Jam sudah menujukkan pukul 9 malam dan itu berarti jika Chaeyoung sama Limario sudah menyelesaikan makan malam mereka.
Sekarang mereka berdua bersantai diruang tamu untuk menonton film bersama.
Ding dong~
Baru saja Limario ingin bangkit untuk membuka pintu, Jihan tiba tiba muncul "Biar aku saja"
Dengan segera Jihan berganjak membukakan pintu mansion.
Ceklekk
"Jennie Eonnie!" Pekik Jihan senang.
"Jihan!" Jennie tidak kalah senangnya. Dia langsung memeluk Jihan dengan erat.
"Aku kangen Eonnie" ujar Jihan dengan manja.
"Eonnie juga kangen sama kamu" balas Jennie melepaskan pelukannya "Eonnie ada bawakan pizza loh"
"Ayo kita makan bersama" Jihan menggandeng Jennie menuju keruang tamu.
"Jennie!?" Kaget Limario.
"Jihan yang mengirim alamat ini dan aku kesini karena sudah kangen sama Jihan" ujar Jennie berganjak duduk disofa dengan santai.
"Biasanya kalau aku pulang kesini, pasti kita keluar jalan jalan bersama" ujar Jihan. Dengan manjanya dia melingkarkan tangannya dilengan Jennie.
"Sudah lama ya kita bertiga tidak ke pasar malam" ujar Jennie.
"Iya tuh. Biasanya aku, Lim Oppa sama Jennie Eonnie ke pasar malam bertiga. Bagaimana kalau kita kesana malam ini?" Sambar Jihan penuh semangat.
"Chae, apa kamu mau ikut?" Tanya Jennie.
"A-"
"Ngapain si ngajakin dia? Kita bertiga tuh butuh quality time bersama" sambar Jihan menatap Chaeyoung dengan sinis.
"Jihan" tegur Limario.
"Erm kalian silakan menikmati waktu kalian. Aku kekamar duluan" dengan buru buru Chaeyoung berganjak kekamarnya.
Limario mendengus "Kamu keterlaluan Jihan!" Marahnya lalu menyusul Chaeyoung kekamar.
"Chae" panggilnya menghampiri Chaeyoung yang duduk dibalkon kamar.
"Lim, kenapa kesini? Mendingan kamu dibawah sama mereka saja. Kasian Jihan, dia butuh quality time bersama kamu dan Jennie Eonnie bukan?"
"Quality time apaan si. Dia bukan anak saya sama Jennie" balas Limario.
Chaeyoung menggedikkan bahunya dengan acuh. Bohong kalau dia bilang hatinya tidak terluka atas perlakuan Jihan namun dia tidak akan menyerah. Dia akan tetap berusaha mendapatkan hati Jihan agar Jihan menerima dirinya sebagai kakak ipar.
Ting!
Chaeyoung membaca pesan yang dikirim oleh seseorang itu. Dia lalu beralih menatap Limario "Aku harus kerumah sakit. Ada emergency"
"Loh, saya tidak mendapatkan pesan" bingung Limario.
"Pasien aku yang membutuhkan aku saat ini. Aku pinjam mobil kamu ya"
"Biar saya saja yang menghantar kamu"
"Tidak perlu Lim. Aku juga tidak tahu kapan aku pulang. Mungkin aku bakalan tidur dirumah sakit. Mendingan kamu temani Jihan saja. Aku tidak ingin dia semakin membenci aku karena berfikir aku sudah mengambil semua perhatian kamu"
"Benaran tidak apa apa?"
"Iya Lim"
"Ya sudah. Ini kunci mobilnya" Limario mengambil kunci mobilnya dan memberikannya kepada Chaeyoung.
"Terima kasih. Aku duluan ya" setelah mengecup pipi Limario, Chaeyoung langsung berganjak pergi dari sana.
"Akhirnya pergi juga tuh orang" ujar Jihan ketika Chaeyoung berganjak keluar dari mansion.
"Kamu tidak suka sama Chaeyoung?" Tanya Jennie.
