Dengan langkah yang terlihat sangat ringan dan santai, Cellyna berjalan menelusuri setiap toko yang ada di Mall, dari tempat penjualan pakaian, aksesoris, sepatu dan beberapa stand lainnya yang ia kunjungi, dan ia juga sadar keenam orang tadi masih setia mengikutinya. Senyum sinis terpatri di wajahnya yang manis, setelah puas membeli barang ini itu, ia langsung pergi dan masuk ke kamar mandi wanita.
'Dengan barang yang baru saja gue beli, mereka gak akan bisa mengenali gue. Febbrizia yang biasa berpenampilan tomboy akan berubah menjadi perempuan manis yang feminim.' Ujarnya dalam hati, setelah masuk ke dalam salah satu bilik toilet di kamar mandi itu dan melihat isi goodie bagnya.
Cklek
Pintu bilik toilet yang tadi Cellyna masuki mulai terbuka, seorang perempuan manis yang mengenakan dress selutut berwarna peach lengan panjang, sepatu berwarna pink, bandana yang berwarna senada dengan dress menghiasi rambutnya yang menambah kesan manis pada perempuan itu, tak lupa juga kacamata hitam yang bertengger indah di wajahnya.
"Perfect." Gumannya sambil melihat bayangannya sendiri dari cermin. "Tanpa pakai masker mereka juga gak bakalan ngenalin gue."
Perempuan itu terdiam karena merasa masih ada yang kurang, "Apa ya?." Tanyanya pada diri sendiri. "Oh iya, tadikan gue beli gunting." Gumannya lagi dan mulai memeriksa kembali ini goodie bagnya. "Kita potong poni." Lanjutnya ceria sambil menunjukan gunting ke arah bayangan dirinya yang ada di cermin. "Tapi tipis-tipis aja, gak usah banyak-banyak, karena kalau Ray gak suka, bisa aku geser poninya kesamping, jadi gak kelihatan deh."
Cellyna mulai membuka kembali bandana yang terpasang menghiasi rambutnya dan mencopot kacamata hitam miliknya, ia meraih ikat rambut dan sisir dari dalam goodie bag, ia menyisir sedikit rambut bagian depannya yang akan ia potong dan sisanya ia ikat menggunakan ikat rambut tadi.
Perempuan itu menghembuskan nafas pelan, waktu kecil ia memang pernah memiliki poni dan sekarang ia akan kembali mencobanya. "Huh, lo pasti bisa Zia, semangat demi Rayyen." Setelah itu ia mengerjapkan matanya "Kok Rayyen? Tapi gak papa, demi Rayyen biar dia tau kalau ceweknya itu cerdas. Gak nyambung si, tapi gak papa." Kemudian ia terdiam sejenak memikirkan model poni yang akan ia gunakan. Sebenarnya ini terkesan mendadak banget dan sebelumnya ia juga tidak menyangka kalau D'Cobra akan menemuinya. "Kayanya gue harus potong poni ala-ala Hyuga Hinata deh." Ia kembali menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, "Huh, Zia-nya Ray bisa."
Tanpa ragu lagi perempuan itu mulai memotong rambut bagian depan yang ia pisahkan tadi dan memotongnya persis seperti model poni Hyuga Hinata.
"Gak terlalu buruk ternyata, gue masih terlihat cantik." Ujarnya percaya diri sambil senyum-senyum di depan cermin.
Setelah itu ia melepas ikatan rambutnya dan mengikat rambut yang ia potong tadi untuk di masukan ke dalam goodie bag. "Untuk sentuhan terakhir, kenakan kembali bandananya dan jangan lupa kacamata."
.............
Tidak jauh dari kamar mandi perempuan, enam orang anggota geng D'Cobra berdiri di sana, semuanya terlihat sibuk dengan ponselnya masing-masing, kecuali Kelvin yang netranya sibuk melihat setiap orang yang lewat.
"Tu cewek lama banget di kamar mandi, ngapain aja si dia." Keluh Kelvin, ia sudah merasa pegal dari tadi berdiri di sana.
"Sabar ajalah Vin, namanya juga cewek." Sahut Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...