Sudah hampir 1 jam Jennie berada dimansion Limario bahkan dia tidak ada niatan untuk pulang. Jihan juga terus menempel dengannya.
"Lim" panggil Jennie ketika melihat Limario turun dari lantai atas.
"Kamu belum pulang?" Bingung Limario melirik jam yang sudah hampir menunjukkan pukul 12 tengah malam.
"Bisa kamu menghantar aku pulang? Tadi aku kesini sama taksi"
"Tapi aku harus kerumah sakit sekarang. Chaeyoung butuh aku" ujar Limario.
"Bukannya Chaeyoung sudah pergi sama mobil kamu?" Ujar Jennie.
"Eoh, benar juga ya" Limario menghela nafasnya dengan kasar. Dia harus segera kerumah sakit karena tadi Yeri menelfonnya dan mengatakan kalau Chaeyoung membutuhkannya saat ini.
Ding dong~
Limario berganjak kearah pintu dan membukanya "Hyung?"
"Apa Jennie ada?" Tanya Jisoo tanpa basa basi.
"Dia didalam" ujar Limario.
"Jisoo? Kamu ngapain kesini?" Jennie ikut menghampiri mereka bersama Jihan disampingnya.
"Daddy kamu bilang kalau kamu belum pulang makanya aku mencari kamu kesini" jelas Jisoo.
"Hyung kok tahu alamat mansion aku?" Bingung Limario.
"Chaeyoung pernah bilang sama gue" sahut Jisoo.
"Cowok ini siapa?" Bingung Jihan.
"Jisoo, tunangannya Jennie" sahut Jisoo.
"Ouh, jadi kamu yang mengambil Jennie Eonnie dari Oppa aku huh!?" Kesal Jihan.
"Jihan" tegur Limario.
"Apa? Aku benar bukan! Gara gara dia, Oppa terpaksa menikah sama Chaeyoung!" Balas Jihan.
"Oppa tidak terpaksa menikah sama Chaeyoung! Itu keinginan Opa sama Oma bahkan Oppa sendiri yang menyetujuinya! Dan tolong panggil Eonnie karena dia lebih tua dari kamu. Hormat sama dia!" Tegas Limario.
"Aku tidak peduli. Mendingan Oppa ceraikan dia dan menikah sama Jennie Eonnie. Biarkan saja dia bersama cowok ini" sahut Jihan menunjuk Jisoo.
"Heh tuyul! Omongannya dijaga ya. Apa kamu fikir Chaeyoung itu barang yang bisa dibuang seenaknya saja? Dan kalau pun Oppa kamu cerai sama Chaeyoung, dia tetap tidak akan bisa bersama Jennie karena Jennie milik aku!" Sambar Jisoo menatap Jihan dengan tajam.
"Enak saja aku dipanggil tuyul!" Kesal Jihan.
"Memang itu kenyataannya bukan?" Santai Jisoo.
"Cukup Jisoo! Jangan seenaknya saja sama Jihan. Dia sudah aku anggap seperti adek aku sendiri!" Jennie memarahi Jisoo.
"Aku tidak peduli. Aku juga sudah menganggap Chaeyoung seperti adek aku sendiri jadi kalau tuyul jadi jadian ini menyakiti Chaeyoung, aku tidak akan tinggal diam!" Balas Jisoo serius. Jihan pula sudah melotot gara gara dipanggil tuyul.
"Hyung" panggil Limario "Bisa hantarkan aku kerumah sakit? Chaeyoung butuh aku saat ini" pintanya.
"Chaeyoung kenapa?" Khawatir Jisoo.
"Pasien yang dirawat oleh Chaeyoung baru saja meninggal dan keluarga pasien malah menyalahkan Chaeyoung" jelas Limario.
Jisoo menghembuskan nafasnya dengan kasar "Ayo kerumah sakit" dia beralih menatap Jennie "Dan kamu ikut sama aku juga"
"A-"
"Tidak ada bantahan!" Potong Jisoo ketika Jennie ingin memprotes.
Mereka akhirnya berganjak memasuki mobil Jisoo dan meninggalkan Jihan sendirian dimansion.
*
Chaeyoung saat ini lagi melamun dibangku taman rumah sakit. Angin malam yang dingin sama sekali tidak dipedulikan olehnya. Dia merasa bersalah. Ini bukan pertama kalinya dia gagal menyelamatkan seseorang namun ketika keluarga pasien menyalahkan dirinya, dia pasti akan ikut merasa bersalah.
"Chaeyoung-ah" Limario menghampiri Chaeyoung. Dia memakaikan jas yang dipakainya kebadan Chaeyoung agar istrinya itu tidak merasa kedinginan.
"Aku pembunuh" dengan tatapan kosongnya Chaeyoung mengeluarkan kalimat itu.
"Tidak Chae. Kamu bukan pembunuh" ujar Limario menyandarkan kepala Chaeyoung didadanya.
"A-aku gagal. Aku Dokter yang gagal" racau Chaeyoung.
"Shhh tenang Chae. Kamu harus ingat kalau Dokter juga manusia biasa. Kamu sudah berusaha yang terbaik bukan? Jangan menyalahkan diri kamu sendiri atas apa yang terjadi. Semuanya sudah menjadi takdir"
Limario terus mengelus kepala Chaeyoung dengan mengatakan kalimat kalimat yang bisa menenangkan Chaeyoung. Dia tahu kalau saat ini istrinya itu hanya merasa terpukul atas apa yang terjadi.
"Terima kasih Lim. Aku merasa sedikit tenang" ujar Chaeyoung menatap Limario dengan tulusnya.
Limario ikut menatap Chaeyoung namun baru saja beberapa detik, dia mengalihkan pandangannya. Tolong, dia tidak kuat ketika menatap wajah sang istri yang terus membuatkan hatinya berdegup dengan kencang. Apa ini namanya cinta? Jika benar, apa dia memang sepenuhnya sudah melupakan Jennie?
"Erm kita pulang sekarang ya" ujar Limario canggung.
Chaeyoung terkekeh kecil "Arreosso. Ayo pulang"
Setelah itu, mereka langsung kembali pulang kemansion dengan Limario yang menyetir mobil.
Tidak butuh waktu yang lama, mereka tiba dimansion. Rasa kantuk juga sudah menghampiri mereka dan sepertinya kasur mereka juga seakan memanggil.
"Jihan? Kenapa belum tidur?" Tanya Limario menatap Jihan yang berada diruang tamu itu.
"Aku menunggu Oppa pulang" sahut Jihan lalu bangkit dari duduknya "Aku hanya takut cewek ini membawa Oppa pergi jauh dari aku" lanjutnya menatap Chaeyoung dengan sinis.
"Jihan, aku tidak tahu apa kesalahan yang sudah aku lakukan kepada kamu tapi kalau aku memang melakukan kesalahan, aku minta maaf. Apa kamu tidak bisa menerima aku sebagai kakak ipar kamu?" Ujar Chaeyoung yang sudah capek sama tingkah Jihan.
"Aku bisa memaafkan kamu tapi ada satu syarat" ujar Jihan.
"Apa syaratnya?" Tanya Chaeyoung.
"Tinggalkan Oppa aku agar dia bisa menikah sama Jennie Eonnie"
"Jihan!" Marah Limario.
Chaeyoung menghembuskan nafasnya dengan kasar bagi menenangkan dirinya "Maaf, aku tidak bisa" setelah itu, dia langsung berganjak pergi kekamarnya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender ✅
FanfictionPernikahan yang terjadi secara tiba tiba membuatkan Limario membenci Chaeyoung namun akhirnya dia menyerah ketika cinta mula menghampiri namun dia 'terlambat' Chaelim📌 Fanfiction 📌 Fiksi📌