6. Tawaran Kebebasan.

4.2K 455 83
                                    

Masih setia, yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih setia, yaaa. Yuk dukung kisah mereka dengan vote dan komen seikhlasnya. Boleh juga share cerita ini jika suka dan kalau berkenan bantu follow akunku, yaa.

Terima kasih dan selamat membaca.

_________________

Migel sampai di kantor Ozge sekitar jam setengah dua. Awalnya ia ingin datang sebelum jam makan siang, tapi karena ada beberapa urusan di butik Migel menunda sebentar niat baiknya.

Benar. Niat baik yang ingin mencegah silent treatment dalam hubungan rumah tangga. Ah, rasanya Migel sudah jadi istri paling berbakti yang pernah ada.

Langkahnya terayun mantap. Beberapa orang yang mengenalnya menyapa dan tersenyum ramah selama ia berjalan menuju elevator khusus untuk para petinggi perusahaan. Tas dengan merk ternama menggantung di sebelah tangannya, sedang tangan lainnya sibuk membawa satu box pizza yang Migel ketahui adalah makanan kesukaan Ozge.

Jika dipikir-pikir, Migel tidak mengerti kenapa ia seberusaha itu  untuk menemui suaminya. Padahal jika mau bersabar ada dua hari jatah libur Ozge dalam seminggu. Biasanya pria itu selalu ada di rumah saat lepas dari beban pekerjaan. Sayangnya, Migel bukan termasuk orang yang sabar.

Keluar dari sangkar besi yang membawanya ke lantai 17, Migel kembali mengayunkan Saint Laurent yang membungkus kakinya menuju ruangan yang sebenarnya baru kali ini ia datangi. Lokasinya pun ia ketahui dari salah satu pegawai yang tadi menyapa. Sekitar 20 meter dari ruangan yang ia tuju, seorang gadis berambut sebahu dengan pakaian formal yang terlihat modis sedang duduk tenang di balik meja kotak.

"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Gadis itu menyapa sopan setelah berdiri.

Migel tidak buru-buru menjawab. Ia justru memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah lewat kacamata hitam yang digunakan, lalu melirik ke arah tas didekat kursi dengan merk yang cukup terkenal.

Itu sepertinya tas asli. Benarkah?

Tatapan Migel berhenti di wajah gadis itu, memindai setiap ekspresi ramah yang berubah bingung. "Kamu sekretaris suami saya, ya?" tanyanya dengan nada yang terdengar tak bersahabat.

Gadis dengan nametag Andira itu menautkan kedua alisnya sebelum melebarkan mata, lalu memaksa senyum ramah seperti biasa. "Oh, Bu Megaira. Maaf tidak mengenali Anda. Iya, saya sekretaris Pak Ozge," jawabnya mencoba tenang.

"Oh, sudah berapa lama?"

"Maaf?"

"Sudah berapa lama kamu jadi sekretarisnya?"

"Oh, itu ... Sudah lumayan lama, Bu. Dari Pak Gandhira masih menjabat sebagai CEO di sini."

"Oh ...," balas Migel sambil mengangguk pendek. "Saya mau ketemu Ozge, dia ada dalam ruangannya, kan?"

"Ada, Bu. Mari saya antar," tawar Andira sambil keluar mengitari mejanya dan mempersilakan wanita yang menjadi istri atasannya itu berjalan lebih dulu.

Saat hendak sampai ke depan pintu kantor yang hanya berjarak lima meter lagi, Andira buru-buru berjalan ke depan untuk mengetuk sebagai formalitas dan membukakan pintunya. Ia bisa melihat keterkejutan sang bos yang sejak kemarin terlihat berbeda. Kemudian, memilih keluar meninggalkan pasangan suami istri itu.

Let's Fall In Love!✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang