Wajah Cellyna masih tertekuk, perempuan itu masih kesal dengan apa yang telah terjadi di depan kelas 11-1. Ray juga, cowok itu bungkam saat ini dengan tangannya yang masih senantiasa menarik tangannya. Melihat kemana arah mereka melangkah sepertinya Cellyna tau Ray akan membawa ia kemana.
Setelah sampai di tempat tujuan, tangan Ray yang tidak memegang tangan Cellyna mulai meraih kunci yang tersimpan di saku bajunya untuk membuka pintu ruangan khusus untuk dirinya.
Cklek
Ray kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu diikuti Cellyna.
"Kamu duduk dulu di sini." Ujar Ray sambil menekan pelan bahu Cellyna agar terduduk di sofa. "Aku ambil minum dulu." Lanjutnya sambil mendekat ke arah kulkas dan mengambil dua air mineral dari sana. "Diminum dulu airnya, biar kamu lebih tenang." Ujarnya lagi setelah duduk di samping Cellyna dengan tangan yang ia sodorkan pada cewek itu.
Wajah Cellyna saat ini masih ditekuk, dengan kasar perempuan itu meraih air mineral yang Ray sodorkan. Dengan pikiran yang masih kacau perempuan itu mulai membuka penutup dari botol air mineral, entah kenapa dia merasa tutup botolnya susah untuk dibuka.
Sudut bibir Ray terangkat melihat kekasihnya yang berusaha membuka tutup botol air mineralnya. Merasa Cellyna akan menoleh ke arah dirinya dengan cepat Ray membuang muka dan pura-pura gak tau kalau perempuan itu sedang kesusahan.
Cellyna, perempuan itu menoleh sebentar ke arah Ray, ia melihat saat ini Ray tengah melihat ke samping, Cellyna menggigit bibir bawahnya pelan, pengen minta tolong tapi gak mau. Perempuan itu kembali fokus pada tutup botol air mineralnya dan berusaha untuk membuka tutup itu.
Cowok itu kembali menoleh, "Kenapa? Kok gak diminum?." Tanyanya pada Cellyna, meskipun ia tau kalau perempuan itu gak bisa buka tutupnya.
Bibir bawah Cellyna kembali maju ke depan matanya melirik sinis pada Ray, 'Punya cowok gak peka banget si, bukannya bantuin dia malah nanya.'
"Hei, kok diem aja si? Ayo minum biar tenggorokan kamu gak kering-kering banget setelah marah-marah tadi."
Wajah Cellyna semakin ditekuk. 'Peka kek lo.' Perempuan itu mulai melirik Ray kembali. "Bukain." Lirihnya pelan.
"Kenapa sayang? Kamu bicara apa barusan?." Tanya Ray pura-pura gak denger lirihan Cellyna.
"Bantuin buka tutupnya." Ujar Cellyna kembali dengan nada pelan.
"Sayaang bicara yang keras dong, supaya aku bisa dengar."
Perempuan itu mulai menghela nafas pelan, "Ray, aku mau minta tolong." Ujarnya lagi dengan suara normal.
"Kamu minta tolong apa?."
"Tolong bukain tutupnya." Akhirnya Cellyna memilih untuk menghilangkan egonya, padahal ia malu banget, bisa-bisanya ia tidak bisa membuka tutup botol air mineralnya.
Senyum geli mulai Ray tunjukan. "Ngomong dong gak bisa gitu."
"Kan tadi aku udah bilang."
"Masa iya?."
"Ck, mau bantuin gak?." Tanya Cellyna keras dengan wajah yang berubah datar.
"Maaf sayang, maaf maaf sini aku bukain." Ray mulai meraih botol minum itu dan membukanya.
Setelah minum beberapa teguk, Cellyna melirik sekilas pada Ray yang saat ini tengah fokus pada ponsel karena ada panggilan masuk.
"Halo Gi."
"Lo di mana?." Tanya Giyo dari balik ponsel.
"Di tempat biasa."
"Sama Cellyna?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...