"Tidak. Seharusnya yang menikah sama Lim Oppa itu Jennie Eonnie, bukan dia"
Jennie tersenyum "Eonnie memang masih mencintai Oppa kamu kok. Hanya saja takdir tidak ingin Eonnie sama Oppa kamu bersama"
"Aku akan memastikan Lim Oppa kembali bersama Jennie Eonnie"
"Tapi Eonnie tidak mau menjadi istri kedua" ujar Jennie sedih.
"Itu tidak akan terjadi. Lim Oppa pasti akan menceraikan wanita itu"
"Terima kasih Jihan"
"Anything for you Eonnie"
*
Setelah tiba dirumah sakit, Chaeyoung langsung menghampiri ruangan ICU. Terlihatlah beberapa orang suster yang berusaha melakukan CPR kepada salah satu pasien.
"Dokter Park" panggil Yeri.
"Apa yang terjadi?" Tanya Chaeyoung.
"Jantungnya melemah" jelas Yeri.
Chaeyoung menatap monitor detak jantung itu "Siapkan defibrillator"
Setelah suster menyiapkan defibrillator, Chaeyoung langsung saja menggunakan alat itu untuk mengembalikan detak jantung pasien itu.
Para suster juga sibuk melakukan pekerjaan mereka untuk membantu Chaeyoung.
Mereka semua mati matian berusaha untuk menyelamatkan sang pasien.
Tit tit tittttttt
Namun takdir sudah ditentukan. Pasien itu tidak dapat diselamatkan.
Chaeyoung melihat jam dipergelangan tangannya "Waktu kematian, 10.10 malam"
Dengan raut wajah yang sulit diartikan, Chaeyoung berganjak keluar dari ruangan ICU dan menghampiri keluarga pasien yang sudah menunggu kabar darinya.
"Gimana kondisi suami saya Dok?" Tanya wanita paruh baya.
Chaeyoung menelan ludahnya dengan kasar "Maaafkan saya Nyonya Im. Saya sudah melakukan yang terbaik tapi suami Nyonya tidak dapat diselamatkan. Dia sudah meninggal"
"Tidak mungkin!" Nyonya Im berusaha menyangkalnya.
Secara tiba tiba, dia menarik kerah jas yang dipakai oleh Chaeyoung dan mendorong Dokter itu kedinding "Kamu Dokter terbaik dirumah sakit ini tapi kenapa kamu tidak bisa menyelamatkan suami saya hah?! Kamu pembunuh! Kamu sudah membunuh suami saya!" Teriaknya emosi.
Chaeyoung hanya mampu menunduk dan membiarkan dirinya yang terus didorong itu.
Para suster bergegas menghampiri mereka dan menarik Nyonya Im menjauh dari Chaeyoung.
"Dokter Park pembunuh!" Teriak Nyonya Im sebelum dibawa pergi dari sana.
Chaeyoung terduduk lemes dilantai. Dia memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan mukanya dilutut itu. Isakan kecilnya mula kedengaran.
Kenapa! Kenapa tidak ada yang memahami dirinya? Tolonglah mengerti. Dia hanya seorang Dokter, bukan Tuhan. Dia tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang jika Tuhan tidak menginginkannya. Dia hanya Dokter yang melakukan pekerjannya namun kenapa dia sentiasa dituntut untuk menjadi yang terbaik?
Semua manusia ternyata sama. Jika dia berjaya, dia akan dipuji namun jika dia gagal, dia akan langsung dicaci dan dihina.
Ck,
Dunia itu kejam.Hah~
Kamu salah Chae. Dunia itu tidak kejam, hanya saja beberapa manusia yang tinggal di dunia itu yang kejam.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender ✅
FanfictionPernikahan yang terjadi secara tiba tiba membuatkan Limario membenci Chaeyoung namun akhirnya dia menyerah ketika cinta mula menghampiri namun dia 'terlambat' Chaelim📌 Fanfiction 📌 Fiksi📌