Ray mulai meraih botol air mineral pesanan Cellyna tadi dan mulai meneguknya, jujur saja sapi mercon masakan Celly memang pedas, tapi ntah kenapa ia malah ketagihan dan gak bisa berhenti ngunyah. "Shh huh gue masih kuath, huh gue masihh sanggup." Cowok itu kembali menerima suapan yang Celly suapkan lagi padanya.
"Gue mau nyoba dong." Ujar Leon yang penasaran sama makasan Cellyna, 'Apakah masakan Cellyna sama enaknya dengan masakan Febbrizia waktu itu?.'
Ray menoleh cepat dan menatap tajam pada Leon, "Gak."
Leon memutar bola matanya bosan, "Rayyen mode pelit mulai aktif ya bun."
"Berasa lihat pasutri padahal baru pacaran, gak kebayang deh kalau mereka sudah menikah kelakuannya kaya gimana." Celetuk Chintia tiba-tiba.
Cellyna tidak menghiraukan ucapan Chintia, saat ini ia sibuk mengunyah dan menyuapi Ray, bekal makanan mereka juga tinggal sedikit.
Rarisa memajukan bibir bawahnya, saat ini bakso yang ia makan tadi sudah kandas begitupun Leon.
Leon menyikut pelan lengan Risa, "Ngapa lo, cemberut aja."
Risa mendengus pelan, "Gara-gara kalian datang, girls time gue gagal, padahal gue pengen cerita-cerita banyak hal sama sahabat gue."
Cellyna yang kebetulan duduk di samping Risa mulai menoleh, ia merasa sedikit tak enak. "Maafin gue ya Sa, nanti gue kosongin waktu deh biar kita bisa happy-happy bersama."
"Awas ya kalau lo ingkar."
"Gak kok."
"Sayang makan lagi." Ujar Ray menggoyangkan lengan Cellyna.
"Oh iya bentar, aa."
Rayyen kembali menerima suapan itu.
Dari arah pintu masuk kantin, Nadila, Anita dan Dinda mulai masuk dan melihat ke sekitar kantin.
"Kan udah penuh, tadi gue bilang juga apa, langsung ke kantin aja." Seru Anita melihat kantin yang sudah penuh.
Setelah bel istirahat tadi ke inginan Anita ya langsung ke kantin, tapi si Dinda malah ngajak ke rooptop dulu, Nadila juga, dia malah setuju.
"Ya sorry lah Ta, lo sensi banget. Lagian ada tuh yang kosong." Jawab Dinda sambil menunjuk meja yang belum terisi. "Ayok langsung ke sana.
"Wait wait." Seru Nadila sambil menarik tangan kedua temannya yang sudah melangkah dan menariknya agar mereka mundur lagi.
"Kenapa?." Tanya Dinda.
Mata Nadila memicing melihat meja dekat meja kosong yang Dinda tunjuk tadi. "Itu Rayyen kan?." Tanyanya.
Netra Anita dan Dinda mulai melihat ke mana arah Nadila melihat. Di sana, mereka melihat di sana ada Ketos yang lagi makan tapi di suapi sama Cellyna, selain Ray di sana juga ada keempat sahabat cowok itu, Rarisa dan gengnya Chintia.
"Loh itu kan Chintia? Kok mereka gabung si?." Tanya Dinda yang gak terima ada Chintia yang duduk di samping Giyo.
"Mungkin karena ada Giyo, makanya Chintia ikut duduk di sana." Jawab Anita.
Nadila tidak menghiraukan ucapan Dinda dan Anita, saat ini matanya menatap tajam dan gak suka pada Cellyna yang sibuk menyuapi Ray. "Kayanya gue harus bongkar sekarang." Ujarnya.
"Gue setuju." Sahut Dinda cepat, "Gue setuju kalau rahasia mereka dibongkar hari ini."
"Lo berdua duduk dan isi meja yang kosong itu, gue mau nyamperin dulu mereka." Seru Nadila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Ficção Adolescente"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...