-40-

1K 143 48
                                    

Setibanya dirumah sakit, Limario langsung membawa Chaeyoung memasuki ruangan IGD. Dia bahkan berteriak memanggil sang suster untuk segera membantunya melakukan tindakan.

Liam pula menunggu didepan ruangan IGD dengan terus menangis didalam gendongan Jihan.

"Liam, jangan menangis ya. Papa lagi berusaha menyelamatkan Mama" ujar Jihan menghapus air mata Liam.

"Tante siapa?" Polos Liam dengan masih sesenggukan.

"Tante adeknya Papa kamu jadi Tante ini Tante kamu. Kamu bisa memanggil aku Tante Jihan"

Liam mengangguk faham "Apa Mama bakalan baik baik saja? Liam takut"

"Mama kuat. Liam harus berdoa untuk Mama ya"

"Baiklah Tante"

"Jihan" Nickhun bersama Tiffany yang dihubungi oleh Jihan akhirnya tiba.

"Glandpa!" Pekik Liam.

"Sini sama Grandpa" Nickhun beralih mengambil Liam dari gendongan Jihan "Jagoan Grandpa kenapa nangis hurm?"

"Liam takut. Tadi Mama beldalah" adu Liam menenggelamkan mukanya diceruk leher Nickhun.

"Apa yang sebenarnya terjadi Ji?" Tanya Tiffany.

"Aku tidak tahu Mom. Waktu itu aku memang dirumah sakit untuk ketemu sama Oppa. Oppa nelfon Chaeyoung Eonnie tapi malah Liam yang mengangkat panggilan itu. Pas aku sama Oppa tiba disana, Chaeyoung Eonnie sudah terbaring dilantai gara gara pisau yang ditusuk diperutnya" jelas Jihan.

"Ya Tuhan" Tiffany mengusap wajahnya dengan kasar. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi kepada menantunya. Bagaimana jika kali ini Chaeyoung benar benar pergi dan tidak akan kembali lagi? Apa Limario akan kembali seperti dulu atau bahkan lebih parah?


Didalam ruangan IGD, terlihatlah Limario yang mati matian berusaha mengembalikan detak jantung Chaeyoung yang sempat terhenti itu.

"Jangan tinggalin aku Chaeng" bisik Limario ketakutan.

Dia mengambil defibrillator dan menempelkannya didada Chaeyoung membuatkan badan wanita itu ikut tersentak.

"Dok, tande vitalnya menurun!" Lapor seorang suster.

Limario semakin ketakutan namun dia berusaha untuk tenang agar tidak ada sesuatu yang buruk terjadi "Siapkan ruangan operasi!" Arahnya yang langsung dituruti oleh yang lain.

*

Jam sudah menujukkan pukul 3 petang dan Liam sudah tertidur didalam gendongan sang Tante. Matanya sembab menandakan kalau dia baru saja menangis karena terlalu khawatir sama kondisi sang Mama.

"Om, Tante" Jisoo bersama keluarga kecilnya menghampiri mereka "Bagaimana sama Chaeyoung?" Tanya Jisoo.

"Belum ada perkembangan Ji. Limario bersama yang lain lagi berusaha" jelas Nickhun.

Liam membuka matanya ketika mendengarkan perbicaraan sang Grandpa. Dia beralih menatap bocah yang membuatkan dirinya cemburu "Kalian siapa?"

"Eoh, apa ini anak Lim?" Tanya Jisoo.

"Iya Ji" sahut Nickhun.

Jisoo berjongkok didepan Liam "Hai anak kecil. Kamu bisa memanggil aku Om Jisoo dan itu Tante Jennie. Yang kecil ini namanya Sean, dia anaknya Om"

Liam beralih menatap Jennie yang tersenyum kearahnya "Hai Om, Tante, nama aku Liam" ramahnya.

"Kita tahu kok. Nama kamu persis seperti Papa kamu" ujar Jisoo mengelus kepala Liam.

Ceklekk

Bersamaan dengan itu, pintu ruangan operasi dibuka dan keluarlah sosok Limario.

"Papa!" Liam turun dari pangkuan Jihan lalu menghampiri sang Papa.

Limario berjongkok didepan sang anak "Liam baik baik saja?"

"Liam baik baik saja" sahut Liam "Dimana Mama?"

"Mama baik baik saja. Nanti Mama bakalan dipindahkan keruang inap terus Liam bisa melihat Mama" jelas Limario.

"Benaran Lim?" Tanya Tiffany.

"Iya Mom. Chaeyoung masih bertahan walaupun kondisinya masih lemah. Dia bakalan dipindahkan keruang inap dan harus dipantau dengan ketat" sahut Limario.

Tiffany bersama yang lain akhirnya bisa bernafas lega. Syukurlah, Tuhan masih memberi kesempatan untuk Chaeyoung bersama mereka.


Setelah beberapa menit, Chaeyoung akhirnya dibawa masuk kedalam ruang inap. Limario setia menemani sang istri disamping bahkan sedari tadi dia terus menggenggam tangan dingin Chaeyoung.

"Papa, Liam mau lihat Mama" ujar Liam berdiri disamping sang Papa.

"Kesini sayang" Limario menggendong Liam dan mendudukkan boca itu diatas pangkuannya "Mama lagi istirahat jadi Liam tidak boleh berisik ya"

"Apa Mama akan bangun?"

"Pasti. Mama pasti akan bangun untuk kita" sahut Limario.

"Lim, ini sudah hampir jam makan malam. Mendingan Mommy sama Daddy bawa Liam pulang ya" ujar Tiffany.

"Ah, baiklah Mom" ujar Limario.

"Liam, ayo ikut Grandma sama Grandpa pulang" ajak Tiffany.

Liam menggeleng "Liam mau disini sama Mama"

Limario mengusap kepala sang anak dengan penuh cinta "Liam pulang sama Grandma ya. Papa bakalan disini untuk menjaga Mama jadi Liam jangan khawatir. Besok pagi Liam bisa kesini sama Grandma lagi"

"Benalan?"

"Iya boy"

"Baiklah Papa" dengan patuhnya Liam berganjak turun dari pangkuan Limario lalu dia menghampiri Tiffany yang langsung menggandeng tangannya "Bye bye Papa. Liam pulang dulu. Papa jaga Mama dengan baik ya"

"Papa pasti akan menjaga Mama. Liam jangan khawatir" sahut Limario.

Liam mengangguk "Ayo Glandma kita pulang"

"Lim, Mommy sama Daddy pulang duluan" pamit Tiffany lalu berganjak pergi bersama suami dan cucu kesayangannya. Ah, jangan lupakan sosok Jihan yang memilih untuk ikut pulang bersama.

Keluarga Jisoo? Nah, mereka sudah pulang sedari tadi si. Sean menangis gara gara mengantuk makanya Jisoo memutuskan untuk membawa istri dan anaknya pulang.

"Sayang" panggil Limario mengecup punggung tangan Chaeyoung berkali kali "Ayo bangun" lirihnya.

Seakan mendengarkan lirihan sang suami, jari Chaeyoung yang digenggam oleh Limario itu perlahan lahan bergerak "L-Lim"















Kalo publish ada yang baca gak? Ini kisah Rosie yang menjadi ibu tunggal kepada si kembar nakal, Lisoo:)





Tekan
   👇

Surrender ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang