-7-

764 142 16
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan Limario terbangun dari tidurnya ketika merasa ada sesuatu yang janggal. Dia melirik kesamping namun tidak menemukan keberadaan sosok yang sudah menjadi istrinya itu.

Dengan menahan rasa kantuknya, dia berganjak keluar dari kamar lalu berlalu keruang tamu.

Hatinya tiba tiba merasa iba ketika melihat Chaeyoung yang tidur disofa diruang tamu dengan meringkuk kedinginan. Perlahan lahan dia berjongkok disamping Chaeyoung lalu ditatapnya wajah polos istrinya itu.

Dengan jelas dia bisa melihat jejak air mata dipipi gembul Chaeyoung membuatkan dia sadar kalau kata katanya sudah keterlaluan "Maafkan saya" lirihnya mengelus pipi Chaeyoung yang terasa dingin itu.

Akhirnya dia menggendong Chaeyoung ala bridal style dan membawa istrinya itu kekamar. Chaeyoung sama sekali tidak terusik. Dia malah semakin nyaman didalam gendongan Limario.

Setelah membaringkan Chaeyoung diatas kasur, Limario langsung menyelimuti istrinya itu lalu dia ikut berbaring disamping Chaeyoung untuk melanjutkan mimpinya yang tertunda.



*

Tepat jam 5.45 menit pagi, Chaeyoung terbangun dari tidurnya. Wajahnya tetap saja kelihatan cantik tanpa memakai riasan.

"Kenapa gue bisa ada disini?" Gumamnya bingung lalu beralih menatap Limario yang masih tidur disampingnya itu "Apa jangan jangan Lim yang menggendong gue kekamar?" Lanjutnya dengan pipi bersemu merah.

"Cuek tapi perhatian" gumam Chaeyoung sebelum berganjak kekamar mandi.






Hanya suara dentingan sendok yang kedengaran dimeja makan. Limario hanya fokus memakan sarapan yang dimasak oleh istrinya itu.

"Apa enak?" Tanya Chaeyoung.

Limario mengangguk "Sama seperti masakan Jennie" ceplosnya.

Senyuman Chaeyoung menghilang "Apa tidak bisa kamu menganggap aku Chaeyoung, bukan Jennie?"

"Saya tidak mau berdebat" ujar Limario meminum segelas air putih lalu dia langsung pergi dari sana.

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar "Jennie mulu si" gumamnya sedih.

*

"Dokter Park, ada pasien yang baru saja mengalami kecelakaan!" Lapor Yeri memasuki ruangan kerja Chaeyoung.

"Dimana dia sekarang?" Tanya Chaeyoung bergegas memakai jas Dokternya.

"Masih diruangan UGD"

"Ayo kesana" dengan buru buru Chaeyoung bersama Yeri berlari keruangan UGD.

Setibanya disana, Chaeyoung menghampiri pasien yang sudah bersimbah darah itu. Dia mula memeriksa pasien itu dengan serius.

"Siapkan ruangan operasi! Dia harus segera dioperasi!" Ujar Chaeyoung.

"Baiklah!" Sahut beberapa suster lalu mereka langsung menjalankan tugas mereka.

"Yeri-ssi, Hyunsuk-ssi, kalian ikut sama saya untuk menjalankan operasi! Panggil juga Dokter Bae untuk ikut membantu" ujar Chaeyoung lagi.

"Dokter Bae lagi melakukan operasi untuk pasien yang mempunyai tumor" ujar Hyunsuk.

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar "Panggil Dokter Kim untuk ikut membantu"

"Baiklah!" Sahut Yeri bergegas mencari keberadaan Jennie.


Dengan wajah yang serius, Chaeyoung bersama Jennie fokus melakukan operasi keatas pasien yang baru saja mengalami kecelakaan itu.

Tit tit tit

Bunyi mesin detak jantung kedengaran dengan kencang memenuhi ruangan operasi.

"Terjadi pendarahan!" Lapor Jennie.

"Yeri-ssi, kita butuh stock darah dengan segera!" Ujar Chaeyoung.

"Sebentar Dok" Yeri bergegas mengambil stock darah.

Chaeyoung sama Jennie kembali fokus sama pekerjaan mereka dengan keringat yang sudah membasahi dahi keduanya.

Setelah beberapa jam berlalu, operasi akhir berakhir dan pasien itu dibawa keruang inap.

"Kamu hebat Dokter Park" puji Jennie setelah mereka selesai mencuci tangan mereka.

Chaeyoung tersenyum tipis "Kamu bisa memanggil aku Chaeyoung saja" ujarnya.

"Dan kamu juga bisa memanggil aku Eonnie karena aku lebih tua dari kamu" ujar Jennie.

"Baiklah Eonnie" sahut Chaeyoung.

"Sekarang lagi jam istirahat. Gimana kalau kita makan bersama? Aku juga akan mengajak Dokter Manoban" ujar Jennie.

"Apa aku tidak mengganggu kalian?" Tanya Chaeyoung.

Jennie terkekeh kecil "Tidak kok. Ayo"

Mereka berjalan menghampiri Limario yang berada dimeja resepsionis "Dokter Manoban" panggil Jennie.

Limario berjalan menghampiri mereka. Dia hanya menatap Jennie seakan Chaeyoung tidak wujud.

"Ayo makan siang bersama. Chaeyoung juga akan ikut bersama kita" ujar Jennie.

"Apa aku bisa ikut bersama?" Jisoo tiba tiba muncul dengan senyuman konyolnya.

"Jis? Kamu ngapain disini!?" Kesal Jennie.

"Memangnya aku tidak boleh kesini?" Sahut Jisoo.

"Aku tidak ada waktu untuk makan siang sama kamu!" Ketus Jennie.

"Kata siapa aku mau makan siang sama kamu?" Sambar Jisoo "Aku kesini karena mau makan siang sama Chaeyoung" lanjutnya membuatkan Limario sontak menatapnya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Limario dengan datar.

Jisoo merangkul pinggang Chaeyoung "Iya, kita bahkan temanan" sahutnya dan Chaeyoung yang dirangkul juga kelihatan santai saja.

"Jauhkan tangan kamu dari Dokter Park" tegur Limario.

Jisoo memasang wajah polosnya "Memangnya kenapa? Kamu cemburu?"

"Tidak!" Sangkal Limario "Ini dirumah sakit, kalian tidak seharusnya menunjukkan sesuatu yang tidak pantas untuk dilihat oleh orang lain" lanjutnya beralasan.

Tanpa sadar, Chaeyoung mati matian berusaha menahan tawanya. Dia menyadari perubahan wajah Limario sama Jennie dan sekarang dia akan mengikuti permainan Jisoo.

"Biarkan saja Dokter Manoban. Saya tidak mempermasalahkannya kok" ujar Chaeyoung.

"Tuh, dengarin. Chaeyoung saja tidak masalah kok" ujar Jisoo; tengil.

"Sepertinya aku tidak bisa makan siang sama kalian. Aku akan makan siang sama Jisoo Oppa. Duluan ya" ujar Chaeyoung lalu menarik Jisoo pergi dari sana.

"Kenapa mereka bisa akrab!?" Gumam Jennie.

"Jen, are you okay?" Tanya Limario.

"Ah, aku baik baik saja. Ayo kita kekantin" dengan buru buru Jennie menarik Limario kekantin walaupun dia masih penasaran sama keakraban Jisoo sama Chaeyoung.














Tekan
   👇

Surrender ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang