23. Jiwanya Terjebak.

3.4K 412 64
                                    

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.

__________________

"Kasusnya cukup besar saat itu. Meskipun sudah 23 tahun berlalu, aku masih ingat bagaimana kondisi memprihatinkan anak-anak yang ditemukan dalam gudang. Ada tiga belas anak yang siap dikirim ke China, lima orang berusia 10 sampai 13 tahun dan yang lainnya masih sangat kecil."

Riza dan Migel sudah duduk dalam ruang tengah dengan menempati sofa yang saling berhadapan. Wanita yang hari ini memakai dress warna marun dan melengkapinya dengan blazer hitam berkancing mutiara, masih mendengarkan secara serius bagaimana kronologi penculikan yang sudah menelan puluhan korban serta membongkar sindikat gembong mafia yang terlibat dalam perdagangan manusia.

"Ozge tidak ditemukan bersama anak-anak lainnya. Saat dikepung ada lima bangunan tua yang di antaranya menyimpan senjata tajam, obat-obatan terlarang, serta satu truk kontainer yang disinyalir menjadi alat transportasi untuk mengirim anak-anak itu ke pasar gelap sebelum diberangkatkan.

Saat 13 anak sudah diamankan, tim yang dikerahkan masih terus menggeledah TKP. Sehari setelah berita itu meledak di media, barulah Ozge ditemukan di gudang dekat penyimpanan bekas tong minyak. Kondisinya lebih buruk dari tiga belas anak yang ditemukan sebelumnya."

Tangan Migel mulai meremas bantal sofa yang mengisi pangkuannya. Ia masih terdiam dan membiarkan Riza menceritakan kejadian malang itu. Lebih tepatnya, Migel tidak bisa merespons apa pun selain menatap tidak percaya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

"Aku sebenarnya tidak ada di tempat kejadian saat proses penyelamatan, tapi aku mendengar itu langsung dari polisi yang menemukan Ozge juga dari Pak Gandhira yang saat itu memang sedang mencari keberadaan Ozge untuk diadopsi.

Tiga bulan setelah kasus itu viral di mana-mana, Pak Gandhira baru menghubungiku untuk memeriksa keadaan Ozge. Ada tiga psikolog yang sebelumnya dipanggil Pak Gandhira untuk membantu kondisi Ozge dan mereka semua mengatakan kalau Ozge harus dibawa ke psikiater.

Mereka memang benar. Saat pertama kali kami bertemu, Ozge masih anak kecil yang terjebak dalam gudang. Dia selalu merasa terancam. Bahkan suara langkah kaki yang mendekat saja membuatnya ketakutan dan bersembunyi ke celah apa pun untuk mengamankan diri.

Aku juga tidak bisa langsung bertatap muka dengannya. Pertama kali melakukan konseling, aku bicara dari balik pintu kamar sambil melihat keadaan Ozge dari rekaman cctv yang dipasang di tiap sudut kamarnya. Lima kali kunjungan, dia baru mau keluar dan setelah itu aku tahu dia mengalami haphephobia ditingkatan yang cukup parah."

"Itu pasti karena pelecehan seksual yang dialaminya?" Kalimat itu meluncur tanpa sadar dari bibir Migel.

"Sampai saat ini dia tidak mau menceritakan, ada berapa orang yang melakukan pelecehan padanya. Tapi yang pasti hal itulah yang membuatnya trauma berat. Pak Gandhira juga memberikan hasil visum Ozge saat aku mengatakan anak angkatnya mengalami haphephobia." Riza meringis prihatin mengingat hari itu. "Hasilnya lebih parah dari yang aku bayangkan. Tubuh Ozge penuh memar dan bagian intimnya terluka cukup parah."

Let's Fall In Love!✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang