Matahari tengah bersiap untuk terbit, sehingga menimbulkan corak abstrak berwarna jingga menghiasi langit yang masih terlihat sedikit gelap. Sang rembulan dan ribuan bintang memilih untuk pergi untuk menghindar agar tidak bertemu dengan sang mentari, karena pagi ini sudah saatnya sang mentari bertugas untuk menyinari bumi.
Di salah satu apartemen yang ada di kota Starwflow, seorang perempuan tampaknya sedang sibuk berkutat seorang diri di dapur, saat ini ia terlihat tengah sibuk dengan makanan yang ia masak untuk dirinya dan sang kekasih yaitu Rayyen.
Cellyna membuka penutup panci yang berisi sayur sup yang sedang ia masak. "Kayanya udah mateng." Gumannya pelan sambil mengaduk-aduk sayurnya. Kemudian perempuan itu melangkah untuk mengambil sendok agar bisa mencicipi rasa masakannya. Setelah di rasa pas, perempuan itu mulai mematikan kompor, kemudian ia kembali sibuk untuk memasak makanan buat bekal makan Ray ke sekolah.
Tak terasa enam puluh menit Cellyna menghabiskan waktu berkutat dengan peralatan masak di dapur, perempuan itu mulai mencuci bekas-bekas masak kemudian menata makanan yang sudah ia masak di atas meja.
"Akhirnya selesai juga." Guman Cellyna yang menatap puas pada hasil masakannya. Kemudian netranya beralih ke arah jam yang terpasang di dinding. "Jam enam? Tumben banget Ray belum keliatan. Apa dia masih tidur ya?."
Cklek
Pintu kamar yang biasa Cellyna tempati di apartemen Ray mulai terbuka, pandangan Cellyna langsung terarah pada tempat tidur. Kedua netranya menangkap seseorang yang sedang ia cari memang masih terlihat nyaman di dunia mimpinya.
"Kirain udah bangun, ternyata masih tertidur pulas." Guman Cellyna pelan, padahal semalam Ray yang lebih dahulu tertidur di banding dirinya.
Jika kalian berpikir bahwa semalam Ray dan Cellyna tidur sekamar, maka kalian salah, karena semalam setelah memastikan Ray tertidur Cellyna langsung pindah ke kamar sebelah.
Perempuan itu menghela nafas pelan, ia menggerakan kembali kedua kakinya dan duduk di pinggir kasur. Tangannya mulai terulur dengan lembut ia mengusap-usap pipi pemuda itu.
"Sayang, bangun yuk. Udah pagi tau."
Gak ada respon, Rayyen tidak terusik sama sekali, deru nafasnya masih terdengar teratur yang menandakan kalau cowok itu masih nyenyak.
Cup
Cellyna mengecup singkat pipi kekasihnya itu, lagi-lagi ia melakukan tindakan yang tak terduga. Sudut bibir perempuan itu sedikit terangkat karena Ray masih tertidur dan tidak terganggu oleh kelakuannya.
Sebelah tangan Cellyna yang tadi mengusap pipi Ray mulai naik dan mengusap lembut alis cowok itu. "Ray, bangun yuk, kamu ada rapat OSIS kan hari ini, jadi gak mungkin kamu bolos."
Kelopak mata itu mulai bergerak, tapi tidak terbuka.
"Yang, bangun ayo udah pagi loh ini, udah jam enam lewat." Seru Cellyna kembali.
Dalam tidurnya Ray melenguh, tubuh yang awalnya terlentang mulai bergerak menjadi posisi tidur menyamping menghadap Cellyna.
Perempuan itu menghela nafas pelan, karena Ray tidak membuka matanya sama sekali. "Ray." Panggilnya lagi yang masih senantiasa mempertahankan nada bicaranya yang lembut dan memijat pelan lengan bagian atas cowok itu.
Kedua kelopak mata Ray mulai mengerjap dan secara perlahan kedua netra yang biasanya menatap tajam pada setiap orang itu kini terlihat sayu. "Zia." Lirihnya pelan, tubuh Ray bergerak dan kembali ke posisi semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...