14. Bad Days.

3.3K 396 98
                                    

Mereka kembali menyapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka kembali menyapa. Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca

______________

Awalnya Ozge ragu untuk kembali turun ke bawah dan bertatap muka dengan istrinya. Takut jika Migel membahas hal yang membuat ia tidak nyaman dan makin merasa bersalah.

Namun, saat ia sudah membulatkan tekad dan berjalan menuju meja makan semua terasa biasa saja. Pertama Ozge memang ragu untuk memulai percakapan dan hanya diam sambil melihat beberapa para pelayan menyediakan menu makan malam di hadapan mereka. Lantas seperti tidak ada hal yang terjadi, keadaan canggung itu pecah saat Migel dengan santai membuka mulut dan mulai bercerita tentang liburannya ke dua negara sekaligus.

Ozge menanggapinya dengan baik. Tersenyum tipis sambil sesekali bertanya hal yang tidak terlalu penting saat obrolan mereka terus terjadi. Hingga keadaan yang tiga hari ini terasa hambar berakhir dengan suasana yang kembali kondusif.

Akan tetapi, pagi ini Ozge sedikit heran karena merasakan perubahan raut muka Migel yang terlihat muram tidak seperti biasanya. Saat ditanyai, wanita itu hanya tersenyum paksa sambil mengatakan kalau dirinya sedang baik-baik saja. Meskipun penasaran ingin tahu apa yang Migel rasakan, Ozge memilih diam sampai acara sarapan bersama benar-benar selesai.

Sementara itu, wanita yang membuat Ozge kepikiran selama perjalanan ke kantor sedang mengendarai mobil menuju kediaman sang ayah. Bagi Migel hari ini adalah hari terburuk yang datang satu kali dalam satu tahun. Meskipun tidak menyukainya, tapi ia tidak bisa mengabaikannya.

"Mama! Mau lihat sesuatu?! Aku menggambar gaun pengantin di bukuku." Sambil memegang buku gambar, pagi itu Migel dengan semangat yang menggebu mengetuk pintu kamar ibunya berulang kali.

"Ini cantik! Mama bisa buka pintunya! Aku ingin menunjukkan ini!" Migel makin tidak sabaran menunjukan hasil coretannya. Ia terus berteriak sambil menggedor-gedor daun pintu dengan kepalan tangan kecilnya. "Mama masih tidur?!"

Suara teriakan itu membuat salah satu pelayan laki-laki buru-buru menghampiri Migel. "Nona Migel, ada apa?"

"Pak Hasan, Mama tidak menyahut saat dipanggil. Pintunya terkunci, bisa bantu aku membuka ini?"

Dari arah kamar lain seorang pemuda berusia 13 tahun yang sedang menggosok rambut dengan handuk kecil mulai menghampiri Migel. Ares mengernyit mendengar suasana gaduh di depan kamar orang tuanya.

"Ada apa?" tanya Ares mengernyit saat seorang pelayan berlari ke lantai bawah. "Migel?"

Gadis itu mengabaikannya dan kembali mengetuk pintu kamar di depannya. Suara Migel mulai marah sekaligus panik.

"Ares, Mama tidak menjawab panggilanku!"

Ares mengernyit lalu ikut mengetuk daun pintu itu dan memanggil sang ibu berulang kali. Hasilnya sama, tak ada sahutan apa pun sampai pelayan yang tadi diperintah Migel datang dengan beberapa anak kunci cadangan. Di belakangnya ada seorang pelayan wanita dan dua orang laki-laki yang Ares tahu adalah penjaga rumah.

Let's Fall In Love!✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang