48. Pilihan Yang Terbaik.

11.1K 449 124
                                    

⚠️BACANYA SAMPAI BAWAH⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️BACANYA SAMPAI BAWAH⚠️

Guys, bab ini 3000 kata lebih. Keren sekali aku 👏🥺🤏

Ayo dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.

___________________

Jika ada sebutan anak durhaka, lantas julukan apa yang pantas bagi orang tua yang mengabaikan anak-anaknya?

Migel pernah membunuh ribuan kali sang ayah dalam pikirannya. Jika negara menerapkan undang-undang baru tentang pasal kurungan atau denda bagi mereka yang memikirkan ingin membunuh seseorang, mungkin Migel sudah jatuh miskin atau jadi langganan keluar masuk bui.

Syukurlah, sampai detik ini undang-undang itu tak pernah ada dalam sejarah.

Kendati demikian, ternyata kebencian yang ia tanam hingga berbuah lebat lebih mengerikan dari pikiran ingin mencekik sang ayah saat tidur. Migel tak tahu, apa selama hidup ia lebih banyak berbuat baik atau jahat yang jelas selama ini banyak hal dibenci olehnya karena satu alasan.

"Ini rancanganmu, Migel? Wah, bagus sekali. Ayah yakin kamu pasti akan jadi desainer gaun pengantin yang terkenal."

Sejak saat itu Migel benci dengan rancangan gaun pengantin.

"Pergilah, urus anak-anakmu!"

Dan sejak saat itu Migel benci dengan anak-anak.

Masih banyak lagi yang membuat ia benci sesuatu karena alasan sepele. Hingga tak sadar jiwanya tak secantik rupanya. Ia lebih banyak mendengarkan bisikan orang yang menyindirnya sombong, angkuh, pembangkang, dan arogan. Semua itu selalu Migel anggap sebuah pujian yang membuat ia makin dibenci banyak orang.

Hari ini kebencian itu ditelan bumi. Diantarkan tetes hujan, disaksikan ratusan orang, dan meninggalkan bau basah serta kesakitan yang membumbung tinggi ke udara. Kemudian, berbisik mengejek sanubari karena merasa sedih saat figur sang ayah yang dibenci sudah tidak akan bisa ia temui.

Suasana di kediaman Aslan begitu ramai. Setelah jasad sang konglomerat dikebumikan, ratusan karangan bunga berjejer di sepanjang jalan menuju rumah mewahnya, pun dengan para pebisnis dan antek-anteknya yang berbondong datang untuk mengucapkan bela sungkawa.

Ares lelah dan muak. Tapi ia tak bisa lari dari rumah yang jadi saksi tempatnya dibesarkan.

"Ares?"

Pria dengan setelan jas hitam itu menoleh. "Ya?"

"Kamu melihat Migel? Dari pemakaman aku belum melihatnya lagi."

"Dia tak pergi denganmu?" Ares mengernyit saat pria berstatus suami adiknya bertanya panik.

Let's Fall In Love!✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang