-10-

998 143 30
                                        

Pukul 1 pagi, Limario terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara bersin dan juga batuk dari sosok disampingnya itu.

"Chaeyoung" panggilnya.

"Eungh" sahut Chaeyoung membuka matanya dengan pelan.

"Kamu baik baik saja?" Tanya Limario.

"Yeah I'm okay" sahut Chaeyoung dengan suara seraknya.

Limario menempelkan punggung tangannya didahi Chaeyoung "Hangat" gumamnya.

Dengan buru buru dia berganjak keluar dari kamar dan tidak butuh waktu yang lama, dia kembali dengan segelas air putih bersama obat "Ini minum obat dulu"

Chaeyoung bangkit dan bersadar diheadboard kasur "Kamu tidak perlu repot repot menguruskan aku"

Limario menghela nafasnya dengan kasar "Maafin saya atas kata kata saya tadi malam. Saya tidak bermaksud kok"

"Hatchiuuuu" Chaeyoung kembali bersin.

"Ayo diminum obatnya" Limario memberikan obat bersama segelas air untuk Chaeyoung.

Tidak ingin berdebat, Chaeyoung akhirnya meminum obat bersama air putih yang disediakan oleh Limario "Terima kasih dan maaf karena sudah merepotkan"

"Kamu tidur saja. Besok pagi kamu tidak perlu kerumah sakit"

"Tapi besok aku harus melakukan operasi"

"Kamu lagi sakit. Tidak mungkin kamu bisa fokus. Nanti aku ngomong sama Dokter Kang untuk menggantikan kamu" ujar Limario dan akhirnya Chaeyoung tidak bisa membantah lagi.








Pagi harinya, Limario langsung berangkat kerumah sakit setelah dia meminta bantuan mertuanya untuk menjaga Chaeyoung.

Seperti sekarang, Minyoung lagi mengompres dahi Chaeyoung dikamar "Kenapa bisa demam si?"

"Aku kehujanan Ma" jujur Chaeyoung.

"Kenapa bisa?"

"Mobil aku mogok makanya aku pulangnya jalan kaki soalnya tidak ada bus"

"Dimana suami kamu saat itu?"

"Dia masih sibuk dirumah sakit jadi aku tidak mau mengganggu dia" bohong Chaeyoung.

Minyoung menatap Chaeyoung dengan iba. Sebagai seorang ibu, dia pasti mendapatkan satu firasat jika terjadi sesuatu kepada anak anaknya "Apa kamu tidak bahagia sama pernikahan kalian ini?"

Chaeyoung bungkam. Apa mendingan dia jujur saja? Tapi kalau dia jujur, masalah akan semakin besar. Mungkin saja orang tuanya itu akan membawanya pergi dari Limario. Seharusnya dia merasa bahagia jika itu terjadi namun dia tidak bisa bahagia karena dia mencintai Limario, suami sahnya itu. Apa pun yang terjadi, dia tetap ingin mempertahankan rumah tangganya itu karena dia yakin suatu hari nanti, Limario akan membalas cintanya.

"Aku bahagia kok Ma. Mama jangan khawatir"

Minyoung mengelus pipi hangat sang anak "Kalau ada apa apa, jangan lupa kabarin Mama"

"Arreosso Mama"

*

Dirumah sakit, Limario tidak bisa fokus melakukan pekerjaannya. Dia masih memikirkan sosok sang istri yang lagi sakit itu.

Apa istrinya itu sudah makan? Gimana kalau istrinya tiba tiba pingsan?

Tapi sebentar....

Kenapa dia khawatir sama Chaeyoung? Bukankah dia tidak ingin menganggap Chaeyoung sebagai istrinya?

"Dia demam gara gara gue makanya gue merasa bersalah. Gua tidak khawatir" gumam Limario menyangkal perasaannya.

Tok tok tok

Ceklekk

"Hey Lim" Jennie memasuki ruangan Limario dengan senyuman diwajahnya.

"Sudah selesai operasinya?" Tanya Limario.

Jennie mengangguk lalu duduk dibangku didepan Limario "Tadi berlaku pendarahan tapi untuk saja kondisi pasien stabil"

"Syukurlah"

"Ngomong ngomong, Yeri bilang sama aku kalau Chaeyoung libur. Kenapa dia libur?"

"Kenapa kamu malah nanya sama aku?"

"Bukannya kamu yang bilang sama Yeri kalau Chaeyoung libur?"

Limario menelan ludahnya dengan kasar "A-ah itu-"

"Dan kenapa juga kamu bisa tahu kalau Chaeyoung libur?" Lanjut Jennie menatap Limario dengan curiga.

"Chaeyoung menelfon aku dan bilang kalau dia tidak bisa masuk kerja gara gara sakit" bohong Limario.

"Kenapa dia tidak menelfon pihak atasan saja?"

"Dia sudah menelfon pihak atasan kok dan dia menelfon aku juga untuk meminta bantuan aku untuk menggantikan operasi yang seharusnya dilakukan oleh dia"

Tok tok tok

"Masuk" ujar Limario.

Ceklekk

Jennie memutar bola matanya dengan malas ketika melihat sosok yang memasuki ruangan Limario.

"Benar tebakan aku, ternyata kamu disini Jen" ujar Jisoo.

"Untuk apa si kamu datang kerumah sakit setiap hari? Kamu tidak ada pekerjaan?" Ketus Jennie.

"Aku bos diperusahan aku jadi aku bisa keluar kapan pun aku mau dong" sahut Jisoo.

"Kalau kamu kesini untuk mencari Chaeyoung, mendingan kamu pulang. Hari ini Chaeyoung libur, dia sakit" ujar Jennie malas.

Raut wajah Jisoo berubah "Chaeyoung sakit? Apa kalian tahu dimana rumahnya? Aku harus melihat kondisinya"

Kali ini raut wajah Limario yang berubah "Untuk apa Hyung khawatir? Dia sakit jadi sudah pasti dia dijaga sama suaminya"

"Suami!? Chaeyoung sudah menikah?" Sambar Jennie.

"Mungkin" sahut Limario "Tapi dia pasti punya pasangan bukan?" Lanjutnya.

"Memangnya kamu yakin Chaeyoung dijaga sama suaminya? Gimana kalau suaminya itu cowok brengsek yang tidak bertanggungjawab?" Sinis Jisoo.

"Maksud Hyung apa!?" Tanya Limario yang sepertinya sudah terpancing emosi.

Jisoo terkekeh kecil "Santai saja Lim, aku hanya membicarakan sesuatu yang mungkin fakta si. Lagian kenapa kamu harus marah? Kamu kenal sama pasangan Chaeyoung?"

Limario menghela nafasnya dengan kasar bagi menenangkan dirinya. Apa pun yang terjadi, Jennie tidak boleh tahu kalau Chaeyoung adalah istrinya.













Tekan
   👇

Surrender ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang