"Menurut lo, kira-kira apa yang bakalan terjadi selanjutnya Chin?" Tanya Maura, sejak tadi mereka juga mendengar pembicaraan keempat siswi itu.
"Nadila, Nadila si cewek munafik, rasa gak suka gue lebih tinggi terhadap dirinya daripada Cellyna." Sudut bibir Chintia terangkat, ia tersenyum sinis. "Entah sampai kapan dia akan memakai topeng itu untuk menipu semua penghuni sekolah ini."
..........
Kriingg kriingg kriingg
"Kantin yuk." Ajak Cellyna setelah ia dan Risa telah selesai mengerjakan tugas mereka.
"Lo duluan aja dulu, gue mau ke kamar mandi dulu bentar." Jawab Risa.
"Ok."
Risa melangkah terlebih dahulu meninggalkan Cellyna yang masih ada di kelas, perempuan itu berjalan dengan tergesa-gesa menelusuri koridor menuju kamar mandi.
Tangannya terangkat memegang knop pintu untuk membuka pintu kamar mandi, tapi ada tangan lain yang menghentikannya, tangan yang lebih basar itu menarik tangannya sehingga pegangan pada knop pintu knop pintu terlepas.
Risa menoleh ke samping dan melihat Leon yang saat ini masih memegang tangannya dan menariknya agak menjauh dari pintu kamar mandi. "Ihh, lo apa-apaan si, gue mau ke kamar mandi." Ujar Risa sambil menghempaskan tangannya agar terlepas dari jeratan tangan Leon. Risa kembali melangkah menuju pintu, tapi lagi-lagi Leon menariknya menjauh dari pintu. "Lo bisa diem gak si, gue kebelet tau gak."
Leon menghela nafas pelan, "Lo mau ngapain si ke sini?."
"Tadi udah gue bilang, gue kebelet, gue mau ke kamar mandi lah, gimana si lo." Risa kembali melepaskan cekalan lengan Leon. "Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini? Lo mau ngintip ya?."
"Enak aja." Leon melangkah ke belakang tubuh Risa, kedua tangannya menyentuh sisi kepala Risa dan mengarahkannya ke papan yang tertempel di atas pintu. "Lihat, itu kamar mandi cowok." Tangannya kembali menggerakkan kepala Risa ke samping, ke arah lorong yang gak terlalu jauh dari sana. "Kamar mandi cewek ada di sana."
Risa tersenyum kaku, "Oh iya ya hehe."
"Hehe hehe aja lo." Seru Leon sambil melepaskan tangannya dan mulai memasuki kamar mandi.
"Malu-maluin aja lo Sa." Ujarnya pada diri sendiri.
Cellyna berjalan pelan di koridor menuju kantin, beberapa murid mulai berbisik setelah melihatnya melewati mereka.
"Nadila udah balik, gue yakin pasti Ketos bakalan jauhin dia."
"Kenapa lo mikir gitu?."
"Lo mikir gak si kalau hubungan Ketos sama Cellyna itu kaya main-main. Setiap ketemu aja Celly suka marah-marah, dia juga orangnya kan suka ngebantah."
"Iya juga si, lagian gak mungkin Ketos suka sama orang yang kaya gitu."
"Atau jangan-jangan Ketos sengaja nerima dia biar bisa ngendaliin Celly. Iya gak si?."
"Iya kali ya, biar dia bisa kendaliin cewek itu sehingga bisa di atur."
Celly masih melanjutkan langkahnya seolah tidak perduli kalau mereka membicarakan dirinya, padahal dalam pikirannya mengatakan untuk melabrak murid-murid itu. 'Dasar orang-orang gak penting, bisa-bisanya mereka bandingin gue sama si Nadila-Nadila itu.' Cellyna cemberut. 'Apa iya Ray nerima gue karena itu. Kalau iya, brengsek banget tu orang.'
Rayyen yang saat ini tengah duduk di kantin di tempat biasa ia dan teman-temannya kumpul. Tapi, saat ini hanya ada mereka berempat tanpa Leon, katanya Leon mau ke kamar mandi dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...