-16-

890 154 54
                                        

Suasana masih menjadi hening setelah Limario melontarkan permintaan maafnya itu.

Chaeyoung seakan kaget ketika mendengar kata maaf dari sosok kaku yang sudah menjadi suaminya. Apa ini mimpi? Ah, mungkin juga si.

"Kepala kamu kebentur sesuatu?" Limario sontak melepaskan pelukannya ketika mendengar pertanyaan dari Chaeyoung.

"Ah, apa mungkin kamu kesurupan?" Lanjut Chaeyoung melotot "Astaga, aku harus ngapain? Bagaimana caranya untuk mengusir setan?"

Takk

Limario menyentil dahi Chaeyoung "Saya tidak kebentur atau kesurupan. Saya baik baik saja"

Chaeyoung memasang wajah plongo "Tapi tumben kamu minta maaf? Aku fikir kata maaf tidak akan pernah terlontar dari bibir kamu" ujarnya sedikit sinis.

"Terserah kamu mau mikir apaan. Yang pasti, saya sudah tulus meminta maaf sama kamu"

Chaeyoung terkekeh kecil "Arreosso, aku maafkan. Tapi janji jangan cuek sama aku lagi ya"

Limario mengusap tengkuk belakangnya "Saya memang cuek sama orang baru. Saya harap kamu bisa mengerti"

"Tidak apa apa, aku akan berusaha membuatkan kamu merasa nyaman sama aku" ujar Chaeyoung diangguki oleh Limario "Ngomong ngomong, kamu sudah makan malam?"

"Sudah. Sekarang saya mau mandi" sahut Limario lalu dia berganjak kekamar mandi.

Chaeyoung pula langsung mengambil piyama yang akan dipakai oleh suaminya itu.

*

Pukul 1 pagi, Limario terbangun dari tidurnya. Dia melirik kesamping dan terlihatlah wajah imut sang istri dengan pipi gembulnya itu. Kenapa baru sekarang dia sadar kalau istrinya itu menggemaskan?

"Sepertinya aku harus berusaha membuka hati aku untuk Chaeyoung. Aku harus menjadikan dia istri aku yang seutuhnya" batin Limario.

"Chaeyoung-ah" perlahan lahan dia membangunkan Chaeyoung.

"Eungh waeyo?" Tanya Chaeyoung menggeliat kecil.

"Kita perlu bicara"

Chaeyoung melirik jam dinakas "Astaga Lim, ini sudah jam 1 pagi. Kenapa tidak bicara besok saja?"

"Masalah ini harus diselesaikan dengan segera"

"Baiklah baiklah. Apa yang ingin kamu bicarakan?"

"Saya butuh kepastian dari kamu. Apa kamu benar mencintai saya dan menganggap saya sebagai suami kamu?"

"Pertanyaan apaan itu? Sudah jelas aku memang mencintai kamu bukan? Aku juga menganggap kamu sebagai suami aku. Kalau aku tidak mencintai kamu, sudah dari dulu aku pergi tinggalin kamu" jujur Chaeyoung.

"Apa kamu sudah siap untuk menjadi istri saya sepenuhnya?"

Chaeyoung menelan ludahnya dengan kasar. Dia mengerti arti dari pertanyaan itu. Sedetik kemudian dia mengangguk "Aku juga ingin menjalankan kewajiban aku sebagai istri"

"Baiklah" Limario mendekati Chaeyoung dan tersenyum lembut membuatkan Chaeyoung terpaku karena ini pertama kalinya dia melihat senyuman sang suami.

"Are you sure?" Tanya Limario memeluk Chaeyoung.

Chaeyoung melingkarkan tangannya dileher Limario "I'm sure" bisiknya.














*

Pagi harinya, Chaeyoung menyiapkan sarapan dengan senyuman yang tidak pernah hilang dibibirnya. Dia bahagia karena Limario sudah menerima dirinya sepenuhnya dan sekarang saatnya untuk dia berusaha membuatkan Limario mencintai dirinya.

"Morning" sapa Limario menghampiri Chaeyoung.

"Morning too" sahut Chaeyoung menghidangkan makanan yang dimasak olehnya.

"Dimana Jihan?" Tanya Limario.

"Aku tidak tahu. Aku tidak berani untuk membangunkan dia" jujur Chaeyoung.

Limario mendengus "Dia memang sulit untuk menerima orang baru. Abaikan saja dia"

Chaeyoung mengangguk lalu mereka mula menikmati sarapan bersama.

Beberapa menit kemudian, Jihan keluar dari kamarnya lalu berganjak kearah pintu mansion.

"Jihan" panggil Limario.

"Wae?" Cuek Julia menghentikan langkahnya.

"Mau kemana?"

"Keluar"

"Sarapan dulu"

Jihan menatap Chaeyoung sekilas "Tidak" dengan segera dia berganjak pergi dari sana.

"Jangan pedulikan dia" ujar Limario menggenggam satu tangan Chaeyoung.

"Ngomong ngomong, kapan mobil aku bisa keluar dari bengkel?"

"Nanti sore pihak bengkel akan menghantarkan mobil kamu kesini"

"Ah, sepertinya pagi ini aku harus mencari taksi lagi" keluh Chaeyoung.

"Kita berangkat bersama saja"

"Kamu serius Lim? Kalau Jennie Eonnie tahu gimana?"

"Biar saya saja yang uruskan soal itu. Habiskan sarapan kamu"

Chaeyoung mengangguk patuh dan kembali melanjutkan sarapannya. Tidak bisa dipungkiri kalau dia merasa senang karena sikap Limario perlahan berubah menjadi hangat.

*

Setibanya dirumah sakit, mereka dikagetkan dengan sosok Jennie yang sudah menunggu kedatangan Limario di parkiran mobil.

Limario menelan ludahnya dengan kasar ketika melihat raut wajah Jennie yang datar itu. Sepertinya yeoja itu sudah marah.

"Waahhh kalian datang bersama!" Heboh Jisoo yang memang datang bersama Jennie. 

Chaeyoung hanya tersenyum. Dia sama sekali tidak merasa takut sama tatapan tajam yang sudah dilontarkan oleh Jennie.

"Kenapa bisa datang bersama?" Tanya Jennie serius.

"Mobil aku rusak jadi aku datang bersama Lim saja" jujur Chaeyoung.

"Kamu bisa memesan taksi saja bukan? Kenapa kamu harus merepotkan Limario?" Sarkas Jennie.

"Kenapa Eonnie harus marah? Limario bukan pacar Eonnie" santai Chaeyoung.

"Jen" panggil Limario "Setelah kamu putusin aku, orang tua aku menjodohkan aku sama Chaeyoung. Dan itu juga permintaan terakhir Oma sama Opa aku"

"Tidak mungkin!" Sangkal Jennie.

Limario menghela nafasnya dengan kasar "Jennie-ah, maafin aku karena tidak jujur sama kamu tapi sebenarnya aku sama Chaeyoung sudah menikah hampir 1 bulan"

Deg

Bukan hanya Jennie yang kaget namun Chaeyoung ikutan kaget. Chaeyoung tidak pernah berfikir kalau Limario akan jujur sama Jennie dengan segera tapi sekarang sepertinya saatnya sudah tiba.

























Ini terlalu menggemaskan 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini terlalu menggemaskan 😭





Tekan
   👇

Surrender ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang