Empat motor sport malam ini melaju beriringan di Jalan Merdeka Indah, tujuan mereka saat ini adalah sebuah bangunan sederhana dua lantai yang bisa membuat mereka nyaman berada di sana.
Brmm brmm
Keempat motor itu mulai berhenti di depan rumah yang mereka sebut markas, salah satu dari mereka memilih untuk turun dan membuka gerbang rumah itu. Setelah terbuka, ketiga motor itu kembali melaju untuk memasuki pekarangan markas.
Giyo, Brian dan Bastian turun dari motor mereka masing-masing dan mulai melepas helm yang mereka kenakan, sedangkan Leon, dia terlihat sedang mendorong motornya, cowok itu malas untuk menghidupkan lagi motor miliknya setelah dia membuka gerbang tadi.
"Nih kunci, siapa yang mau tutup gerbang." Ujar Leon dengan tangan yang menunjukan sebuah kunci, setelah dia membuka helmnya.
"Biar gue aja." Sahut Bastian meraih kunci yang ada di tangan Leon.
Brmm brmm brmm
Ckiitt
Tak lama sebuah motor sport putih datang memasuki pekarangan rumah dan berhenti di samping motor Leon.
"Siapa?." Tanya Brian pelan, merasa asing dengan motor itu.
"Rayyen." Jawab Giyo singkat.
"Rayyen? Sejak kapan dia punya motor itu?." Ujar Leon yang ikut bertanya.
Bastian merasa pernah melihat motor itu, tapi dia gak terlalu ingat di mana. "Punya Febbriza gak si." Ucapnya agak ragu.
"Lahh iya anjir, itu motor si cewek misterius." Seru Leon.
Setelah motornya terparkir rapi, Ray si pengendara motor putih itu mulai turun dan membuka helm yang ia pakai, setelah itu ia melangkah mendekati keempat sahabatnya.
"Ray, motor merah lo mana?." Tanya Leon penasaran, tumben-tumbenan cowok itu tidak menggunakan motor kesayangannya.
"Ada di rumah."
"Gue kira lo tukeran motor." Sahut Brian.
"Ayo lah masuk." Ujar Bastian sambil melangkah menuju pintu.
"Eh Bas, gerbangnya." Sahut Giyo menghentikan langkah Bastian.
"Eh iya gue lupa anjir." Seru Bastian dan mulai melangkah cepat untuk menutup gerbang dan menguncinya kembali.
"Hadeuhh, rindu banget gue sama ni markas. Udah berapa lama si kita gak datang ke sini." Ujar Leon setelah mereka duduk di sofa kecuali Ray yang langsung melangkah ke arah dapur untuk mengambil minum dan beberapa cemilan.
"Perasaan gak lama banget deh Yon, empat hari doang kita gak ke sini." Jawab Bastian dengan tubuh yang mulai ia senderkan di senderan kursi.
"Empat hari serasa empat bulan." Guman Leon pelan.
"Lebay lo." Seru Brian sambil menendang pelan kaki Leon yang saat ini duduk di hadapannya.
Giyo bangkit dari duduknya, "Gue mau ke dapur, mau bantuin Ray."
"Ok." Sahut Leon.
..........
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...