Malam itu ketukan pintu dari arah luar membangunkan dirinya. Hawa dingin menusuk kakinya begitu menyentuh lantai.
"Azyra buka pintunya...Dinda...Adinda buka pintunya." Lelaki itu tergeletak dilantai sambil terus mengetuk-ngetuk pintu rumahnya sendiri.
Begitu pintu terbuka, Zyra terkejut ayahnya tergelak seperti orang mabuk. "Ayah..." tangannya langsung membantu ayahnya berdiri untuk membawanya ke arah sofa yang paling dekat.
Bau alkohol semerbak di hidung Zyra. Ada apa dengan ayahnya? tidak biasa dia seperti ini, oh tidak! memang tidak pernah sekalipun.
"Adinda maafkan aku, kembali kepadaku ku mohon hik.." racau Yuda sambil memandangi wajah Zyra.
"Ayah, ini Zyra bukan—Adinda...ini bukan bunda."
Yuda terdiam sebentar, antara sadar dan tidak sadar. "Zyra ya..? oh iya putriku." Yuda mengangkat tangan ke arah Zyra.
Mata Zyra sudah tertutup rapat takut di pukul namun, dugaan dia salah. Yuda menariknya ke dalam pelukannya, dan mengelus pucuk kepala anaknya. Tubuh Zyra tertegun namun lama-kelamaan dia merasa nyaman. Deru nafasnya memburu, rasanya ingin menangis. Dia tidak pernah di peluk sehangat ini oleh ayahnya. "Putriku.... maafkan aku....maafkan aku. Ayah minta maaf."
Air mata Zyra mengalir deras, ayahnya berkata dengan lembut, apakah dia senang atau sedih? keduanya mungkin.
"Adinda, aku melihat Dinda... tadi," racaunya lagi, memanggil-manggil mantan istrinya yang sudah bertahun-tahun menghilang dan menceraikannya.
"Azyra, Adinda...kalian berdua mirip. Itu menyiksaku..." setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Yuda.
Zyra awalnya ingin berbicara namun dia terdiam ketika ayahnya mulai meracau lagi, yang tidak jelas.
"Adinda maaf, aku tidak becus...aku tidak terima kenapa kau bersama lelaki itu..."
"Adinda...anakmu mirip sekali dengan mu hik..."
"Dia mirip dengan mu, membuat aku tersiksa. Kau wanita kejam, kenapa meninggalkan ku...aku salah...aku yang tidak becus...maaf...maaf... kembalilah...hik..."
Perlahan suara itu hilang, elusan di kepala Zyra tak terasa lagi. Pelukannya kian mengendur. Zyra menatap ayahnya yang tertidur, menatapnya dengan lekat. Satu hal yang tidak pernah tau. Ayahnya...masih mencintai bundanya, yaitu Adinda. Bertahun-tahun lamanya, tak pernah sekalipun Zyra mendengar sepatah pun tentang ibunya dari mulut Yuda. Sejak saat perceraian itu, Yuda yang sikapnya pendiam menjadi jauh pediam. Bahkan dia juga lebih dingin, kasar, dan tentunya tidak peduli apapun termasuk ke dirinya. Namun kali ini, Zyra bisa merasakan hati Yuda sesungguhnya.
Pria berumur 39 tahun itu tanpa sadar mengutarakan hatinya sendiri, dia merasa tertekan selama ini. Namun, karena ke egoisnya sendiri, dia hanya bisa melampiaskan ke putrinya yang tak tau apa-apapun. Itu adalah keluarga satu-satunya yang tersisa, yaitu Zyra.
Sekilas cerita yang tidak pernah di ketahui Zyra. Yuda hidup di lingkungan yang membuatnya tertekan. Kedua orang tuanya menuntut menjadi sempurna. Hidup di keluarga kaya tidak membuat dia senang jika dirinya terus menerus di kekang dan di beri kekerasan untuk menuntut menjadikannya sebagai pria sempurna. Sampai di umur 18 tahun pria itu di jodohkan dengan seseorang perempuan bernama Adinda. Jika Adinda perempuan ramah, Yuda adalah lelaki pendiam, jika Adinda lembut, Yuda kasar, jika Adinda pemaaf, Yuda lah pendendam dan kaku. Semua sifat itu tergantung faktor yang di alami keduanya di lingkup keluarga. Mereka berdua jelas dibesarkan di keluarga yang jauh berbeda.
Singkat cerita mereka berdua menikah setelah perjodohan itu, dan dua tahun setelahnya di karuniai anak yaitu seorang Fersylia Azyra. Terbilang muda menjadi seorang orang tua di umur mereka yang baru menginjak 20 tahun. Hingga timbulnya permasalahan rumah tangga sering muncul, pertengkaran seringkali terjadi. Yuda yang tidak bisa berpikir dingin sering kali main tangan dengan Adinda. Perempuan itu hanya bisa menangis, dan sering halnya meninggalkan Zyra yang masih kecil guna menangkan dirinya sendiri. Hingga suatu hari Yuda memergoki Adinda dengan pria lain. Yuda marah, dia seperti orang kesetanan bermain kasar lagi dengan Adinda. Tentu saja Adinda tidak bodoh dan hanya menerima kekasaran itu dalam diam, dia kabur dan memilih ke dalam pelukan pria lain yang tentunya bisa memberikan kehangatan dan kelembutan.
Di umur 23 tahun Yuda dan Adinda resmi berpisah. Yuda mengambil hak asuh anaknya, dengan paksa. Adinda yang masih terbilang muda juga membiarkan begitu saja tanpa memikirkan akibatnya kedepannya. Selang beberapa hari Yuda mendengar kabar bahwa kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, dia semakin depresi. Dia tidak mempunyai siapa-siapa lagi kecuali anak kecil yang masih berumur 3 tahun itu. Semua orang meninggalkan, Adinda... Kedua orang tuanya. Amarah, kesal, sedih, putus asa terpendam menjadi satu dan dia dengan bodohnya malah melampiaskan itu ke anaknya. Kekerasan selalu terjadi kepada Zyra dari kecil hingga besar. Tanpa di sadari Yuda menjadi seseorang yang meniru orang tuanya dulu, menuntut anaknya menjadi sempurna dan Zyra tidak memenuhi keinginannya dia akan menghukum dengan kekerasan. Sungguh cerita yang malang, jika kembali diungkit.
Sekarang Yuda hanya bisa menyesal, dia baru menyadari bahwa dia mencintai Adinda. Hanya perempuan itu yang memberinya kehangatan, namun dialah yang mengacaukan semuanya, Yuda membalasnya dengan kekasaran. Dia menyesalinya, namun itulah akibatnya. Pria itu terlalu kaku dan pendiam. Waktu tidak bisa di putar kembali, dia hanya mabuk-mabukan di hari ini, melihat Adinda bersama keluarga barunya membuat hatinya sakit. Namun dia harus bagaimana? dia hanya bisa menata hidupnya lagi dan memulai dengan awal agar tidak membuat Zyra pergi juga, seperti Adinda meninggalkannya.
***