"Lo berangkat bareng Cellyna tapi lo bawa bekal dari Febbrizia?." Tanya Bastian datar dan gak mengerti jalan pikiran Ray seperti apa. Bagaimana perasaan Cellyna kalau perempuan itu tau bahwa Ray membawa bekal dari Febbrizia.
"Udah lah, pusing gue harus jelasinnya kaya gimana." Jawab Ray gak mau ambil pusing, saat ini tangannya mulai bergerak untuk membuka penutup kotak makan dua tingkat miliknya.
"Apa tuh isinya?." Tanya Leon mulai kepo, begitupun dengan yang lain, mereka mulai melirik tempat makan Ray termasuk Nadila.
Kotak paling atas berisi beef teriyaki dan bagian bawah berisi nasi goreng yang di penuhi dengan sayuran.
"Itu nasi goreng apa sayur goreng?." Tanya Brian setelah melihat kotak makan bagian bawah Ray.
"Ck, heh cewek gue masak ini biar asupan gizi gue seimbang." Sahut Ray.
"Gue mau coba dong." Ujar Leon, saat ini tangannya yang memegang sendok mulai terarah menuju bekal makan Ray.
Dengan cepat Ray menepis lengan Leon, "Dihh, apaan si lo. Ini di buat khusus untuk gue."
"Nyoba dikit doang, pelit banget si lo."
"Bodo amat."
"Yang pelit kuburannya sempit." Sahut Giyo tiba-tiba, padahal dari tadi cowok itu diam saja gak bicara apa-apa.
"Ck, yaudah deh, lo semua boleh nyoba, tapi masing-masing satu sendok, gak boleh lebih." Ujar Ray kesal, sambil mendorong tempat makannya ke bagian tengah meja yang mereka kelilingi.
"Asiik, gitu dong, dari tadi kek." Sahut Leon semangat.
"Gue aja deh yang ambilin." Seru Ray tiba-tiba. Cowok mulai menyendokan nasi goreng menggunakan sendok miliknya dan mengisi sendok temannya secara satu persatu. "Lo mau nyoba juga Nad?." Tawarnya pada Nadila.
Nadila menggelang, "Gak perlu Ray." Jawabnya singkat.
Mata sahabat Ray sedikit terbelalak setelah mencoba nasi goreng yang ada di sendok mereka kecuali Giyo.
"Emm, enak banget sumpah." Ujar Leon setelah menelan kunyahannya.
"Ini serius yang masak Febbrizia?." Tanya Brian. "Enak banget, para suami pasti betah makan di rumah kalau rasa makanannya seperti ini."
Sedangkan Bastian dan Giyo hanya terdiam, tidak ikut menyampaikan pendapat seperti Leon dan Brian. Tapi mereka mengakui kalau makanan yang di bawa Ray memang seenak itu.
"Beefnya juga dong Ray." Seru Leon kembali.
"Iya, masa nasi doang si." Ujar Brian ikut menyahut.
"Ih, lo banyak maunya. Yaudah deh masing-masing satu potong ya." Jawab Ray dan kembali mengisi sendok teman-temannya dengan sepotong daging sapi.
"Makasih Rayyen." Ujar Leon setelah sendoknya terisi sama beef dari Ray.
"Gue aja belum nyoba sama sekali." Sahut Ray kesal, "Ini kan spesial buat gue."
"Gak ikhlas banget si lo." Seru Brian.
"Gue ikhlas kok."
Setelah itu mereka sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Nad? Tumben lo diem aja, biasanya lo aktif nanya ini itu." Tanya Leon di sela-sela kunyahannya. "Sandwich yang lo bawa juga kenapa gak lo makan?."
Nadila menghembuskan nafas pelan, "Gak mood gue." Jawabnya pelan dan singkat.
Leon mengangguk sebagai jawaban, sekarang perhatian Leon kembali ke arah Ray yang terlihat fokus dan menikmati bekalnya. "Ray, mau lagi dong."
Rayyen mengangkat kepalanya dan mendelik tajam pada Leon. "Gak, enak aja lo, ini makanan di buat khusus untuk gue, lo ngerti gak si." Jawab Ray agak sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...