"Jika pergimu, karna rasa sakit dariku, maka akan ku pastikan kembali ku, akan menjadi obat untukmu."
_Rional Abigail Rajatha_
Dua pasangan itu hanya berdiam diri, duduk di sebuah meja makan di sebuah cafe dengan dinding kaca yang tembus pandang melihat ramainya hiruk piruk ibu kota yang cukup padat.Sudah beberapa menit mereka diam, tanpa berniat membuka mulut, dan berbicara, menyelesaikan masalahnya. Yang terjadi hanyalah diam, dan diam.
Di bawah mejanya, tangan Ciya bergerak gelisah menggenggam tangan satunya lagi, sedangkan laki-laki di depannya tampak santai, mengetuk jari telunjuknya di paha, dengan wajah yang menoleh ke luar.
Sekuat tenaga Ciya mempersiapkan diri untuk berbicara dengan laki-laki di depannya itu. Ternyata sangat menguras tenaga. Merangkai kata demi kata yang akan di lontarkanya pada laki-laki di depannya itu.
Ciya sendiri terlihat menarik nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan, lalu dengan sedikit deg-degan ia berkata,
"jujur aku cape, sama sifat kamu."
"Hmm." dahagem laki-laki di depannya itu dengan santai, tapi tak bisa di pungkiri ada rasa cemas di balik wajah santainya.
"Kita udahan aja, lupain ucapan aku yang bilang gak akan ninggalin kamu apapun itu, lupain, aku pernah bilang, gak peduli sama sikap buruk kamu, lupain semuanya, jujur aku gak sekuat itu nerima semuanya, nyatanya aku cape, aku tertekan, aku ... "
Ucapan gadis muda itu tertahan, ia tidak bisa meneruskan kata-katanya, air matanya juga sudah tampak berlinang, matanya berkaca-kaca, namun terlihat jelas, Ciya menahan sekuat mungkin agar air matanya tidak jatuh. Dan itu berhasil.
Terlihat santai, tapi ada rasa terkejut pada laki-laki yang sedari tadi hanya diam itu.
Entah diam karna muak, atau memang tidak bisa berkata-kata lagi."Aku juga cape, tapi aku gak lebay kayak kamu!" ketus laki-laki itu menjawab peryantaan gadis yang sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh.
"Kamu cape? Apa yang kamu capek-in!? Aku selalu care sama kamu! Aku gak pernah telat balas chet kamu, aku selalu kasih suport kalo kamu ada masalah! Aku sering gak peduli kamu main sama temen-temen kamu, sampe lupa ada aku! Aku gak masalah kamu privat hubungan kita! Tapi apa aku dapet kayak gitu juga dari kamu?"
Air mata yang tadi berhasil di canggah untuk keluar, kini kembali menggenang di pelupuk matanya. Tapi pertahanan untuk menahan air matanya gagal. Air matanya mau tak mau runtuh juga. Dan dengan secepat kilat ia menghapus air matanya, berharap laki-laki tidak melihatnya, walaupun kenyataannya laki-laki di depannya sudah melihatnya dengan jelas.
"Aku cape Ci! Aku cape sama hidupku sendiri, aku anak pertama laki-laki, yang gak pernah dapet kasih sayang ortu, selalu di tuntut untuk dewasa, apa-apa harus bisa sendiri. Kamu ngertiinlah! Aku juga cape!"
"Aku selalu ngertiin kamu Nal! Pernah aku peduli sama latar belakang keluarga mu! Aku gak peduli Nal, gimana keluarga kamu! Aku gak peduli kalo ortu kamu pisah terus bangun keluarga sendiri-sendiri, kamu masih bisa anggap keluargaku, sebagai keluargakamu juga."
"Udah Ci, emang bener anak broken home kayak aku, gak pantes buat dicintai."
Gadis bernama Ciya itu menghela nafas kasar. Ini adalah hal yang paling tidak suka pada diri Rional, laki-laki yang sedari tadi ribut dengannya.
Rional selalu seperti itu playing victim merasa paling tersakiti, insecure-ran, dan
selalu merasa kurang. Padahal Ciya selalu mendambakan laki-laki yang dewasa, berwawasan luas, tidak insecure-ran, selalu percaya diri dan tidak merasa paling tersakiti. Tapi nyatanya ia jatuh cinta pada sosok laki-laki seperti Rional.
"Kayak yang aku bilang tadi, kita udahan aja," pinta Ciya yang sudah memikirkan perkataannya berulang-ulang kali.
"Oke, sesuai permintaan," jawab Rional yang dari kata-katanya tampak tak yakin. "Aku pergi." jawab Rionel setelahnya, meninggalkan Ciya sendiri.
'Awal yang baru akan segera dimulai, meninggalkan semua kenangan yang telah dibuat dengan tawa.' batin Ciya berucap, semoga ini bukanlah hal yang ia sesali di kemudian hari.
"Kalo emang jodoh, gak bakal kemana-mana kok."
Sepotong kata yang pernah di ucapan Rional padanya teringat kembali, entah mengapa otaknya memaksa dirinya untuk flashback.
"Walaupun berat inilah keputusannya."
______
Binjai (Sumatera Utara)
22:34
20-Febuary-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas R
RandomTentangmu sosok laki-laki yang pernah membuatku patah, namun kembali lagi untuk menyembuhkan luka....