"Duduk Al." Ujar Papi Elvano datar tanpa melihat kearah putranya yang saat ini telah sampai di ruang tengah.
Ray menelan ludah, jantungnya kembali berdebar, "I-iya Pi.". Ray menghembuskan nafas pelan, 'Kok gue jadi gugup gini si, padahal kan Papi gak pernah ngelarang gue pacaran. Tapi tetap aja gue gak tenang, orang gue gak pernah cerita dan gak izin juga.'
Cowok itu kembali memapah Celly dan membantunya untuk duduk di sofa. Suasana hening seketika, Elvano sibuk dengan koran yang ia baca, sedangkan Ray bingung mau menjelaskan semuanya dari mana.
Dari arah dapur Mami Reyna datang sambil membawa nampan berisi cemilan dan beberapa susu kotak coklat kesukaan putranya.
"Al kamu sudah sampai sayang?." Tanya Reyna, sebenarnya pertanyaannya juga gak terlalu penting di jawab, orangnya saja sudah ada di depan matanya. Tapi Ibu dari Ray itu sengaja bertanya seperti itu untuk memecah keheningan di antara Suami dan Putranya itu.
Ray menoleh kearah Maminya yang saat ini tengah menata cemilan dan minuman di atas meja. "Al baru saja sampai Mi."
"Halo cantik, siapa nama kamu?." Tanya Reyna lembut pada Celly.
Cellyna yang menunduk mulai mengangkat kepalanya, melihat ke arah Maminya Ray, tiba-tiba dia jadi teringat sama Mamanya yang gak pernah ketemu sama dirinya, karena sang Ibu telah meninggal setelah melahirkan ia ke dunia.
"Cellyna Calista Mi." Bukan Celly yang menyebutkan namanya melainkan Ray yang menyahut secara tiba-tiba.
"Al." Sahut Reyna lembut sambil melotot tajam pada putranya itu.
Ray membuang muka, menoleh ke arah Celly.
"Maafin Al ya, emang dia tu kadang suka nyebelin." Lanjut Mami Reyna bicara sama Celly.
Cellyna tersenyum kecil dan menangguk, "Gak papa kok Tante." Jawab Celly dengan lembut.
Sebelah alis Ray terangkat dengan mata yang masih senantiasa melihat pada paras perempuan yang saat ini duduk di sampingnya. 'Lembut banget ngomongnya, biasanya gak gitu kalau ngomong sama gue. Apa karena Mami yang nanya.'
Elvano menaruh koran yang ia baca, dan memusatkan perhatiannya pada kedua pasangan muda yang duduk dihadapannya.
"Nama lengkap kamu siapa?." Tanya Elvano tegas.
Nafas Cellyna tercekat, matanya sedikit terbelalak. 'Nama lengkap? Selama ini Papa gak pernah menyebutkan nama lengkap aku di hadapan orang lain, saat daftar sekolah saja Papa gak menyebutkan nama lengkap aku. Papa hanya menyebut nama depan aku doang seakan-akan aku bukan anak Papa.' Raut wajah Cellyna seketika terlihat sendu. 'Apa aku sebut aja kali ya nama lengkap aku, tapi kalau Papa tau, Papa pasti gak suka.' Cellyna menghembuskan nafas pelan untuk menengkan pikirannya.
Ray mengernyit melihat perubahan di raut wajah Cellyna, putra dari Elvano itu mulai menoleh ke arah Papi nya.
"Tadikan udah Al sebut nama Cellyna Pi."
"Papi merasa itu bukan nama lengkap."
"Ya gak harus lengkap juga dong Pi, sebagian orang pemikirannya pasti berbeda, bisa saja kan nama lengkap itu sebagai privasi." Jelas Ray.
"Cellyna Calista." Ujar Celly secara tiba-tiba, semua yang ada di ruangan tengah mulai menoleh memusatkan perhatiannya pada Celly. "Cellyna Calista Febbrizia Leonard-." Perempuan itu menjeda ucapannya dan menghembuskan nafas pelan. "Itu nama lengkap saya Om."
Mata Ray sedikit terbelalak, jantungnya mulai berdebar tak nyaman. 'Leonard? Apa maksudnya ini? Nama belakang Zia itu Leonard. Apa Zia memiliki hubungan persaudaraan dengan dia, dia gak pernah cerita kalau dia punya saudara. Tapi Zia dan dia seangkatan, apa mereka kembar? Gue harus cari tau jawaban dari ini semua secepatnya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...