-8-

782 131 55
                                    

Sedari tadi Limario terus memantau Chaeyoung dan Jisoo yang lagi menikmati makanan mereka dimeja yang tidak jauh darinya.

Raut wajahnya benar benar datar menujukkan kalau dia tidak suka melihat pemandangan didepannya itu. Apa apaan itu? Kenapa Chaeyoung harus ketawa ketika mendengar candaan dari Jisoo? Ck, menyebalkan!

Tapi tunggu?

Kenapa juga dia harus kesal? Bukannya dia tidak menganggap Chaeyoung sebagai istrinya? "Bodo amat. Dia bukan siapa siapanya gue" batin Limario berusaha menyangkal kejanggalan dihantinya namun tetap saja dia merasa kesal apalagi setelah melihat Jisoo mengusap sudut bibir Chaeyoung. Wahh sialan! Berani banget tuh cowok menyentuh istrinya! Tidak bisa dibiarkan!

"Lim!!" Teriak Jennie membuatkan Limario tersadar.

"E-eoh? Waeyo Jen? Kenapa teriak?"

Jennie mendengus "Kamu kenapa si? Sudah dari tadi aku ngobrol sama kamu tapi kamu cuekin aku" Jennie mempoutkan bibirnya dengan kesal.

"Maaf Jen. Aku lagi banyak fikiran. Maaf ya" ujar Limario merasa bersalah.

"Sedari tadi juga kamu terus melihat kearah Jisoo sama Chaeyoung. Kenapa? Kamu cemburu?" Tanya Jennie memicingkan matanya.

"Tidak!" Sangkal Limario dengan cepat "Aku hanya merasa aneh sama mereka. Kenapa mereka bisa langsung akrab coba" lanjut Limario memberi alasan "Tapi, apa kamu tidak cemburu? Jisoo Hyung tunangan kamu bukan?"

Jennie terdiam. Bohong kalau dia bilang dia tidak cemburu namun dia tidak mempedulikan rasa cemburunya itu. Lagian dia berfikir kalau rasa cemburunya itu hanyalah rasa cemburu sebagai seorang sahabat, bukannya gara gara dia mencintai Jisoo.

"Jen, kamu itu tunangan Jisoo. Kamu berhak untuk marah kalau dia macam macam sama kamu" nasihat Limario. Tanpa Jennie tahu, Limario sebenarnya ingin Jennie menjauhkan Jisoo dari Chaeyoung. Dia memang tidak suka melihat kedekatan Jisoo sama Chaeyoung.

"Lupakan saja" ujar Jennie bergegas memakan makan siangnya.





Dimeja yang lain, terlihatlah Chaeyoung yang terus tertawa dengan candaan absurd Jisoo. Tidak bisa dipungkiri kalau dia sudah merasa nyaman sama Jisoo walaupun mereka baru saja bertemu. Dia seakan bisa merasakan kasih sayang seorang abang dari sosok Jisoo yang memang pengertian itu.

"Oppa memang sosok yang hangat" ujar Chaeyoung yang memang sudah memanggil Jisoo menggunakan embel Oppa "Dan aku fikir Jennie Eonnie akan rugi si kalau dia menyia nyiakan sosok seperti Oppa" lanjutnya.

Jisoo terkekeh kecil "Oppa yang rugi kalau kehilangan dia. Dia cukup berharga untuk Oppa"

"Cinta Oppa tulus banget ya "Chaeyoung tersenyum miris "Andai saja aku bisa merasakan cinta yang tulus dari Limario" keluhnya.

"Bertahanlah Chae. Oppa yakin suatu hari nanti Limario akan membukakan pintu hatinya untuk kamu. Kita berusaha bersama sama"

"Terima kasih Oppa"









Waktu kerja sudah selesai dan Chaeyoung masih berada di parkiran rumah sakit. Mobilnya tiba tiba saja mogok dan ingin menghubungi taksi juga tidak bisa soalnya ponselnya sudah kehabisan daya.

"Eh, itu Lim bukan?" Dengan buru buru Chaeyoung menghampiri Limario yang akan menghampiri mobilnya "Lim" panggilnya.

Limario menatap sekeliling dan bernafas lega karena tidak ada siapa siapa disana kecuali mereka "Panggil saya Dokter Manoban! Kita lagi dirumah sakit, jangan sok akrab!" Tegurnya.

Chaeyoung mendengus "Terserah aku mau manggil apa dong. Kamu suami aku bukan" ujarnya malas.

"Kamu mau apa? Saya tidak ada waktu untuk mengurus kamu" datar Limario.

"Mobil aku mogok. Bisa aku pulang bareng kamu?"

"Tidak!" Sahut Limario dengan cepat "Saya akan keluar sama Jennie" lanjutnya.

"Tega banget si. Kamu mau biarin aku pulang jalan kaki gitu?"

"Minta saja dihantar sama selingkuhan kamu itu" sinis Limario.

Dahi Chaeyoung mengernyit "Selingkuhan? Maksud kamu Jisoo Oppa?"

Limario hanya berdecak dengan malas.

"Aku sama Jisoo Oppa hanya temanan. Dia bukan selingkuhan aku" jelas Chaeyoung.

"Saya tidak peduli"

Chaeyoung mendengus "Ya sudah. Izinkan aku meminjam ponsel kamu agar aku bisa menghubungi taksi"

"Ponsel saya adalah privasi saya. Tidak ada siapa siapa yang bisa menggunakannya kecuali saya sama Jennie"

"Istri kamu itu aku atau Jennie si!" Kesal Chaeyoung.

Limario menatap Chaeyoung dengan tajam "Sudah saya katakan dengan jelas kalau saya tidak menganggap kamu sebagai istri saya!" Bisiknya.

"Kalian lagi apa?" Jennie menghampiri mereka dan menatap keduanya dengan bingung.

"Ah, ini lagi bahas soal pasien yang harus di operasi besok" bohong Limario yang sudah bersikap hangat kepada Jennie.

Jennie mengangguk faham "Kamu sudah mau pulang Chaeyoung?" Tanyanya.

"Iya" sahut Chaeyoung singkat.

"Sudah lah Jen. Mendingan kita pergi sekarang" Limario membukakan pintu mobilnya untuk Jennie dan mempersilakan cewek itu untuk masuk.

"Chaeyoung, aku sama Limario duluan ya. Sampai ketemu besok" pamit Jennie sebelum memasuki mobil Limario.

Chaeyoung hanya tersenyum simpul lalu mobil yang dikendarai oleh Limario itu berlalu pergi meninggalkan dirinya.

"Terus sekarang gue pulangnya gimana coba" gumam Chaeyoung.

Akhirnya dengan terpaksanya Chaeyoung berjalan menuju ke halte yang cukup jauh dari rumah sakit itu. Huftt! Sepertinya dia akan telat tiba dirumah.











Kalian lebih suka konflik yang berat atau ringan?

  Tekan
   👇

Surrender ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang