.

Sepanjang perjalanan tadi setiap kali melihat Diana mengalami kontraksi hati Pras terasa sakit, tetapi herannya Diana bisa tetap tenang dan menahan rasa sakit itu.

Sekarang dia hanya bisa menunggu di luar, menunggu sampai pemeriksaan awal Diana selesai atau menunggu sampai diijinkan untuk masuk menemani istrinya.

Pintu terbuka, perawat meminta Pras untuk masuk dan bergabung, "Istri anda akan segera melahirkan, bayinya sudah berada di jalur lahir." Perkataan itu membuat Pras tertegun sejenak, Diana sudah akan memasuki tahap perjuangan hidup dan mati, dia harus segera menemani istrinya.

"Mas Pras...." Suara Diana terdengar oleh Pras menjadi semakin lirih, tidak terlihat keceriaan di mata itu.

Pras mendekat, tangannya langsung menggenggam tangan Diana, "Ya... aku di sini."

"Telepon mami."
"Ya, nanti setelah kamu melahirkan."

Kepala Diana menggeleng, dia kembali mengalami kontraksi. Setelah tenang kembali Diana kembali berkata, "Aku mau dengar suara mami."

Pras langsung paham, dengan cepat dia mengeluarkan telepon genggamnya, menelepon nomor mami Putri yang untung saja dengan cepat diangkat.

"Halo Pras..." Nada kuatir Putri membuat Pras berpikir jika Putri mungkin bisa merasakan jika Diana akan melahirkan.

"Diana akan melahirkan, mi. Dia mau mendengar suara mami." Pras menyalakan mode speaker.

"Mi...."

"Sayang..... kamu sudah di ruang bersalin?"

"Ya....mi....Diana mau minta maaf....." Suara lirih Diana diikuti rintihan karena kontraksinya kembali, membuat Putri dan Pras terharu.

"Ya... mami maafkan, dan kamu harus ingat kamu bisa dan kuat melahirkan mereka berdua. Kamu mau mami temani lewat telepon?"

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang