Chapter 35

124 9 0
                                    




"Heh cewek toxic, gak usah caper deh lo, pura-pura jatuh, maksud lo apa kaya gitu?."

Mulut Cellyna membulat mendengar omongan orang yang tiba-tiba ada di sampingnya dengan nada yang terkesan tajam dan menaruh benci padanya. "Hah? Gak salah denger gue?." Cellyna menoleh ke samping dan memandang remeh pada Nadila. "Orang toxic kaya lo, ngatain gue toxic? Coba lo ngaca deh biar lebih tau diri." Cellyna menjeda ucapannya, ia melihat perempuan itu mulai mengepalkan tangannya emosi. "Badila Badila, gue heran deh sama lo, udah tau Ray itu pacar gue, tapi lo tetap aja ngejar-ngejar dia. Lagipula ni ya, mau gue caper kek, manja kek, banyak tingkah pada Ray, ya itu terserah gue dong, kan dia laki gue."

"Sayang."

Belum sempat Nadila membalas ucapan Celly, tiba-tiba Ray datang menghampiri.

"Aku udah bilang sama Pak Ahmad dan beliau sudah kasih izin."

"Ok, makasih sayang." Jawab Cellyna dengan nada bicara yang sengaja ia lembutkan.

Rayyen mengernyit geli, 'Ada maunya ni pasti.' Kemudian Ray menoleh ke arah Nadila. "Nad, lo gak ikut lari sama yang lain?." Tanya Ray dengan raut wajah dan nada bicara yang kembali berubah datar.

Nadila yang di tanya merubah raut wajahnya, "Shh iya nih cuma sedikit pusing, mungkin gara-gara terbentur waktu itu efeknya belum hilang." Jawabnya seraya merintih dengan tangan yang mengusap pelan dahi yang tidak tertutupi kasa.

"Dihh." Cellyna menatap aneh pada Nadila, 'Tadi ngatain gue caper, sekarang dia sendiri yang caper.'

"Oh." Sahut Ray singkat.

"Hah?." Kedua mata Nadila sedikit terbelalak, tak percaya dengan respon yang Ray keluarkan. "Oh doang?."

"Ya trus kenapa?."

"Lo gak mau inisiatif gitu, buat anterin gue ke UKS."

"Ngapain."

"Ptttt, Nadila Nadila, inisiatif apa si yang lo maksud? Lagipula lo kan cuma sedikit pusing bukan pusing banget tapi cuma sedikit pusing, jadi gue rasa cowok gue gak perlu inisiatif buat bawa lo ke UKS dan itu juga bukan kewajiban cowok gue meskipun lo sakit parah sekalipun." Seru Cellyna dengan menekankan kata cuma sedikit pusing. "Sayang, pergi kelapangan basket sekarang aja ya." Pintanya pada Ray.

"Lo bener-bener berubah ya Ray."

Rayyen mendengus pelan dan menoleh ke arah Nadila, "Berubah apa lagi si."

"Lo berubah semenjak ada dia." Jawab Nadila sambil menunjuk Celly. "Dulu lo emang gak peduli sama apa yang orang lain lakukan, tapi waktu SMP lo mau nolongin gue sehingga gue gak jadi sasaran bully, terus semenjak jadi Ketos lo juga selalu membela yang benar. Tapi kenapa sekarang, lo bener-bener berubah tau gak, dan dia membawa pengaruh buruk buat lo."

Rayyen memutar bola matanya bosan, "Ck." Tatapan cowok itu semakin dingin dan datar. "Seperti yang lo bilang-" ia menjeda ucapannya sejenak. "Gue membela yang benar, gue tau mana yang harus gue pedulikan dan mana yang gak penting untuk gue pedulikan. Gue juga bisa lihat mana yang tulus dan mana yang modus. Lagipula buat apa gue membela hal yang gak penting, buang-buang tenaga tau gak."

Nadila menatap tak percaya pada Ray, kenapa cowok itu bisa berubah seperti ini, kemana dia yang dulu selalu membantu dirinya. "Tapi lo gak tau Ray, kalau cewek itu gak tulus sama lo, dia jatuh aja cuma pura-pura."

Ray tidak menanggapi ucapan Nadila barusan, saat ini netra cowok itu kembali terfokus pada Cellyna. "Kita kelapangan basket sekarang, aku gendong ya."

Cellyna mengangguk senang, ia merasa kemenangan ada di pihaknya. "Tapi aku mau di gendong di belakang."

FebbriziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang