Haloo, kita bertemu kembalii dengan MiOz. Tolong dukung kisah mereka ya dengan cara vote dan komen seikhlasnya.
Boleh juga bantu share cerita ini dan jika berkenan silakan follow akunku. Terimakasih dan selamat membaca.
___________________
Decak kasar yang sudah tak terhitung kembali keluar dari bibir Ozge. Setalah melirik arloji yang sudah menunjukan jam delapan malam lewat 15 menit, ia mendongak ke ujung tangga dan berharap apa yang sejak tadi ia tunggu muncul dari sana.
Sayangnya, hal itu sudah 10 kali ia lakukan dan hasil yang Ozge dapatkan tetap sama. Wanita yang tadi berkata ingin memilih gaun untuk memenuhi dress code yang ditentukan, tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Ozge benci pada orang yang terlihat menyepelekan waktu. Merasa sudah habis kesabaran, ia beranjak dari sofa yang dipakai untuk menunggu. Berniat menaiki tangga untuk menggedor pintu kamar Migel dan memberi sedikit omelan. Namun, semua itu urung ia lakukan saat wanita yang malam ini jadi bibit emosi muncul dari ujung tangga.
Wanita itu memakai gaun malam berwarna hitam pekat, mempertontonkan bahu putihnya dengan sombong, dan membiarkan rambut karamelnya yang berkilau jatuh ke belakang punggung. Sekarang, Ozge merasa seorang kasim yang ditugaskan mengantar putri kerajaan ke pesta dansa saat Migel dengan gerak anggun menuruni tiap anak tangga.
"Bagaimana penampilanku?" Migel sampai di hadapan Ozge yang masih mematung. "Dress codenya black gold, gaun warna gold milikku tertinggal di rumah. Saat aku cari hanya ada warna hitam di lemari, tapi tak usah khawatir aku melengkapinya dengan tas berwarna emas. Ini sempurna, kan?" lanjutnya sambil mengibaskan rambut dan sama sekali tak merasa bersalah karena keterlambatannya.
"Kamu terlambat 18 menit dan karena hal itu kita berdua akan telat datang ke acaranya," protes Ozge setelah berhasil menyeret kesadarannya.
Namun, sepertinya Migel tak peduli dengan raut berang sang suami. Ia hanya bergumam kata oh sambil memeriksa sebentar tampilan kukunya.
"Kalau begitu, ayo! Kamu tidak ingin membuang waktu lagi, bukan?" timpal Migel sembari berjalan lebih dulu, meninggalkan Ozge yang hanya mampu mengembuskan napas kasar.
Selama perjalanan, keheningan menjadi teman mereka berdua. Ozge yang memilih duduk dengan menyisakan jarak yang cukup luas, masih jengkel dengan sikap Migel. Sementara wanita itu terlihat biasa saja bahkan lebih peduli dengan tampilan kukunya yang berwarna-warni
Migel melirik sebentar ke arah Ozge, merasakan aura kekesalan masih menempel pekat di wajah pria itu. Namun, alih-alih berdecak kasar atau menggelontorkan serentetan omelan, sepertinya Ozge adalah tipe pria yang memilih diam saat marah.
"Kamu masih marah?" Migel benci dengan keadaan hening, jadi ia akhiri hal itu dengan pertanyaan yang sebenarnya tak terlalu ia harapkan jawabannya.
"Aku tidak suka seseorang yang menyepelekan waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall In Love!✔️
Literatura Feminina(Cerita ini masuk readinglist pilihan @wattpadRomanceID untuk edisi bulan Juni dalam kategori Bittersweet Of Marriege) CHAPTER COMPLETED ✔️ Karena tak berhasil membawa 'kekasih' ke hadapan keluarga, Megaira Aslan terpaksa menyetujui perjodohan yang...