Chapter 18

125 10 0
                                    




Ray, Giyo, Leon, Bastian serta Brian saat ini masih berada di kantin, dan jangan lupakan Nadila yang tiba-tiba nimbrung ikut gabung bersama mereka.

Chintia yang duduk tidak jauh dari mereka menatap sinis kearah mereka berenam, lebih tepatnya ia menatap Nadila tidak suka.

"Nadila-Nadila, sampai kapan dia mau memakai topeng itu. Gatel banget tangan gue pengen jambak dia." Ujarnya.

Maura ikut menoleh dan melihat ke arah gengnya Ketos, "Kenapa gak lo samperin aja."

Chintia mendengus pelan, "Dia belum bikin ulah, makanya gue tahan diri gue agar tidak samperin dia."

"Kenapa gitu?." Tanya Vania.

"Gak kenapa-napa si, gue lagi berusaha buat gak nimbulin masalah duluan."



"Oh ya, ngomong-ngomong gue gak lihat cewek yang katanya cewek lo itu Ray?." Tanya Nadila memecahkan keheningan di antara mereka berenam.

Risa yang melintas di samping mereka memelankan langkahnya, setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Nadila.

"Cellyna sakit." Jawab Ray datar.

Mata Rarisa sedikit terbelalak mendengar jawaban dari Ray, ia menghentikan langkahnya dan langsung menghampiri gengnya Ketos.

Brakk

"Cellyna sakit?." Tanya Risa yang tanpa sadar telah menggebrak meja di sana.

Keenam orang yang di sana tersentak kaget.

"Lo apa-apaan si Risa, datang-datang bikin kaget aja lo." Protes Leon.

Risa menoleh ke arah Leon. "Gue gak nanya sama lo, gue nanya sama Ketos." Sahabat Cellyna itu kembali melihat pada Ray. "Celly kenapa? Dia sakit apa?." Tanyanya lagi.

"Lo gak usah khawatir, dia pasti sembuh." Jawab Ray yakin, lebih tepatnya ia meyakinkan pada dirinya sendiri, kalau Celly pasti baik-baik saja. Meskipun terlihat cuek dan tidak peduli sebenarnya ia sangat menghawatirkan perempuan itu.

"Gak usah khawatir gimana si lo. Sahabat gue sakit, tapi gue gak tau apa-apa, bahkan saat ini dia belum ada menghubungi gue." Jawab Risa sewot.

Ray mengeluarkan ponsel yang ada di saku celananya, dan menunjukkannya. "Lo kenal ini ponsel siapa?."

Mata Risa kembali terbelalak, mulutnya terbuka sedikit. "Loh, itukan ponselnya Celly, kenapa lo yang pegang? Pantes aja dari tadi gue hubungin gak aktif-aktif."

"Gue gak mau waktu istirahat cewek gue terganggu, makanya gue sita ponselnya."

Nadila merubah raut wajahnya menjadi datar setelah menyaksikan percakapan yang terjadi di sampingnya. 'Bahkan Ray sampai menyita ponsel cewek itu, cuma karena gak mau waktu istirahat cewek itu terganggu. Sebenarnya Ray beneran suka sama murid baru itu, atau dia sengaja nerima Celly cuma buat ngendaliin cewek itu doang, seperti yang orang-orang bilang.'

"Sejak kapan Cellyna sakit? Kemarin dia masih baik-baik aja." Ujar Bastian yang ikut khawatir.

Ray menoleh pada Bastian. "Kemarin." Jawabnya pelan.

Karena pegal terus berdiri, akhirnya Rarisa memilih untuk menarik kursi kosong dan duduk di samping Leon. Risa menghembuskan nafas pelan, "Dia sakit apa si Ray? Gue beneran khawatir sama dia."

"Lo tenang aja, mungkin dia gak bakalan masuk sekitaran seminggu doang kayanya." Jawab Ray santai.

Semua menatap kaget pada Ray, Ketos yang ditatap seperti itu mengernyitkan alisnya bingung. "Lo semua pada kenapa? Lihatnya gitu banget."

FebbriziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang