Chapter 3

214 11 0
                                    


Cellyna Calista

Pict by pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pict by pinterest

.........


Di dalam kamar mewah dengan cat dinding berwarna putih kombinasi hitam, terdapat sebuah sofa, satu tempat tidur kingsize, sebuah televisi, playstation beserta perlengkapannya dan dua buah pintu, pintu kamar mandi dan walk in closet.

Remaja sang pemilik kamar itu tengah berbaring di sofa, tangannya yang terangkat memperlihatkan sebuah gelang dengan nama Febbrizia. Ia seolah terhiptonis dengan nama itu sedari tadi mulutnya tidak berhenti berguman menyebutkan nama Febbrizia. Tanpa ia sadari ternyata cowok itu mulai tertarik sama perempuan yang ia kira bernama Febbrizia, perempuan yang Ia temui saat menuju sekolah tadi.

Tok tok

"Al, makan malam dulu nak." Dari balik pintu seorang perempuan yang terlihat awet muda mengetuk pintu dan memanggil sang anak untuk makan malam bersama.

"Iya Mi, bentar lagi Al turun." Ray atau Rayyen itulah nama yang selalu di sebut ketika Ia berada di luar. Tapi saat di rumah, orangtuanya selalu memanggilnya dengan sebutan Al, yang diambil dari nama tengahnya.

Di ruang makan keluarga Ganexra, dua orang pria yang merupakan sepasang ayah dan anak serta satu orang perempuan yaitu sang Ibu. Elvano Rafa Ganexra, kepala keluarga tersebut telah menyelesaikan makan malamnya. Sedangkan sang istri Reyna Arsyila dan putra semata wayangnya masih melanjutkan makan mereka.

"Ehm." Setelah semua sudah menyelesaikan makannya, sang kepala keluarga berdehem untuk memulai pembicaraan. "Al, gimana sekolah hari ini? Apa ada kendala?." Tanyanya kepada sang putra.

Ray menghela nafas pelan. "Gitu deh Pi, yang nurut ada, yang keras kepala ada. Sekarang Al sadar ternyata lumayan cape dan kesal juga harus menghadapi mereka yang nakal."

Reyna tersenyum mendengar jawaban sang anak, begitupun suaminya yang terkekeh pelan setelah mendengarnya. "Itulah alasan kenapa Papi kamu meminta agar kamu menjadi Ketua OSIS sayang. Agar kamu sendiri bisa merasakan susahnya mereka saat menghadapi kamu yang nakalnya minta ampun." Ujar sang Ibu.

"Tapi kan nakal itu keren Mi. Lagipula Al nakalnya juga masih batas normal kok." Sahut sang putra dengan percaya dirinya.

"Normal? Mami gak salah denger kan Pi?." Mami Reyna melihat kearah suaminya.

"Nakal boleh-boleh aja Al, tapi kamu harus tau batasan. Jangan sampai kamu menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas dan perlu kamu ingat jangan pernah mempermainkan seorang perempuan, apalagi sampai merusak mereka." Ujar Papi Elvano.

"Tenang aja Pi, Al akan selalu menghormati perempuan. Al kan sayang sama Mami dan akan selalu menghormati Mami." Jawab Ray dengan senyuman yang terlihat manis. Elvano berdiri, mengusap sebentar rambut putranya setelah itu Ia pergi menuju ke ruang kerjanya untuk mengurus beberapa dokumen yang belum Ia periksa.

FebbriziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang