Part 65

2.8K 195 30
                                    

"Mengapa pulang-pulang sudah kesal?" Tanya Diana pada Ara yang duduk di ruang keluarga dengan wajah kesal.

"Apalagi jika bukan karena adikku tercinta." Ara menunjuk Ken yang melangkah masuk dengan wajah cerah ceria, tanpa merasa telah membuta kesal kakaknya.

Diana menoleh pada Ken dan Ara bergantian, "Kalian berdua pulang bersama?"

Ken mengangguk, "Vion tahu aku akan pulang hari ini. Dia memintaku menjemputnya sekalian untuk pulang bersama."

"Lalu apa masalahnya?" Tanya Diana, dia masih tidak melihat alasan mengapa Ara harus kesal pada adiknya.

Ara menatap tajam pada adik kembar terkecilnya yang balas memandangnya tanpa merasa bersalah sebelum berkata, "Mami tahu dia menjemputku naik apa?"

"Yang pasti tidak naik motor atau mobilnya karena keduanya ada di sini." Jawab Diana.

"Dia menjemputku naik bus, bukan hanya itu dari kampus ke tempat bus dan dari tempat bus sampai rumah dia mengajakku jalan kaki."

Diana menahan tawanya, selalu saja ada ulah dari anak-anaknya yang membuatnya tertawa, walau sekarang mereka sudah dewasa dan tinggal di asrama kampus untuk Ara, Neth dan Ken , sedangkan Vion tinggal di penthousenya mengingat dia sudah mulai berkantor di DP dan Vier juga sama hanya saja sekarang dia banyak tinggal di Seattle untuk meneruskan Conor's menggantikan grandpanya, Fred Conor.

"Vion hanya memintaku menjemputmu dan tidak ada perintah menggunakan apa? Harusnya kamu kesal pada Vion bukan ke aku. Motor dan mobilku keduanya di rumah, hari ini aku pulang juga karena mau mengambil motorku dan di bawa ke kampus."

"Mengapa memilih bus dan bukan taksi?" Protes Ara yang sejak bertemu dengan Ken di depan asramanya dan tahu jika harus naik bus sudah mengabaikan adiknya itu.

"Taksi mahal, uangku habis buat servis dan modif mobil dan motorku." Jawaban asal Ken membuat Diana tersenyum, tahu Ken sengaja membuat Ara semakin kesal dan tahu Ken sedang mengerjai kakaknya.

"Dasar pelit. Nanti kalau kamu pacaran masa mau naik bus atau kereta, terus jalan kaki. Jangan bilang jalan kaki itu romantis."

"Kalau mau pacaran selalu naik mobil dan diantar jemput supir, pacaran saja sama papi."

Senyum Diana langsung hilang, "Mengapa papi ikut dibawa-bawa? Kamu mau punya mami baru?"

Sekarang ganti Ara yang tertawa melihat maminya yang sebelumnya hanya menahan senyum melihat dirinya kesal, sedangkan Ken tetap santai dan berkata, "Siapa yang mau mami baru? Aku bilang pacar dan itu juga harus tergantung papi, mau atau tidak. Lagian memang benar, yang punya banyak mobil papi, supir juga ada."

"Kamu tahu papi punya mobil dan supir, begitu mengapa kamu tidak menelepon minta menjemput kita?" Tanya Ara.

"Pertanyaan yang sama, mengapa kamu tidak menelepon sendiri?" Balas Ken.

"Tunggu dulu sebelum kalian melanjutkan perdebatan, mami masih tidak terima kamu seenaknya mengijinkan papi mencari pacar, kamu tidak menghargai mami sama sekali."

Ken dan Ara menoleh bersama melihat mami mereka yang menatap mereka berdua dengan kesal. Dengan kompak mereka langsung tertawa dan Ara berkata, "Mami meragukan kesetiaan papi? Lupa papi jatuh cinta sama mami waktu berumur berapa dan mami umur berapa? Mana mungkin papi mau mencari pacar atau mami baru buat kami."

"Mami bukan meragukan kesetiaan papi kalian tetapi meragukan kesetiaan kalian, tega sekali mengijinkan papi mencari pacar."

"Bukankah mami sendiri yang mengatakan kesetiaan kami milik pasangan kami, mengapa sekarang mami harus meragukannya?" Pertanyaan Ara membuat Diana semakin kesal.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang