Chapter 9

124 12 0
                                    



Krriingg krriingg krriingg

Bel pertanda waktunya untuk pulang bagi siswa siswi SMA Al-Ganextra telah berbunyi. Celly mulai memasukkan beberapa buku dan alat tulis pada tasnya.

"Cellyna, hari ini kita bagian piket." Ujar salah seorang siswa yang duduk di bangku paling depan.

"Yahh, gak bisa Senin pagi emangnya?." Tanya Celly.

"Gak bisa Cell."

Wajah Celly berubah nampak lesu, ada aja hal yang menghalangi, padahalkan niatnya dia mau menemui Ray untuk putus, tapi dia malah kebagian piket.

"Yang semangat dong Cil, lo harus percaya diri, ok." Ujar Risa memberikan semangat.

Celly memutar bola matanya sebal, "Lo mah enak tinggal ngomong doang."

"Pokoknya lo harus tetap semangat. Oh ya, gue balik duluan ya, bye." Ujarnya, setelah itu Rarisa mulai melangkah pergi meninggalkan ruang kelas.


Cellyna melangkah pelan di koridor sekolah yang sudah sepi, ia masih kepikiran dengan apa yang telah terjadi hari ini. Saat memasuki lapangan tanpa sengaja matanya melihat Ray dan ke empat sahabatnya itu masih ada di parkiran, sepertinya mereka baru mau pulang deh.

Perempuan itu berlari sambil melambaikan tangan di lapangan menuju tempat parkir sambil berteriak memanggil Rayyen. "RAAAYYY."

Ray menoleh ke arah lapangan dan melihat Celly berlali menghampirinya.

"Ray tunggu." Celly mencegah Rayyen yang saat ini terduduk di atas motornya yang tersimpan di parkiran, bersiap untuk pulang dengan sahabat-sahabatnya.

Rayyen mematikan mesin motornya dan melepas kembali helm yang telah ia pakai, cowok itu menoleh ke arah Celly, senyum tipis ia tampilkan.

"Oh, hai pacar."

Celly mendelik tajam, "Jijik gue dengernya."

"Kenapa manggil, lo mau ngajak gue kencan?." Ujarnya, sambil Ray menaik turunkan kedua alisnya.

"Dihh amit-amit, gue gak bakalan sudi pergi sama lo." Sahut Celly.

"Kenapa gitu, kan gue pacar lo."

"Itu dia yang pengen gue akhiri." Celly menghembuskan nafas pelan. "Gue mau kita putus." Ujarnya tegas.

"Wah wah wah, keren." Sahut Leon sambil bertepuk tangan, "Ternyata pikiran gue bener ya. Heh cewek rese, jadi lo berniat buat mainin Ray gitu?."

Celly menoleh pada Leon dan menatap cowok itu tajam. "Heh curut, lo main nyambar aja kaya petir. Gue lagi gak ngomong sama lo ya." Cewek itu mulai menunjuk ketiga teman Rayyen. "Dan lo bertiga, gak usah ikut nyambar kaya dia." Setelah itu Celly mengacungkan jari tengahnya pada mereka berempat. Perempuan itu menatap kembali pada Ketos. "Dan lo Ray, mulai detik ini kita putus."

Ray menatap datar cewek yang baru saja minta putus padanya. "Gue gak mau."

"Ya gue si bodo amat lo mau atau gak, yang jelas gue udah mutusin lo."

"Itu gak bakalan terjadi tanpa persetujuan dari gue."

Celly memiringkan kepalanya bingung, "Maksud lo apa si?." Tanyanya.

"Maksud gue, lo nembak trus gue terima. Lo minta putus gue gak terima." Jelasnya.

"Lo ribet banget si, gitu doang. Pokoknya gue mau kita putus."

"Gue gak mau, lagian kenapa si lo minta putus, kita jadian aja belum ada 5 jam."

"Ya gue gak mau tau, gue maunya kita putus."

FebbriziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang