Cewek dengan sweater hitam itu terus menggosokkan tangannya, mengingat suhu dingin yang terus menusuk tangan yang tak berbalut apa-apa.
Ia sedang menunggu bus untuk menjemputnya guna pergi ke sekolah. Sungguh sangat sepi sekali di halte bus ini. Namun, itu sudah biasa baginya.
Matanya tak pernah melewatkan apapun yang melintasi jalanan. Termasuk motor yang baru saja berhenti tepat di hadapannya.
Zyra mendapati seseorang yang sekarang tengah membuka helmnya. "Hai, boleh tanya nggak?" kata cowok itu.
Merasa dirinya ditanya Zyra melepaskan earphone yang sedari tadi dipakai. "Kenapa?" tanya Zyra.
"Lo tau dimana SMA Garuda?" ucap cowok itu, lalu netranya melihat baju yang di kenakan Zyra.
"Kayaknya lo tau deh, soalnya seragam kita sama kan (?)" lanjutnya sambil tersenyum.
"Ya." balas Zyra dengan ogah-ogahan, dia punya feeling kalau cowok ini harus di jauhi.
"Singkat bener sih." gerutu cowok itu dan tentunya masih di dengar Zyra.
"Gue sebenarnya nggak tau dimana letak sekolahnya. Gimana kalau lo ikut gue, nanti lo tinggal tunjukin jalannya?" ajak cowok itu.
Zyra yang mendengar hal tersebut jelas menolak secara mentah-mentah. "Nggak mau, lo siapa? Gue nggak kenal."
"Yaudah, ayo kenalan. Biar lo tau," sambil menjulurkan tangannya. Tetapi Zyra tak menyambut tangan itu dan berkata sebaliknya.
"Nggak, terimakasih. Mendingan, sekarang lo enyah dari situ kalau nggak mau terlindas benda yang ada di belakang!"
Seketika cowok itu langsung menengok kearah belakang, benar saja ada bus yang melaju ke arahnya. Buru-buru dia menyingkir dari tempat itu.
Zyra langsung masuk begitu sebuah bus berhenti didepannya, dan tidak menghiraukan cowok yang barusan bertanya.
"Shit, malah ditinggalin." umpat cowok tersebut, yang kemudian melajukan motornya untuk mengikuti bus yang ditumpangi Zyra.
Saat mengetahui jika ada motor yang mengikutinya, dalam hati Zyra berkata. 'Oh beneran nggak tau sekolahnya ya...'
Setelah sampai disekolah Zyra segera turun dan ingin cepat-cepat pergi ke kelasnya. Tapi belum lama dia berjalan, seseorang memanggilnya.
"Oooii tungguin dong!" suara yang familiar, dan ketika Zyra menoleh kebelakang ternyata cowok.itu.lagi.
"Lo kenapa ninggalin gue sih?" tanyanya yang sekarang sudah di samping Zyra.
"Yang penting lo udah tau kan?" tanya Zyra balik. Cowok itu mengangguk, kemudian kembali mendesah kesal.
"Ya iya sih—ahh tapi kan lo tetep ninggal gue, untung gue masih bisa ngikutin bus lo,"
"Itu sih derita lo, bukan gue." ucap Zyra dengan pedas.
Cowok itu mematung sebentar. Bukannya merasa tersinggung atau marah. Ia tersenyum dan semakin mengejar Zyra yang sudah berada jauh di depannya.
"Ketus banget sih jadi cewek." ledeknya.
"Bukan urusan lo!" jawab Zyra sambil menahan emosi. Dia tidak habis pikir, kenapa dia harus bertemu dengan orang seperti ini sih.
Perasaan dari kemarin Zyra tidak melakukan pamali semacamnya. Kenapa dia harus bertemu dengan cowok gila, dan menjadi sial begini?
"Ish jangan galak-galak nape, cewek kalau galak-galak nanti jadi———"
Entah apa lanjutan yang di ucapkan cowok itu, Zyra langsung menaikan volume di earphone-nya, agar bisa meredam ocehan-ocehan tak jelas dari orang yang di sampingnya.
Kaki Zyra terus berjalan, hingga sampailah didepan kelas. Cowok itu pun masih setia disampingnya.
"Ngapain lo ngikutin gue sih?" tanya Zyra.
Kemudian cowok itu membungkuk ke arah wajah Zyra, dan melepaskan earphone yang sedang di gunakan. Lalu ia membisikkan sesuatu.
"Karena kita jodoh!" bisiknya di telinga Zyra.
Mendengar itu Zyra memalingkan mukanya dan menggosokan tangan ke telinganya beberapakali.
Adegan tak terduga selanjutnya adalah menendang betis cowok yang di depannya.
"Sinting! nggak usah ngaco! Balikin earphone gue!" maki Zyra, lalu langsung pergi ke dalam kelas tanpa menghiraukan rintihan kesakitan yang berasal dari cowok itu. Tak lupa juga dia mengambil earphone yang sedari tadi sudah di ambil.
"Kasar banget sih lo!" teriak cowok itu.
"Oh atau jangan-jangan...lo salting ya? iyakan lo salting?" lanjutnya yang sekarang sudah duduk di bangku sebelah Zyra.
"Jawab dulu kek, gue berasa jadi makhluk tak kasat mata tau." dengus cowok itu.
"Ngapain duduk disitu?" sekian kalinya Zyra bertanya bukan menjawab.
"Bukan di jawab malah balik tanya, kebiasaan." cibir cowok itu dan Zyra mendelik.
Merasa di tatap Zyra dengan tajam cowok itu mengalah. "Iya-iya deh, kan udah gue bilang kalo lo dan gue itu jodoh."
Zyra mendengus kesal, dan memilih mengacuhkannya demi tidak menimbulkan keributan. Tapi kalau begini rasanya Zyra ingin menimbulkan keributan.
"Dasar gila! Terserah lo deh!" dengan nada tinggi Zyra berucap. Dia memutuskan pembicaraan yang sangat amat tidak penting.
***