44. Childfree.

3.5K 302 73
                                    

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.

____________________

"Megaira."

"Atas nama Megaira." Salah satu pegawai kedai kopi mengulang panggilannya.

Sementara itu, pemilik pesanan masih fokus menatap nama toko yang tertulis di depan meja barista sembari sibuk memikirkan hal yang tidak Ozge duga bisa diungkapkan Migel begitu saja. Setelah mendengar Migel mengatakan hal yang membuatnya sedikit terkejut, Ozge tidak merespons apa-apa selain memutar tubuhnya lagi dan berjalan menuju kedai kopi yang tak jauh dari tempat mereka berada.

"Maaf, Pak. Kopinya atas nama Megaira, kan?"

Ozge terkesiap. "Oh, iya, Mbak." Ia mengambil dua cup kopi yang disodorkan pelayan wanita itu. "Terima kasih banyak, Mbak."

"Sama-sama, Pak."

Ozge keluar dari toko kecil itu dan berjalan menuju tempat yang menjadi pilihan ia dan Migel menghabiskan waktu santai di malam hari. Dari jarak beberapa meter ia sudah bisa melihat Migel. Wanita itu tidak lagi duduk di kursi melainkan berdiri di dekat air laut sambil melipat tangan di bawah dada.

"Migel?"

Wanita itu menoleh dan menatap Ozge yang sudah siap dengan senyum tipis seperti biasa. Membawa Migel kembali duduk di tempat yang sama, Ozge memberikan satu cup latte hangat pada Migel. Lalu menarik napas merasa mulai ragu dan sedikit tidak nyaman dengan ucapan Migel beberapa menit lalu.

"Ozge?"

"Ya?" Ozge beranikan menatap wanita itu setalah menyeruput kopi hitam miliknya.

"Aku serius."

"Tentang apa?"

"Yang tadi aku ucapkan."

"Migel ...," panggil Ozge selembut yang ia bisa, lalu meraih tangan wanita itu sebelum tersenyum melihat sepasang manik indah Migel terasa menyimpan sedikit keresahan. "Jangan bicarakan hal yang membuatmu merasa belum siap untuk membahasnya." Karena sejujurnya, Ozge bukan hanya terkejut tapi juga tak siap mengetahui fakta Migel tidak ingin memiliki seorang anak.

"Bagiamana kopinya? Enak, kan?" Ozge coba mengalihkan pembicaraan.

"Ozge, aku ...."

"Ssssttt ...." Sambil berdesis pelan, Ozge membawa Migel ke dalam pelukannya. "Kenapa tiba-tiba ingin membicarakan ini?"

Migel menggeleng pelan dalam pelukan hangat itu. "Aku tidak tahu."

"Kalau begitu kita tunggu alasan yang tepat kenapa harus membicarakan hal ini." Ozge melepas pelukannya, menangkup sebelah pipi Migel dengan tangan besarnya sebelum memberi satu ciuman tanpa lumatan di atas bibir wanita itu.

Let's Fall In Love!✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang