Pagi ini ada yang terlihat berbeda di SMA Al-Ganexra, Ray yang biasanya datang bersama Cellyna menggunakan mobil Jingga miliknya atau mobil putih milik Cellyna, hari ini ia datang seorang diri menggunakan motor merahnya.
Setelah melepas helm dan merapikan rambutnya, cowok itu mulai melangkah ke arah lapangan dengan wajah datar menghampiri keempat sahabatnya yang sedang berjaga, plus ada Nadila juga yang berdiri tidak jauh dari keempat sahabatnya itu.
"Oii Ray, tumben banget datang sendiri, Cellyna mana?." Tanya Leon setelah Ray sampai di dekat mereka.
"Gue gak tau." Jawabnya datar.
Keempat sahabat Ray memandang heran pada cowok itu, mereka mengira-ngira apa yang sudah terjadi pada Rayyen, sedangkan Nadila ia terdiam seolah tidak mau ikut campur meskipun ia mencuri pendengaran apa yang akan mereka bahas selanjutnya. 'Apakah Cellyna mutusin Ray?.' Tanya dalam hati. 'Gue harap iya, mereka putus, dengan gitu saingan gue berkurang satu.'
"Kok lo gak tau, biasanya lo berangkat sama dia, bukannya lo dan Celly udah biasa juga menginap di rumah satu sama lain?." Tanya Giyo panjang dan mungkin itu perkataan terpanjang yang Giyo ucapkan.
"Apa lo lagi marahan sama dia setelah kejadian kemarin?." Tanya Brian yang ikut mengeluarkan suaranya.
Rayyen mendengus pelan dan membuang muka, "Gue udah putus."
"Hah?." Ketiga sahabat Ray sedikit terbelalak kecuali Giyo.
"Siapa? Celly atau Febbrizia?." Tanya Bastian penasaran.
Ray menghembuskan nafas pelan dan sedikit menunduk, "Cellyna." Jawabnya pelan.
"Lo beneran putus sama Cellyna, emangnya lo gak bisa nahan dia lagi seperti dulu saat dia sering minta putus." Ujar Leon yang saat ini terlihat lebih serius. Meskipun Ray terlihat datar, tapi tetap saja Leon melihat ada gurat kesedihan di wajah Rayyen saat ini.
Cowok yang saat ini menjadi Ketua OSIS di sekolahnya itu menggeleng pelan.
Nadila yang mencuri dengar mulai tersenyum senang, dia pengen banget bersorak bahagia kalau bisa sampe loncat-loncat, tapi ia gak mau Ray memandangnya aneh dan merasa ilfeel. 'Yes, akhirnya keinginan gue terkabul, sekarang Ray udah putus sama cewek caper itu. Dan mulai sekarang gue harus bisa bersikap baik dan selalu perhatian pada Ray agar dia nyaman dan jatuh cinta sama gue.'
Brian tersenyum tipis dan mengusap-usap bahu Rayyen. "Gue tau lo pasti bisa melewati semua ini, kalau memang jodoh, Cellyna pasti balik lagi sama lo."
Ray ikut tersenyum walaupun tipis dan mengangguk, "Thanks Yan."
Tak lama sebuah mobil putih memasuki parkiran, Ray dan keempat sahabatnya kenal dengan mobil itu, mobil putih milik Cellyna yang biasa Ray pakai. Semalam mobil dan motor Cellyna yang tersimpan di bagasi kediaman Ganexra sudah di antar ke gedung apartemen yang Ray tempati, karena untuk beberapa hari ke depan Cellyna akan tinggal bersama Kayla, soalnya gak mungkin perempuan itu pulang ke kediaman Ganexra ataupun ke apartemen Ray, mengingat hubungan mereka yang telah kandas.
Cellyna keluar dari dalam mobil, seperti biasa kaca mata hitam bertengger manis di wajahnya, pakaian dan sepatu yang perempuan itu kenakan juga masih aman dan tidak melanggar dari aturan.
Cellyna berjalan dengan percaya dirinya menuju lapangan.
Pandangan Ray tidak lepas dari perempuan itu, 'Belum genap sehari kita putus, tapi aku sudah rindu banget sama kamu sayang.' Ujar Ray dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...