Langit terlihat begitu cerah dengan warna biru yang seolah-olah memancarkan keceriaan untuk di perlihatkan pada makhluk bumi, beberapa awan tampak indah menghiasi langit dan melengkapi semua keindahan itu.
Berbeda dengan langit yang terlihat ceria, seorang perempuan yang berdiri di balkon kamar di kediaman Genexra itu justru terlihat berbanding terbalik dengan langit, matanya memandang ke arah langit yang biru tapi pancaran mata perempuan itu terlihat sendu.
Cellyna menghembuskan nafas pelan, ia merindukan Ibu yang telah melahirkannya, ia ingin merasakan kebahagiaan yang di rasakan oleh anak-anak lainnya, ketika pulang di sambut sama ibunya, dimasakin makanan enak, dibacakan dongeng sebelum tidur, di berikan banyak perhatian dan yang paling penting ia ingin sekali merasakan pelukan hangat dari Mamanya yang gak pernah ia rasakan selama ini.
'Tuhan, apa salahku sehingga Ngkau memisahkan aku dengan Mamaku dan Kak Aga juga?.' Ujar perempuan itu dalam hati.
Kekasih dari anak semata wayang di keluarga Ganexra itu sedikit tersentak pelan saat merasakan tubuhnya yang direngkuh oleh seseorang dari arah belakang. Wangi parfum yang sangat ia kenali mulai tercium oleh hidungnya sehingga ia bisa bernafas lega karena orang itu bukan orang lain.
"Zia, are you okay?."
Bisik seseorang yang merengkuhnya itu, ia merasakan kepala orang itu mulai bertumpu pada bahunya.
Sudut bibir Cellyna sedikit terangkat dan menampilkan senyum tipis. "Aku gak papa Ray." Lirihnya pelan.
"Bohong." Jawab Ray dengan nada bicara yang masih berbisik. "Pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu kan?."
Kedua mata Cellyna mulai terasa perih, perempuan itu mulai memejamkan kedua matanya, setelah itu ia berbalik dan memeluk tubuh Ray serta menenggelamkan kepalanya pada dada bidang cowok itu.
Rayyen mengusap pelan punggung Cellyna yang mulai bergetar, bahkan saat ini telinga cowok itu mendengar suara isak tangis yang tertahan "Gak papa sayang, kamu gak sendiri, aku akan selalu ada untuk menemani kamu." Bisik Ray pelan untuk menenangkan perempuan itu. Padahal Cellyna belum cerita apa-apa, tapi Ray seolah-olah tau apa yang ada di benak Cellyna saat ini.
.............
"Selamat datang kembali di London Zia." Seru Ray semangat dengan tangan yang terentang ke samping kiri dan kanan di hadapan Cellyna.
Seluruh wajah Cellyna mulai memerah, ia meraih tangan kanan cowok itu dan menurunkan lengannya, "Apaan si kamu, malu tau dilihat Mami sama Papi."
"Ngapain malu."
Mami Reyna dan Papi Elvano hanya tertawa pelan melihat tingkah putranya itu.
Setelah menempuh perjalanan dalam beberapa jam di dalam pesawat, akhirnya Cellyna, Rayyen, Mami Reyna dan Papi Elvano saat ini telah sampai di negara tujuan mereka.
"Mi, Pi, sekarang kita langsung pergi aja ke rumah Grandpa Zia, Mami, Papi sama Ray bisa tinggal di sana." Seru Cellyna.
Papi Elvano dan Mami Reyna saling pandang seolah tengah berunding lewat tatapan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Febbrizia
Teen Fiction"Setelah belasan tahun gue hidup di dunia, kenapa harus lo yang jadi pacar gue?." "Oh, sekarang lo mulai mengakui kalau gue itu pacar lo." ............ "KENAPA SI? Hiks hiks. Kenapa bukan gue aja yang pergi waktu itu hiks. Gue udah gak sanggup hiks...