-26-

1K 156 82
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 6 petang dan itu artinya sudah hampir 2 jam Jihan dipindahkan keruang inap. Sosok itu bahkan sudah sadar namun dia hanya terus melamun.

"Jihan, kamu baik baik saja?" Tanya Tiffany.

Jihan hanya mengangguk lalu beralih menatap yang lain "D-Dimana Oppa?"

"Oppa kamu tadi sudah kesini tapi dia harus pergi karena ada pasien yang membutuhkan dia" jelas Nickhun.

"Tidak apa apa, Eonnie akan menemani kamu" sambar Jennie tersenyum kearah Jihan.

"Daddy sama Mommy akan pulang untuk mengambil baju kamu ya" ujar Nickhun.

"Om sama Tante pulang saja. Biar aku yang menjaga Jihan" timpal Jennie.

Tiffany menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan "Jennie-ah, Tante merasa senang karena kamu menganggap Jihan seperti adek kamu sendiri tapi Tante harap kamu bisa terima kalau kamu sama Lim sudah putus. Tolong biarkan Lim bahagia bersama Chaeyoung ya"

Jennie bungkam. Dia hanya mampu menunduk.

"Ayo pulang Sayang" ajak Nickhun dan akhirnya dia bersama sang istri pergi dari sana.

"Heh tuyul" panggil Jisoo yang sedari tadi diam itu "Lo seharusnya bersyukur karena Chaeyoung mau menyelamatkan lo. Kalau gue diposisi Chaeyoung, sudah gue pastikan lo mati saja" sambarnya sinis.

"Jisoo!" Tegur Jennie.

"Wae? Aku hanya ingin dia sadar kalau dia sudah keterlaluan Jen. Dia harus sadar kalau di dunia ini masih banyak orang baik, bukan kamu saja. Kenapa dia hanya menganggap kamu yang baik dan orang lain itu jahat?" Balas Jisoo lalu dia kembali menatap Jihan "Dasar tidak tahu diri!"

Jihan hanya mampu menunduk. Kata kata Jisoo kali ini mampu membuatkan hatinya sakit. Ah, sepertinya kata kata itu memang ada benarnya.

"Mendingan kamu keluar saja Ji" usir Jennie.

"Aku harus terus memantau kalian. Mungkin saja kalian bakalan merencanakan sesuatu yang buruk untuk Chaeyoung" balas Jisoo membuatkan tunangannya itu mendengus sebal.

Ceklekk

Pandangan mereka tertuju kearah pintu yang dibuka "A-aku hanya ingin memeriksa kondisi Jihan" ujar sosok itu.

"Kamu tidak perlu repot repot Chaeyoung. Ada aku yang bisa menjaga Jihan!" Sambar Jennie.

"E-Eoh, kalau begitu aku permisi"

"Tunggu"

Langkah Chaeyoung terhenti ketika Jihan bersuara. Dia berbalik dan menatap Jihan dengan bingung.

"Tolong tinggalkan kami berdua" ujar Jihan kepada Jennie.

"Tidak bisa. Bagaimana kalau dia menyakiti kamu?" Protes Jennie.

"Aku tidak mungkin menyakiti adek ipar aku" sambar Chaeyoung.

Jennie menatapnya dengan sinis "Calon mantan adek ipar!"

"Sudah Jen" Jisoo akhirnya membawa Jennie pergi dari sana dengan menggendong cewek itu seperti karung beras. Dia bahkan sudah mengorbankan punggungnya yang terus dipukul oleh Jennie.

Suasana canggung mula menyelimuti mereka. Perlahan lahan Chaeyoung mendekati Jihan "Jadi ada apa? Kalau kamu mau ngomong soal penceraian aku sama Oppa kamu, kamu tenang saja. Aku sudah menunggu surat penceraiannya kok"

Jihan menunduk. Dia seakan tidak mampu untuk menatap wajah Chaeyoung. Secara tiba tiba, dia terisak "Hiks maaf. Maafkan aku Eonnie"

Hati Chaeyoung menghangat gara gara panggilan dari Jihan.

"Hiks aku bersalah. Aku yang jahat. Hiks aku akan jujur sama Oppa soal semuanya. Hiks maafkan aku Eonnie. Tolong jangan bercerai sama Oppa. Oppa mencintai Eonnie" isak Jihan yang terus memohon maaf.

Chaeyoung membawa Jihan kedalam dakapannya "Sudahlah Jihan. Tidak perlu merasa bersalah lagi. Eonnie sadar kalau Eonnie memang tidak pantas untuk menjadi istri Oppa kamu. Lagian Oppa kamu memang tidak mencintai Eonnie kok. Eonnie akan melepaskan dia agar dia bahagia bersama pilihannya sendiri"

Hati Chaeyoung ini sangat baik. Walaupun sudah difitnah, dia tetap bisa memaafkan Jihan. Awalnya dia memang marah sama Jihan tapi dia sadar kalau setiap manusia di dunia ini melakukan kesalahan jadi dia berusaha ikhlas dan sabar menerima alur hidupnya itu.

"Hiks maaf Eonnie. Mianhe jeongmal mianhe" isak Jihan tanpa henti.

Chaeyoung tersenyum "Jangan menangis lagi. Kamu tidak malu sama ponakan kamu hurm?"

Jihan sontak menatap Chaeyoung dengan sesenggukan "M-Maksud Eonnie?"

Chaeyoung mengambil tangan Jihan dan meletakkan diperutnya "Ponakan kamu. Sudah 2 bulan loh"

"E-Eonnie hamil?" Tanya Jihan terbata bata.

Chaeyoung terkekeh kecil "Iya"

Jihan semakin merasa bersalah. Andai saja Oppa nya itu benar benar menceraikan Chaeyoung, dapat dipastikan ponakannya akan menderita. Ya Tuhan, apa yang sudah dia lakukan? Kenapa dia sudah kejam?

"Jangan sedih lagi" Chaeyoung menghapus air mata Jihan "Mendingan sekarang kamu istirahat. Kamu lagi dalam fasa pemulihan" Chaeyoung membaringkan Jihan diatas kasur lalu dia mengelus kepala Jihan.

Mungkin gara gara elusan dan efek obat, Jihan mula merasa mengantuk dan dia akhirnya tertidur.

Chaeyoung menyelimuti Jihan dengan berhati hati. Sudah lama dia menginginkan sosok seorang adek dan sekarang dia bahagia karena Jihan sudah menerima kehadirannya.

"Maafkan Eonnie. Eonnie tidak bisa kembali bersama Oppa kamu. Eonnie masih kecewa sama Oppa kamu yang tidak mempercayai Eonnie" lirih Chaeyoung sebelum berganjak keluar dari ruang inap itu.













Bakalan jadi janda anak 1 nih. Sepertinya aku harus muncul untuk menjadi suami baru Chaeyoung 😎



Tekan
   👇

Surrender ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang