Chapter 8

104 10 0
                                    



"Berhubung nilai gue lebih bagus dari lo, berarti gue menang dong. Dan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, yang dapat nilai paling besar dia lah pemenangnya. Dan sang pemenang berhak meminta satu permintaan."

"Trus." Jawab Celly singkat.

"Untuk permintaannya gue mau..." Chintia menghentikan ucapannya sejenak, matanya fokus melihat raut wajah Celly, perempuan itu kembali tersenyum sinis. "Gue mau lo tembak Rayyen."

"WHATT."

Keempat orang yang ada di sana matanya membulat, apa mereka gak salah dengar Chintia meminta Celly nembak Ketos.

"Chin, lo serius minta dia buat nembak Ketos?." Tanya Maura tidak percaya.

"Iya Chin, lo kan suka banget sama Ketos, masa lo malah nyuruh dia buat nembak crush lo si?." Ujar Vania.

Chintia kembali tersenyum, "Lo berdua tenang aja, gue yakin kok sama permintaan gue."

Celly mengernyitkan alis, "Emangnya gak ada permintaan yang lebih susah apa? Gue gak mau kalau harus nembak dia." Ujarnya menolak.

"Gak bisa, hanya itu yang gue mau. Jangan-jangan lo takut ya?."

"Dihh, ngapain gue takut, harusnya lo yang ngerasa takut gak si, kalau Ketos nerima gue gimana? Emang lo mau?."

"Gue yakin, itu gak bakalan terjadi." Jawab Chintia dengan sangat yakin.

"Gue sih gak tau ya, pokoknya jangan sampe lo yang menyesal." Ucap Celly dengan santainya, tanpa mereka tau kalau saat ini Celly sedang berusaha menutupi rasa takut dan gugup.

"Gak akan, pokoknya sekarang lo harus tembak dia saat ini juga. Gue gak mau tau"

"Hah, sekarang banget?." Tanya Celly tak percaya.

"Iyalah, selagi masih jam istirahat, biasanya kalau Ray gak ada di kantin, berarti dia lagi nongkrong bareng temennya di depan kelas 11-2." Chintia mulai berdiri dari duduknya di ikuti Maura dan Vania. "Oh ya, jangan lupa, lo harus bawa sesuatu sebagai formalitas seperti coklat, bunga atau apa lah itu buat nembak Ray." Lanjutnya.

Mereka pun pergi meninggalkan Cellyna dan Rarisa yang masih terdiam di sana.

Dengan raut wajah yang panik, Celly menoleh dan mencengkram tangan Risa. "Sa, gimana dong?."

"Gimana apanya, kan lo yang sengaja kalah, ya mau gak mau lo harus terima lah konsekuensinya."

"Ihh." Celly melepaskan cengkramannya dan menatap kembali ke depan. "Nyesel banget gue, gue kira ya dia mau minta apa gitu, mobil kek, motor atau alat-alat makeup."

"Sekarang apa yang akan lo lakuin Cil?." Tanya Risa.

Cellyna cemberut, matanya mulai berkaca-kaca, cewek itu menoleh menatap kearah Risa. "Gimana dong Sa, gue bingung. Gue takut dia nerima gue, lihat tangan gue, tremor gini." Ujarnya sambil memperlihatkan tangannya yang gemetar.

"Pttt hahaha, Cil, Cil, gue yakin dia gak bakalan nerima lo. Jadi, lo tenang aja." Ujar Risa yakin.

"Tau dari mana lo kalau dia bakalan nolak?."

"Gue murid lama, lo murid baru. Setau gue selama ini si Ketos itu selalu nolak mereka yang nyatain perasaan sama dia."

Mata Cellyna membulat lucu, mulutnya terbuka sedikit. "Lo serius? Masa sih cowok kaya dia gak nerima cewek satu pun."

Rarisa menggelengkan kepalanya, "Secantik Chintia aja dia tolak."

"Chintia? Mak Lampir itu pernah nebak Ketos juga?."

FebbriziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang