08. Queen Bully

4 5 0
                                    

Pantulan cermin memperlihatkan muka yang amat datar. Maniknya turun ke arah baju yang basah karena jus tadi. Hidungnya kini ikutan perih perihal jus juga. Dengan kesal Zyra membersihkan bajunya.

Dua menit sebelum kejadian.

Tiga cewek modis—berlebihan, mendekat ke arah meja yang di duduki Zyra dan keempat cowok—Gevan, Yohan, Mahen, Brayn.

Zyra masih fokus menghabiskan makanan yang ada di depannya, tanpa menghiraukan kehadiran cewek yang kini disampingnya.

"Hai, lo Gevan kan?" tanya cewek yang bertagname kan ‘Aurelia Maudy’ .

Gevan yang disapa menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

"Gue Maudy, salam kenal." sambil menjulurkan tangannya.

"Salam kenal." singkat Gevan yang tak menyambut tangan Maudy.

Pakaian yang sangat ketat dan pendek memperjelas lekukan tubuhnya. Tak lupa riasan yang berlebihan. Kemudian yang membuat Gevan tak nyaman adalah bau parfum yang begitu menyengat. Bahkan Mahen dan Brayn menyingkir dari tempat itu, karena mual mencium parfum, yah kecuali Yohan yang masih setia di tempat memandang sang Ratu Bully—Maudy.

Zyra menutup hidungnya rapat-rapat. Untung makanannya sudah habis, kalau tidak dia akan menyantap makanan disertai bau parfum yang begitu menyengat. Ugh sungguh tak enak.

Maudy yang tak mendapat sambutan, ataupun perhatian dari Gevan agak kesal sekaligus malu, apa lagi ada cewek yang sedari tadi menghiraukan keberadaannya.

'Ni cewek culun songong banget sih, nggak tau gue apa?' batin Maudy.

"Eh lo bisa pergi nggak? gue mau duduk juga!" perintah Maudy tak ramah ke arah Zyra, yang posisinya kini sedang meminum jus melon.

Maudy yang tak sabaran akan jawaban dari Zyra, mendorong bahunya yang menyebabkan jus melonnya masuk ke hidung dan tumpah begitu saja.

Tak!

Zyra meletakkan gelasnya dengan kasar, beberapa orang di dekatnya berjengit kaget. Bahkan Maudy sampai menjauhkan tubuhnya.

"Sialan lo!" geram Zyra. Hidungnya saat ini sangat perih. Walupun tak seberapa tapi tetap saja perih, ditambah seragamnya yang basah. Sungguh dirinya sangat kesal!

"Apa lo bilang tadi!?" Teriak Maudy, membuat beberapa orang memperhatikan kearahnya.

Zyra berdiri tepat di hadapan muka Maudy yang penuh denga riasan tebal, seperti tante-tante girang. Menjijikkan!

"Lo sialan!" lirih Zyra, yang sudah dipastikan muka Maudy kini merah padam.

"Nggak lo suruh gue juga akan pergi. Mengingat gue mau muntah mencium aroma parfum berlebihan punya lo!" lanjut Zyra berbisik lalu meninggalkan tempat itu.

Awalnya Zyra tidak mau berurusan dengan orang seperti Maudy ini. Karena orang seperti itu merepotkan baginya. Tapi, kalau sudah sampai menyebabkan hidungnya kemasukan jus, dan bajunya basah, Zyra jelas marah dan kesal.

Persetan dengan ratu bully, jika Zyra menyinggung perasaan Maudy. Toh dirinya juga sama-sama manusia yang makan nasi. Untuk apa di takuti. Dia lebih takut kalau nilainya tidak sempurna.

Bisik-bisik dari orang-orang di kantin pun tak luput dari pendengarannya. Bodo amat jika nantinya dirinya di bully.

"Kenapa lo lakuin itu?" ucap Gevan dingin. Entah mengapa moodnya kini buruk, dia juga kesal melihat tindakan Maudy tadi.

"Gue kan cuman mau duduk disamping lo. Lagian cewek cupu itu aja yang ngedrama!"

"Duduk tinggal duduk, banyak kursi yang kosong tuh." jawab Gevan dengan ketus.

"Lalu, lain kali hati-hati!" setelah mengucapkan itu, Gevan lenyap dari pandangan Maudy.

"Sabar, itu salahnya cewek cupu tadi." hardik Dira.

"Lo tinggal kasih pelajaran aja sama tuh cewek nggak tau diri." imbuh Emy.

Maudy pun mengangguk setuju ke arah kedua temannya. Awas saja, dirinya akan memberikan pelajaran.

"Kita cabut girls." ajak Maudy.

"Eh lo mau kemana?" Yohan yang akhirnya membuka suara.

"Ya pergi lah, Gevan juga udah nggak disini."

Muka Yohan langsung menciut dan lemas saat Maudy pergi dan meninggalkannya seorang diri. Poor Yohan.

Disisi lain Zyra sudah selesai membersihkan bajunya. Hanya saja kini bajunya tambah basah.

'Dasar Maudy sialan.' umpatnya di dalam hati.

Cklek pintu toilet terbuka, dan menampakkan cowok yang tengah di hadapannya.

"Apa? Mau apa?" ucap Zyra tanpa basa-basi.

Gevan mentap muka Zyra, lalu turun ke arah baju Zyra yang basah. Seketika dirinya langsung memalingkan muka ke arah lain.

"Pakai," menyodorkan sebuah hoodie miliknya.

"Nggak terimakasih, gue bawa sweater." tolak Zyra, lalu berjalan meninggalkan Gevan.

Gevan menahan lengan Zyra. "Tunggu!"

"Apa lagi sih?" kesal Zyra.

"Please, pake sebelum lo balik ke kelas."

Zyra mendengus, dan membalas. "Mau pake atau nggak, nantinya gue pake sweater milik gue sendiri."

"Daleman lo keliatan! lo mau berjalan begitu aja saat kondisi lo begitu?" tegas Gevan sambil menahan rasa malunya. Mukanya kini terasa panas, bahkan telinganya juga ikut merasakan.

"C-cabul! Cowok mesum!" gagap Zyra, lalu menutupi dadanya menggunakan tangannya.

Kini Gevan juga gelagapan, sungguh dia tidak sengaja melihatnya. Dengan buru-buru Gevan menyodorkan hoodie miliknya, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Zyra yang mematung.

Rasanya dia ingin hilang saja dari bumi!

***

Not Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang