Pernikahan yang terjadi secara tiba tiba membuatkan Limario membenci Chaeyoung namun akhirnya dia menyerah ketika cinta mula menghampiri namun dia 'terlambat'
Chaelim📌
Fanfiction 📌
Fiksi📌
Hanya suasana hening yang menyelimuti mobil yang dikendarai oleh Limario.
Chaeyoung yang berada disamping Limario pula hanya mampu menatap keluar jendela.
"Mau kemana?" Akhir suara Limario kedengaran walaupun terkesan datar.
"Bukannya kamu yang membawa aku keluar? Kenapa malah bertanya sama aku?" Bingung Chaeyoung.
Limario melirik Chaeyoung sekilas dan kembali fokus mengendarai mobilnya "Cewek itu banyak tingkahnya. Bisa saja kamu tidak suka sama tempat yang akan saya bawa kamu"
"Kamu punya pengalaman huh?"
"Iya" singkat Limario.
"Heol! Memangnya ada cewek yang suka sama cowok kulkas seperti kamu!?" Heboh Chaeyoung dan Limario hanya memilih untuk diam.
*
Chaeyoung terus menggerutu sebal soalnya Limario hanya membawanya ketaman dan mereka hanya duduk dibangku didepan danau dengan keadaan hening yang menyelimuti mereka.
"Kamu bawa aku kesini hanya untuk saling diam gitu?" Tanya Chaeyoung malas.
"Memangnya kamu mau ngapain?" Sahut Limario.
"Menyebalkan!" Gerutu Chaeyoung.
Limario menghela nafasnya dengan kasar "Apa keputusan kamu?"
"Keputusan?" Beo Chaeyoung.
"Kamu setuju untuk menikah sama saya?"
"Memangnya aku ada hak untuk menolaknya? Aku terpaksa menerima gara gara orang tua aku"
"Saya juga terpaksa menerima semua ini. Kita jalani saja seperti yang mereka inginkan"
"Ngomong ngomong kamu kok berubah si? Dulu waktu TK kamu itu bandel banget loh"
"Waktu mengubah segalanya"
Chaeyoung mengangguk setuju "Benar juga si"
"Daddy bilang minggu depan kita menikah"
"Mwo!? Kok cepat banget? Aku bahkan baru pulang!"
"Itu permintaan mereka dan saya tidak bisa membantahnya"
Chaeyoung mendengus "Terserah deh" pasrahnya.
*
Hari yang paling dihindari oleh Limario dan Chaeyoung akhirnya tiba. Mereka sudah berdiri diatas altar untuk mengucapkan janji suci mereka.
Pernikahan itu diadakan secara tertutup dan hanya kerabat mereka yang datang. Lagian mereka berdua tidak ingin status mereka diketahui oleh para media diluar sana karena orang tua mereka cukup berpengaruh di kota itu.
"Rasanya seperti mimpi" gumam Chaeyoung menatap Limario yang berdiri didepannya.
Janji suci mula dilontarkan oleh keduanya dan setelah acara pertukaran cincin, mereka akhirnya sah menjadi sepasang suami istri. Limario diminta untuk mencium sang istri dan dengan wajah datarnya dia langsung mengecup bibir Chaeyoung sekilas.
Bunyi tepuk tangan mula menghiasi gedung pernikahan mereka. Para orang tua kelihatan bahagia dan berpelukan bersama.
"Walaupun kalian menikah tanpa cinta, Daddy harap kalian bisa menjalani semuanya bersama. Cinta bisa muncul kapan saja" ujar Nickhun.
"Chae, kalau Limario sakitin kamu, ngomong sama Mommy ya. Tapi Mommy yakin Limario tidak akan menyakiti kamu" ujar Tiffany.
"Baiklah Mommy" sahut Chaeyoung.
"Dan untuk kamu Lim, kalau kamu sakiti Chaeyoung, sama saja seperti kamu sakiti Mommy. Bimbinglah istri kamu dengan baik. Mommy yakin kamu bisa menjadi ketua keluarga yang bertanggungjawab" nasihat Tiffany kepada anaknya itu.
"Iya" sahut Limario singkat.
"Karena kalian sudah menikah, kalian sudah bisa tinggal bersama dimansion yang sudah kita beli untuk kalian" ujar Seojoon.
"Mwo? Secepat ini Pa!?" Kaget Chaeyoung.
"Kita yakin kalian butuh waktu berdua untuk saling mengenali jadi kita tidak akan mengganggu kalian. Nikmatilah waktu berdua kalian. Kalau kalian mau honeymoon juga, silakan saja" ujar Seojoon.
"Sepertinya kita tidak bisa honeymoon. Aku harus kerja" ujar Limario.
"Honeymoon berdua dimansion juga tidak apa apa kok" ujar Minyoung menggoda anak dan menantunya.
"Mommy sudah tidak sabar menunggu cucu dari kalian" lanjut Tiffany tertawa bersama Minyoung.
Limario menghela nafasnya dengan kasar "Mommy jangan terlalu berharap. Aku sama Chae baru saja menikah"
"Ya sudah, tidak apa apa. Nikmatilah waktu berdua kalian" sahut Nickhun menepuk pundak sang anak.
*
Chaeyoung menyeret kopernya memasuki mansion dengan mulutnya yang terus mendumel kesal. Bisa bisanya suaminya itu tidak membantunya. Dasar!
"Bantuin kenapa si? Dasar cowok hati batu!" Gerutunya.
Limario menghentikan langkahnya. Dia menghampiri Chaeyoung dan mengambil koper yang dibawa oleh Chaeyoung. Tanpa bersuara, dia membawa koper itu kelantai atas.
"Kalau bukan suami sudah gue cekek tuh orang" gumam Chaeyoung bergegas menyusul Limario.
"Kita tidur sekamar?" Tanya Chaeyoung.
"Iya" singkat Limario.
"Kamu tidak akan macam macam bukan?" Tanya Chaeyoung memicingkan matanya "Aku belum siap loh"
"Saya juga belum siap, tenang saja" sahut Limario.
"Kamu kenapa si kaku banget. Sama Mama saja ngomong aku-kamu tapi sama aku ngomongnya saya-kamu" komentar Chaeyoung.
"Saya memang ngomong seperti ini sama cewek"
"Tapi aku istri kamu Lim. Aku tidak masalah kalau kamu mau ngomong saya-kamu sama cewek diluar sana tapi kamu tidak boleh kaku sama aku dong" kesal Chaeyoung.
"Ingat, kita menikah gara gara perjodohan jadi jangan pernah berharap kalau saya akan memperlakukan kamu seperti istri saya" ujar Limario menatap Chaeyoung dengan datar.
"Aku tidak peduli. Aku akan tetap menjalankan peran aku sebagai istri kamu" sahut Chaeyoung tegas.
Limario menghela nafasnya dengan kasar "Terserah" cueknya berjalan memasuki kamar mandi meninggalkan Chaeyoung yang menatap kepergiannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.