Jalan Samudra, salah satu daerah di Kota Starwflow yang selalu menyelenggarakan turnamen balapan, malam ini sangat ramai dikunjungi oleh anak-anak remaja cowok ataupun cewek. Setiap minggunya daerah ini rutin mengadakan turnamen dengan hadiah yang pantastis menurut sebagian dari mereka.
Alex Frans Dirga beserta Yugo, Kelvin, Fajar dan Adnan berkumpul di daerah Jalan Samudra, mereka sedang berbincang sambil memeriksa motor yang akan mereka pakai. Tak lama datang lah tiga orang remaja pria menghampiri mereka.
Yugo yang menyadari kedatang mereka mulai melambaikan tangan. "Hei bro."
"Gimana?" Tanpa basa basi Alex langsung bertanya perihal tugas yang ia perintahkan kepada mereka.
Ke tiga orang itu terdiam dan mengingat kembali apa yang sudah terjadi.
Flashback beberapa saat yang lalu
"Sesuai perintah Alex, kita harus taburin paku di sekitaran sini." Ujar salah satu orang diantara mereka yang bernama Agi.
"Lo pada yakin mau ngelakuin hal ini?." Tanya Dian, ia mulai merasa akan ada sesuatu yang terjadi.
"Ya terus gimana, emang lo mau di hajar sama Alex dan teman-temannya itu." Seru Abu.
"Yaudah deh buruan kita selesaikan ini, setelah itu kita langsung pergi." Agi sebenarnya males melakukan hal kaya gini. Tapi mau gimana lagi, kalau mereka gak nurut, mereka pasti habis di hajar sama Alex dan teman-temannya.
"WOI, SEDANG APA KALIAN?." Dari sebrang tempat mereka berdiri, tampak dua orang berjalan menghampiri mereka.
Ketiga orang tersebut terdiam kaku, mereka kaget karena aksi mereka hampir diketahui orang lain. "Nah kan, belum juga kita taburin, sudah ketahuan." Bisik Dian pelan, ia merasa cemas takut akan menambah masalah baru.
"Woi, ngapain lo pada diem di sini?." Leon bertanya kepada mereka bertiga. Ternyata Leon dan Bastian lah yang telah mergoki mereka bertiga.
"Oh ternyata kalian berniat buat naburin paku?." Tanya Bastian, tapi ketiga orang tersebut hanya berdiam, tidak berniat untuk menjawab.
"LO PADA BISU YA? JAWAB." Bentak Leon, mereka bertiga berjengit kaget setelah mendengar bentakan dari Leon.
"I-iya, kami d-di suruh buat naburin paku." Ujar Dian dengan terbata.
"Siapa yang menyuruh kalian?." Tanya Bastian
"Kami gak bisa bilang, kami takut dipukuli sama mereka." Ujar Agi dengan nada pelan.
"Gak bakalan, tenang aja. Kalian gak bakalan di apa-apain. Nih, gue ada kartu nama, di sini ada nomer ponsel gue juga. Jadi kalau mereka bermacam-macam, kalian hubungi aja nomer ini." Leon menyerahkan kartu Namanya. Ya mereka berlima Rayyen dan sahabat selalu membawa kartu nama untuk jaga-jaga.
"Baiklah kalau gitu." Agi menerima kartu yang ada di tangan Leon. "Kita disuruh naburin paku sama Alex dan teman-temannya. Kalau kita gak nurut mereka akan menyakiti kita serta keluarga."
"Sialan emang si Alex, gak ada henti-hentinya ia berbuat ulah. Oh iya, nanti kalau Alex bertanya pada kalian perihal paku-paku ini, bilang saja, kalian sudah lakuin sesuai rencana." Ujar Leon, ia mengambil paku yang ada di tangan Abu.
End flashback
"Done, kita udah naburin semua paku sesuai dengan kemauan lo." Dengan yakin Dian menjawab pertanyaan yang di lontarkan pada mereka. Melihat keyakinan di raut wajah Dian, Alex dan yang lainnya percaya bahwa mereka memang sudah melakukan hal yang ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...