06. Cerita Jorok

7 5 0
                                    

"Lo kenapa muka kayak papan triplek gitu?" tanya Mahen saat melihat muka sohibnya amat kusut nan datar.

"Huaaa peka banget si lo Hen," tangis Yohan sambil memeluk Mahen.

"Heh jangan peluk-peluk gue, gue nggak suka batangan kayak lo ya!" risih Mahen yang tak mau di peluk Yohan.

Gevan menaikan alisnya, "Berarti kalo bukan Yohan lo mau sama cowok lainnya?"

Perkataan itu membuat Brayn tersedak air liurnya. "Lo gay ? gue nggak mau deket-deket sama lo."

"Bangsyaattt lo Bra! ya nggak lah! gue masih suka cewek." umpat Mahen yang tak terima.

Gevan dan Yohan tertawa bersama, mendengar itu. Namun tawa Yohan memudar kembali.

"Woi nggak ada yang mau tanya gue lagi apa? Bra lo kok cuekin gue sih!" kesal Yohan yang tak di tanyakan.

"Sekali lagi lo panggil gue ‘Bra’ gue bakalan tonjok lo!" kini Brayn ikut kesal.

Yohan menjawab, "Terus gue harus panggil apa? ‘Yan’ gitu? ntar malah Yanto yang nyahut!"

"Kenapa manggil gue Han?" tanya Yanto yang sedang lewat.

"Dia nggak manggil lo." timpal Gevan, lalu diangguki Yanto dan pergi.

"Tuh kan gue bilang apa! Denger kan bocahnya. Emang lo pasnya di panggil ‘Bra’ iya kan?" celetuk Yohan.

"Lo kira gue kutang berjalan gitu di panggil Bra?" emosi Brayn dengan malu.

"Hahahaha anjir ngakak sumpah gue dengernya." Mahen tertawa di ikuti Gevan yang menyetujuinya.

Dengan sebal Brayn menjawab, "Ya ‘Brayn’ gitu kek, yang lengkap. Setidaknya nggak ambigu!"

"Ck iya deh ribet amat jadi cowok, kayak cewek aja!" balas Yohan.

Setelahnya hening melanda. Lagi-lagi Yohan kesal. "Nggak ada yang tanya gue lagi!?"

"Alay lo dah, udah cepetan tinggal ngomong doang apa susahnya." celetuk Mahen.

Yohan meringis mendengar itu, kemudian mulai bercerita. "Lo pada tau Maudy kan?"

Semuanya menggeleng kecuali Gevan. "Nggak tau lah, baru aja pindah kemarin."

"Namanya Maudy, cewe lonet yang suka bully orang. Terus yang paling parah, Yohan suka sama dia, tapi nggak pernah di gubris." Mahen menimpali dengan tatapan mengejek ke arah Yohan.

"Plus montok dan membahana hehehe," lanjut Yohan kesenengan.

"Pikiran lo jorok sumpah." jijik Brayn melihat temannya itu.

"Terus apa hubungannya dengan muka kusut lo?" tanya Gevan kepada Yohan.

Yohan dengan lesu mengatakan, "Nah itu masalahnya, kemarin Maudy chat gue. Terus gue udah geer duluan."

"Emang Maudy chat lo apaan?" kata Mahen penasaran.

"Dia chat gue cuma tanya-tanya tentang dia!" Yohan menunjuk Gevan.

Gevan heran, sambil menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa gue?"

"Yang artinya pasti Maudy suka sama lo! bukan gue hue~" histeris Yohan.

Gevan, Mahen, dan Brayn berdecak sebal saat mengetahuinya.

"Hadeh, cewek lain juga ada. Tuh siska kelas sebelah juga montok dan membahana. Terus ada Farah, Zora, Dela, Caca— akh cewek mah banyak bro!" ucap Mahen panjang lebar.

Yohan menggeleng. "Dih mereka mah nggak se-hot Maudy!"

"Apa sih hot-hotan, tinggal di bakar pilihan cewek lo, nanti juga hot." sela Gevan dengan ngaco.

"Eh lo emang ga punya tipe ya! Cewek itu—" setelahnya Yohan benar-benar membahas tentang hal yang paling tidak penting. Dan berujung bercerita jorok (menurut Zyra)

Dengan emosi Zyra menghampiri meja para cowok yang sedang bergosip ria.

"Bisa lebih tenang sedikit nggak? gue nggak bisa belajar!" marah Zyra yang merasa terganggu.

Sudah dari tadi Zyra mencoba fokus untuk belajar, dia ingin mempunyai nilai yang sempurna di ulangan hariannya nanti. Tapi karena cowok-cowok didepannya ini, ia jadi tak bisa fokus belajar.

"E-eh bisa kok bisa. Maaf, tadi kelepasan." Panik Yohan, yang menyenggol tubuh di dekatnya. Gevan yang merasakan itu hanya mengangkat bahunya.

'Akh Gevan sialan, gue harus gimana?'  gerutu Yohan di dalam hati.

Sungguh Yohan takut dengan cewek didekatnya itu. Dia bahkan tak berani menatapnya. Huhu Nona itu sungguh menyeramkan.

"Bagus." Ucap Zyra lalu kembali ketempat duduknya. Yohan menghela nafasnya, lega rasanya.

"Lo sih pake teriak segala, jadi ngamok kan." bisik Gevan sambil melirik kearah Zyra.

"Ya habisnya gue kesel, masa Maudy suka sama lo sih. Noh gue jadi teriak." balas Yohan yang sedikit tak terima.

"Dih itu mah gara-gara lo cerita jorok, lo nya aja yang jadi teriak-teriak kayak janda kegirangan." Sinis Brayn dan di angguki Mahen.

Gevan memutar malas bola matanya. "Gue nggak akan suka sama tu cewek, nggak usah khawatir."

"B-beneran?" tanya Yohan antusias.

Gevan mengangguk, kemudian langsung berdiri dan duduk di samping Zyra.

"YEY LO EMANG YANG TERBAIK GEV, NGGAK KAYAK DUA KUNYUK ITU." girang Yohan sambil menunjuk ke arah Brayn dan Mahen.

"Serah lo!" jawab Mahen dan Brayn lalu meninggalkan Yohan yang sedang berjoget tak jelas.

Zyra yang tak nyaman kembali menatap  tajam Yohan. "Eh maaf, maaf Ra. Gue keluar yak biar lo nggak berisik." ucap Yohan lalu ngacir pergi dari kelas.

"Mampus." kekeh Gevan melihat Yohan.

Zyra beralih menatap Gevan. "Lo kalo mau disini, jangan ganggu ataupun berisik."

"Nggak akan, gue cuma duduk disini. Mau ikut belajar juga." balas Gevan sambil tersenyum manis.

"Hm." hanya deheman yang keluar. Selanjutnya Zyra fokus belajar kembali.

Tapi tidak dengan Gevan, cowok itu malah menatap lekat Zyra yang sedang belajar, beberapa kali dia melihat bibir Zyra yang berkomat-kamit sedang menghafalkan rumus-rumus. Mukanya saat ini sangat tenang.

Kalo begini, dirinya jadi tak fokus belajar, karena bolak-balik matanya mencuri pandang kearah Zyra.

Sesuatu yang berdegup kencang ingin meledak di sana, dirinya juga tidak bisa menahan senyumannya untuk tidak tersungging keatas.

Sensasi apa ini?

***

Not Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang