Chapter 7

117 11 0
                                    



Pagi ini ada yang terlihat berbeda dari biasanya, selain rutinitas razia yang dihilangkan karena pengurus OSIS selalu berjaga setiap pagi di gerbang lapangan. Cellyna Calista saat ini terlihat tidak bersemangat, pakaian yang dipakai juga normal serta sepatu putih yang menghiasi kakinya, bahkan ia tidak membawa mobil dan Pak Andi lah yang mengantarnya.

"Makasih Pak Andi."

Celly keluar dari mobil, ia mulai melangkah kearah gerbang lapangan sampai seseorang menghentikan langkahnya.

"Hai Cell." Sapa Bastian, ia berdiri di hadapannya.

Celly menghembuskan nafas pelan, tidak ada niatan untuk membalas sapaan dari cowok di hadapannya ini. Apalagi ia merasa malas bertemu dengan antek-anteknya ketos.

"Lo kenapa? Kayanya gak semangat gitu?."

"Gue gak papa kok." Jawabnya singkat, "Gue duluan ya."

Perempuan itu kembali melangkah, tapi sayang ia tidak sadar kalau ikatan tali sepatunya terlepas dan tanpa sengaja kaki yang satunya menginjak tali itu sehingga membuat ia oleng.

Bastian yang melihat Celly akan tersungkur kedepan dengan cepat ia meraih tangan Celly dan menariknya. Waktu seakan berhenti, Bastian terpaku melihat wajah manis perempuan yang sekarang berada di pelukkannya. 'Cantik.' Ujarnya dalam hati.

Celly shock dengan apa yang telah terjadi, hampir saja jidat mulusnya berciuman dengan lapangan. Setelah beberapa detik ia tersadar, mata gadis manis itu melotot, tau bahwa saat ini dirinya berada di pelukkan salah satu anteknya Ketos. Celly langsung melepaskan diri dan menjauh dari Bastian.

"Sor-sorry gue tadi - lo gak papa kan?."

"Gue gak papa kok, thanks ya." Ujar Celly kaku.

Bastian tersenyum mengangguk pelan.

"Kalau gitu gue duluan."

"Eh tunggu." Setelah menahan kepergian Celly, cowok itu berjongkok di hadapan Celly berniat untuk membenarkan ikatan tali sepatu cewek itu.

Celly mundur dua langkah saat tau niat Bastian apa. "Gue bisa ko."

"Gak papa, biar gue bantu. Lagian gue udah jongkok juga." Ujar Bastian tanpa melihat ke wajah Celly, kalau ia mendongak bisa aja cewek itu malah menendang dirinya.

Di pinggir lapangan Ray melihat semuanya, ia memasang wajah datar bahkan saat ini ia melihat dengan jelas Bastian sedang mengikat tali sepatu Celly. "Ck."

Suara decakkan pelan terdengar oleh telinga Giyo, Wakil Ketos itu menoleh melihat wajah datar plus kusut sahabatnya. Lalu ia ikut melihat kemana arah Ray melihat, di sana ia melihat keberadaan Bastian dan Celly.

'Jangan bilang kalau Ray mulai tertarik juga sama itu cewek.' Giyo menghembuskan nafas pelan. 'Gue harap gak ada pertengkaran yang dapat menghancurkan persahabatan kita.'

"Gi, tolong pastiin semuanya aman. Gue ke kamar mandi dulu."

"Iya Ray."


Rayyen membasuh wajah setelah ia masuk ke kamar mandi, ia melihat pantulan dirinya dalam cermin, datar, itulah yang terlihat. Menyisir rambutnya kebelakang, "Gue kenapa si." gumannya pelan.

Istirahat pertama kali ini, Rayyen beserta yang lain memilih untuk berkumpul di kantin sekolah, mereka berlima secara serempak memesan dimsum dan susu kotak, emang agak aneh mereka berlima.

"Lo pada ngerasa ada yang aneh gak si hari ini?." Setelah kunyahannya selesai, Leon memulai pembicaran. Ia merasa kalau hari ini terlihat berbeda. "Bastian senyum-senyum gak jelas kaya orang gila, Rayyen juga kusut banget wajahnya."

FebbriziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang