Cellyna berjalan menuju lapangan sekolah, kacamata hitam masih bertengger manis di wajahnya. Bibirnya yang berwarna merah menyala, kuku tangan yang berwarna merah juga serta jangan lupakan sepatu merah yang menghiasi kedua kakinya dan kunci mobil yang ia mainkan di tangan kirinya.
Leon yang pertama kali menyadari kehadiran perempuan itu membulatkan mulutnya tidak percaya. 'Gue kira setelah jadi pacar Rayyen dia bakalan normal.'
"RAAAYY." Leon mulai berteriak memanggil Ketos, secara bersamaan semua pengurus OSIS menoleh ke arah Leon. "CEWEK BUNGLON MILIK LO MULAI STRESS LAGI NI."
BRUK
"Aduh." Leon mengaduh setelah Celly memukulnya menggunakan tas yang cewek itu pakai.
"MAKSUD LO CEWEK BUNGLON APA HAH."
"YA LO BUNGLON, PENAMPILAN LO BERUBAH MULU."
BRUK BRUK BRUK
"Iiihh dasar curut got." Secara bertubi-tubi Celly memukuli Leon menggunakan tas gendong miliknya.
"Aahh ampun ampun."
Ray menghampiri Leon dan Celly, tangannya bergerak meraih tangan cewek itu dan menariknya pelan.
"Cell, udah." Ujarnya tegas.
Celly cemberut, dan melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ketua OSIS. "Gak usah sentuh gue."
Cowok itu mendengus pelan, tangannya meraih kunci mobil dan tas milik Cellyna. Setelah itu ia berjalan menuju parkiran, untuk mengambil sepatu hitam miliknya yang ia yakini pasti berada dalam mobil.
"Eeehh tas gue." Celly berjalan cepat menyusul Rayyen.
Rayyen membuka pintu kemudi mobil Celly, ia masuk dan duduk di sana, di ikuti Celly yang ikut duduk di kursi samping kemudi.
"Lo mau ngapain si duduk di sini?." Tanya Celly dengan tatapan tajam terarah pada Rayyen.
"Biasa, hobi lo kan minta di usik, kalau lo gue bawa ke tempat biasa lo pasti ngedumel."
Cowok itu mulai mengeluarkan kapas serta micellar water dan pembersih kuku.
"Gue bisa sendiri." Ketus Celly sambil merebut barang yang ada di tangan Ray. "Kenapa si di sekolah ini gak bebas banget, seharusnya terserah gue dong mau berpenampilan seperti apa, itu hak gue. Emang pada dasarnya aja Ketosnya ribet, harus ini, harus itu, gue kan mau terlihat berbeda dari yang lain. Asal lo tau ya Alien, gue tuh sebenarnya males banget berurusan sama orang kaya lo....." Perempuan itu berbicara mengeluarkan protesannya, sambil fokus membersihkan wajah serta kukunya, sehingga ia tidak menyadari saat ini Ray sedang mengotak atik ponsel miliknya.
"Lama-lama lo cocok juga pakai tu sepatu."
Celly yang sibuk dengan social media di ponselnya mulai mengalihkan pandangannya mendengar ucapan Risa. "Ck, gak usah komen, gue males bahas Ketos gila itu."
Risa terkekeh pelan.
"Kapan nih kita hangout, udah lama tau."
"Lama apaan baru kemarin Sabtu kita pergi ke café."
"Oh iya, baru dua hari ya."
Chintia, Maura dan Vania dengan wajah angkuh mereka datang menghampiri Celly yang duduk di bangkunya.
"Heh Celly, lo gak usah ke geer-an ya karena Ray nerima lo. Gue yakin sebenarnya dia cuma kasihan aja sama lo. Lo siap-siapin aja mental lo, kan kita gak tau kapan dia akan putusin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Novela Juvenil"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...