24. Di Antara Sunyi dan Temaram.

3.9K 423 89
                                        

Di antara sunyi dan temaram, cinta menyapa mereka dalam keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di antara sunyi dan temaram, cinta menyapa mereka dalam keheningan. 💙🍒

Ini chapter favoritku😘. Terima kasih masih mantengin dongeng ini. Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.

_________________

Jika ingin membandingkan tidak ada yang lebih beruntung dari keduanya. Kerusakan mental yang diterima sejak kecil membuat mereka dewasa dengan bayangan mengerikan yang hingga saat ini sulit dihancurkan.

Terusik kala memori kelam itu kembali menarik mereka, memaksa merasakan bagaimana kesakitannya masih terasa nyata. Lantas menciptakan ketakutan dan kebencian luar biasa hingga terkadang membuat salah satu dari mereka ingin menyerah.

Ozge pernah melakukannya.

Tepatnya saat mulai masuk ke dunia pekerjaan. Ayah angkatnya tidak menuntut banyak tentang kesertaannya menjalankan perusahaan, Gandhira hanya meminta Ozge menjadi pria yang terlihat mapan karena sudah memiliki pekerjaan. Namun, lambat laun Ozge sadar kalau keberadaannya dalam rumah mungkin jadi harapan besar bagi kedua orang tua angkatnya.

Jadi, sambil melawan rasa takut, Ozge mulai berambisi mengerjakan semua pekerjaannya secara detail dan perfeksionis. Hasilnya jelas tidak langsung memuaskan. Ozge selalu dibayangi kegagalan, rasa kecewa yang mungkin akan ia berikan, hingga kejadian memilukan 23 tahun lalu kembali datang. Saat itu, usianya baru memasuki 27 tahun. Jabatan yang diberi pun baru head of marketing setelah dua tahun masuk ke perusahaan.

Ozge pernah ingin menyerah saat ketakutannya makin menekan. Bukan pada pekerjaan saja, tapi pada hidupnya yang terasa tidak berguna karena selalu merasa takut dengan segala hal.

Syukurlah, meskipun menelan banyak obat penenang yang niatnya hanya ingin mendapat lelap sebentar, Ozge selamat setelah dua hari tidak sadar. Setelah melihat raut khawatir ayah dan ibunya serta tangis dari sang adik saat melihatnya berhasil membuka mata, sejak saat itu Ozge tidak ingin lagi mengakhiri hidupnya.

Kendati demikian, sekarang kondisi itu kembali datang. Ozge memang tidak berniat menelan belasan butir obat penenang, tapi saat ini ia ingin sekali pergi menjauh dari wanita yang akhir-akhir ini membuatnya makin merasa seperti pecundang tak berguna.

Sedang menatap jauh ke luar jendela sambil menikmati pemikiran yang carut-marut, pria itu mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Tidak berniat mengalihkan tatapan, Ozge biarkan saja seseorang yang berjalan menghampiri untuk memilih tempat yang nyaman di kamarnya.

"Masih tidak bisa tidur?"

Ozge masih diam, tapi kini tatapannya terarah pada Riza yang baru saja masuk dan memilih duduk di sofa.

"Tidak perlu dijawab, kantong matamu sudah mengatakan semuanya."

"Di mana Migel?"

Riza membersit geli. "Sedang bicara dengan ibu dan ayahmu di lantai bawah."

Let's Fall In Love!✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang