"Ternyata bener Bas, itu Cellyna." Seru Leon.
"See, benerkan apa yang gue bilang." Seru Giyo tiba-tiba, yang berhasil membuat Nadila menatap tajam pada perempuan yang ada di dekat Rayyen.
'Kalau dengan cara gue bongkar kebusukan Cellyna tidak bisa membuat hubungan mereka kandas, berarti gue harus keluarin kartu AS yang satu.' Ujarnya dalam hati dengan mata yang tak lepas dari Cellyna.
"Kenapa dia ganti model rambut?." Tanya Bastian yang ntah pada siapa.
Netra Cellyna yang awalnya menatap tajam pada Ray saat ini mulai melihat ke arah lapangan. Kedua matanya menyipit untuk melihat dengan jelas siapa perempuan yang ada di antara sahabat-sahabat Ray. Netra hitam kecoklatan itu berputar karena malas, "Nadila, Badila, kenapa si cewek modelan kaya dia harus satu sekolah sama gue." Ujarnya pelan.
Rayyen terkekeh dan menyentil pelan dahi perempuan itu.
"Ih Ray sakit." Kedua mata perempuan itu kembali melotot tajam pada Ray.
"Kamu gak boleh bilang kaya gitu, bisa saja sekolah di sini itu impian dia."
"Bilang aja kamu senangkan bisa satu sekolah sama dia."
"Kok kamu bilang gitu si?."
"Kamu terus-terusan aja belain dia."
"Aku gak belain dia sayang."
"Trus apa?."
Rayyen menatap lekat pada Cellyna, tangannya terangkat untuk merapikan poni rambut perempuan itu. "Kamu udah manis, ada poninya lagi, kan gak lucu perempuan cute tapi marah-marah mulu."
Cellyna terdiam melihat kedua bola mata Ray yang terlihat berseri.
"RAAAYY, JANGAN NGEBUCIN DULU LAH, BENTAR LAGI BEL BUNYI."
Teriakan Leon berhasil menyadarkan Cellyna dan juga Ray, bahwa saat ini mereka masih stay di parkiran.
Cellyna mulai menghembuskan nafas pelan, ia mulai meraih tangan kanan Ray untuk ia peluk.
Sudut bibir Ray berkedut menahan tawa, "Tadi katanya gak usah deket-deket karena gak kenal, tapi sekarang malah meluk."
Dengan cepat Cellyna mendongak dan melotot tajam pada Ray, "Diem." Desisnya.
"Ok."
Cellyna tersenyum manis, ia sedikit menarik tangan Rayyen agar melangkah, mereka pun mulai berjalan mendekati keempat sahabat Ray dan Nadila.
"Gak usah sok romantis." Seru Leon memutar bola matanya bosan.
"Iri? Makanya cari pacar." Sarkas, dengan beraninya Cellyna berbicara seperti itu. "Tapi jangan ngembat laki orang juga si." Lanjutnya yang di akhiri dengan senyum tipis.
Nadila mendengus pelan, karena ia tau tujuan Cellyna berbicara seperti itu untuk menyindirnya.
"Dihh, gue normal, gak doyan laki." Jawab Leon, sedangkan Cellyna mengedikan bahu.
"BTW, lo potong rambut Cell?." Tanya Brian.
Cellyna mengangguk antusia, "Iya, lebih tepatnya potong poni aja si, biar terhindar dari orang-orang muna." Jawabnya dengan mata yang melirik sekilas pada Nadila. "Tambah maniskan gue." Lanjutnya sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
Dengan cepat Ray mengusap wajah Cellyna, "Gak usah ganjen."
"Apa si." Sela Cellyna.
"Gue duluan ke kelas ya." Seru Nadila yang mulai jengah melihat perempuan yang sedang memeluk sebelah tangan Ketos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Genç Kurgu"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...