18. Pesan Singkat

3 2 0
                                    

Hatinya mulai membaik, tidak. Semuanya membaik seperti semula. Perasaannya sangat lega.

Akhirnya pesannya sudah di baca dan di balas.

Nona Misterius >.<
| Gw baik² aja
| Gw di rmh
| Trmksh untk kmrn, lalu hps ft gw di hp lo

Hanya terdapat pesan singkat, dan mirisnya melihat pesan itu jantungnya berdebar-debar. Tapi kejadian kemarin lah yang paling mendebarkan.

Soal menghapus foto-foto, Gevan rasa dia tak akan sanggup. Dia bahkan diam-diam untuk mengambil beberapa foto Zyra. Eh tapi kenapa cewek itu tau ya?

Apa dia ketahuan? Hm entahlah.

"Dia kenapa senyum-senyum kayak orgil," bisik Yohan ke Brayn.

"Kata Yohan, lo kayak orgil." adu Brayn kepada Gevan.

Yohan berdecak sebal, "Yeu cepu banget lo!"

"Salah sapa tanya gue, tanya orangnya noh di depan elo," sinis Brayn.

"Emang gue gila, gila karenanya~" gumam-gumam tak jelas Gevan.

Mahen mengintip isi ponsel Gevan, ah ternyata hanya berisi pesan-pesan singkat yang menyakitkan—baginya sih. "Tadi lemes banget di kelas. Giliran dapat pesan singkat aja langsung berbinar-binar."

"Iya sakit nih mata gue, muka lo terlalu terang," Yohan menambahkan kalimat Mahen.

"Sirik aja lo berdua, Brayn aja biasa aja tuh nggak lebay," cibir Gevan kepada kedua temannya.

"Eh—lo kenapa?" tanya Gevan.

"Muka lo emang menyilaukan!" Brayn menimpali.

Wah, apakah muka Gevan ini berlebihan. Seperti terlalu senang mendapat dampak buruk untuk ketiga temannya.

"Yaudah gue pergi dulu, biar lo pada nggak kesilauan." Setelah mengatakan itu, Gevan ngacir pergi meninggalkan ketiga temannya di kantin.

Bruk!

Tak sengaja bahunya menyenggol seseorang. "Eh so—rry," ucapnya setelah mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Gue nggak sengaja sorry," ucap Gevan yang terkesan buru-buru ingin pergi.

"E-em i-iya nggak papa kok," balas seseorang itu dengan malu-malu.

Sekali lagi Gevan menunduk kepalanya sekilas, dan langsung pergi dari hadapan Maudy.

"T-tunggu, Gevan! Gevan!" Maudy hendak mencegah cowok itu untuk pergi.

Tapi semuanya terlambat, Gevan benar-benar sudah melesat jauh entah kemana.

"Kayaknya dia nggak suka," celetuk Dira.

"Maksud lo apa?" dengan gaya yang tak suka Maudy menjawab itu.

Emy menepuk pundak Maudy. "Lo nggak tau? kayaknya dia udah punya cewek."

"P-punya cewek? siapa cewek sialan itu!" marah Maudy.

Kemudian Emy menunjukkan sebuah postingan dari Gevan. Foto itu menunjukkan seseorang yang tengah ingin mengambil permen kapas dari Gevan.

*
gevan_o

[foto]
gevan_o nice dream.
❤️ 7.084 suka
komentar di nonaktifkan

*

Dalam hati, Maudy sungguh sangat penasaran. Siapa cewek yang berani merebut Gevan-nya.

Wow Gevan-nya?

'Permen kapas sialan! gue nggak bisa liat mukanya gara-gara ketutupan!' dengan kesal Maudy ingin membanting ponsel itu.

"Eh eh jangan banting hp gue!" jerit Emy saat melihat ponselnya yang ingin dibanting.

"Lagian lo aneh, crush sendiri masa nggak ikutin semua akun medsosnya." ucap Dira yang mendapati pelototan dari Maudy.

"Diam, gue lagi marah ya!" hardik Maudy dengan muka memerah seperti terbakar.

Emy dan Dira pun seketika terdiam, bahaya kalau ada yang melawan Maudy dalam keadaan yang seperti ini.

***

Bel terakhir sekolah berbunyi, saatnya bagi para murid pulang kerumahnya masing-masing.

Hujan tak sepenuhnya reda, genangan air yang membuat jalanan becek, membuat banyak orang yang mendesah sebal karena itu.

Terkecuali seseorang cowok yang sudah melejitkan motornya dan pergi dari area sekolah. Tak butuh waktu lama untuk ketempat pertama yang akan dia tuju.

Gevan memberhentikan motornya, lalu mampir ke minimarket yang ada di pinggiran jalan.

Saat, dirinya tengah memilah barang mana yang akan dia beli. Seseorang menarik-narik bajunya.

"Halo," anak kecil menyapanya.

Gevan terkejut, hah dirinya kaget. Dia kira ada penampakan tuyul kecil. Tapi mana ada tuyul yang berambut kan?

"Kenapa kamu disini?" tanya Gevan celingukan.

"Menemani bunda belbelanja." jawab anak itu sambil tersenyum.

"Mana bundamu hm?" interogasi Gevan.

"Alvaro..." wanita dengan barang belanjaannya mendekati mereka.

"Itu bunda hehehe," tunjuk Varo kearah wanita itu.

"Ya ampun Al, kamu ini jangan suka pergi sendiri. Gimana kalau nanti ada yang culik hm? Nggak takut?" omel wanita itu.

"Oh, kamu siapa?" lanjut wanita itu bertanya.

"Nama saya Gevan tante, saya—" Gevan mengenalkan dirinya.

Varo memotong ucapan itu, "Dia kakak yang menolong Valo di pasal malem waktu itu."

Mendengar itu Gevan hanya tersenyum canggung.

"Ah, jadi kamu. Terimakasih ya sudah bersama Varo. Saya tidak tau kalau dia tidak bersama kamu. Soalnya dia anak yang suka jalan-jalan sendiri." tutur wanita itu.

Gevan hanya mengangguk. "Tidak masalah kok tante,"

"Baiklah, kalau gitu saya permisi dulu. Ayo Al bunda sudah selesai."

Setelah berbincang-bincang dengan kedua orang itu, Gevan terdiam sebentar. Otaknya agak eror sebentar. Dia barusan melihat siapa sih?

"Gue kesini mau beli apa ya?" bingung Gevan yang tersadar dari lamunannya.

Selain eror otak Gevan juga sudah jompo.

***

Not Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang