Di lapangan sekolah SMA Al-Ganexra, beberapa murid berkumpul mengelilingi lapangan, Cellyna yang datang dari arah koridor bersama Rarisa, Chintia, Maura dan Vania menatap penasaran dengan apa yang telah terjadi di sana.
"Gue denger-denger Nadila mau menyatakan perasaannya pada Ketos." Ujar salah satu murid yang melangkah melewati Cellyna dan teman-temannya.
"Gue juga dengernya gitu, gue berharap banget Ketos mau menerima Nadila." Jawab yang satunya.
Langkah Cellyna terhenti setelah mendengar ucapan dua orang tadi. Begitupun dengan Rarisa dan geng Chintia, mereka juga memilih untuk menghentikan langkah mereka menuju lapangan.
"Gue gak salah dengarkan?." Tanya Cellyna pelan, dadanya terasa sesak, ntah kenapa ia merasa sedikit takut.
"Lo gak salah dengar Cell, Nadila memang sengaja memanggil semua murid untuk berkumpul di lapangan agar mereka ssmua menjadi saksi." Sahut Maura.
Cellyna menelan ludahnya pelan, "Rayyen gak mungkin khianatin gue." Lirihnya pelan.
"Lo kan udah putus sama Ketos." Seru Vania dan berhasil membuat Cellyna sadar kalau ia sama Ray memang sudah putus.
Dengan cepat Cellyna melangkah kearah lapangan dan menyenggol beberapa siswa yang berdiri di lapangan, setelah sampai di bagian depan kedua mata perempuan itu sedikit terbelalak, ia melihat di tengah-tengah lapangan ada Nadila yang memegang buket bunga serta Ray yang berdiri menatap Nadila dengan senyum yang Ray tampilkan untuk perempuan itu.
Deg
Nafas Cellyna sedikit tersendat, dadanya terasa sangat sakit melihat Ray yang tersenyum manis pada perempuan lain selain dirinya. 'Ada apa ini? Kenapa Ray tersenyum pada Nadila.' Ujar Cellyna dalam hati.
"Ray."
Suara Nadila mulai terdengar, Cellyna mulai mengalihkan perhatiannya dari Ray ke arah Nadila.
"Dari dulu gue suka sama lo, gue selalu berusaha buat dapat perhatian dari lo. Gue selalu melakukan berbagai cara agar lo mau ngelirik gue. Ntah dari kapan gue merasakan rasa suka ini. Tapi yang jelas, setelah lo nolongin gue waktu SMP, rasa suka gue sama lo semakin membuncah." Nadila terdiam menjeda sejenak ucapannya.
Cellyna ingin maju, ia ingin menghentikan Nadila, ia ingin menarik Ray dan membawa jauh cowok itu dari Nadila, tapi tubuhnya seakan lumpuh ia hanya bisa terdiam menyaksikan.
"Setelah gue dengar kabar tentang kandasnya hubungan lo sama Cellyna, gue ngerasa kalau saat ini adalah kesempatan gue untuk bisa memiliki lo, jadi Ray." Nadila kembali menjeda ucapannya. "Lo mau gak jadi pacar gue?." Lanjut Nadila sambil menyodorkan buket bunga yang ada di tangannya ke arah Ray.
Nafas Cellyna kembali tercekat, hatinya berdenyut sakit, ia takut jawaban Ray tidak sesuai dengan harapannya.
Senyum lebar yang menampilkan gigi gingsulnya yang ntah kenapa selalu membuat Cellyna semakin jatuh pada pesona Ray kini cowok itu tujukan pada Nadila. Hati Cellyna semakin sakit melihat senyum itu di tunjukan pada perempuan lain, jantungnya berdebar kencang melihat tangan Ray yang bergerak meraih bunga yang ada di tangan Nadila.
"Ya, gue mau jadi pacar lo." Jawan Ray dengan begitu yakin.
"Mba? Mba."
Cellyna tersentak pelan, ia kembali tersadar dari lamunannya.
"Kita sudah sampai di tujuan Mba." Ujar Pak supir taksi kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...