Setelah itu Gevan benar-benar tidak pernah menganggu Zyra, bahkan dia pindah tempat duduk, dan meminta bertukar dengan murid lainnya.
Gevan pengecut! dia malah dengan mudahnya menghindar seolah-olah perkataan yang pernah diucapkan itu tidak pernah ada. Katanya dia akan samping Zyra terus apapun yang terjadi, namun akhirnya dia menjauh. Tapi itu yang dinginkan Zyra kan? Jadi dia tidak salah!
Hey Gevan, katanya jatuh cinta tapi kenapa tidak di perjuangkan dan dinyatakan secara langsung? dasar pengecut! pengecut! pengecut! cowok pengecut!
"Aaarrrghh" Gevan mengerang kesal, karena dari tadi itu yang muncul di benaknya. Dia meringkuk di kamar, tak nafsu berbuat apapun. Bahkan dia menjadi lebih pendiam dari biasanya.
Kriettt... pintu terbuka menampakkan wajah lembut, yang sebentar lagi memasuki genap memasuki umur 40 tahun namun masih tetap cantik saja.
"Van...mama masuk ya?" ucapnya dengan lembut.
Gevan kaget, dan menoleh kearahnya. "Eh mama," ucapnya dengan wajah tersenyum agak di paksakan.
Linda duduk di sampingnya dan mengelus lengan anak nya. "Kamu sakit ya? dari kemarin kamu nggak pernah turun berkumpul bersama, mama perhatiin kamu juga pendiam sekarang."
"Kamu ada masalah ya?" lanjutnya kemudian jeda sebentar. "Gevan, kamu sekarang sudah besar ya..."
Tiba-tiba ucapan Linda menyayat hati Gevan. Nadanya tampak sedih, dan menitikkan air mata.
"Eh..." Gevan gelagapan dan langsung menyeka air mata wanita di depannya. "Mama kenapa menangis? nggak boleh lho apa lagi karena Gevan."
"Mama sedih tau, kamu terlihat memiliki sesuatu yang membuat kamu tertekan tapi mama sendiri nggak bisa bantu dan nggak tau apapun. Gevan juga sekarang jarang banget cerita sama mama, kamu memang sudah besar, kamu sepertinya sudah mampu menanggung sendiri, mama tidak di butuhkan lagi sepertinya..."
Raut Gevan menjadi sedih lantaran Linda mengatakan itu. "Itu semua nggak benar, mama nggak boleh ngomong kayak gitu."
Gevan langsung memeluk Linda. "Sampai kapan pun Gevan membutuhkan mama, dan papa juga. Gevan nggak bisa apa-apa tanpa kalian berdua."
Gevan menghela nafas. "Maaf, kalau Gevan malah membuat mama kepikiran, Gevan baik-baik aja kok."
Linda mengangguk dan menatap anak laki-lakinya. "Kalau kamu membutuhkan sesuatu bilang saja ke mama, tidak usah di tahan Gev...mama tau kamu—ah..mama seperti cerewet ya, mama.... egois ya."
Gelengan terlihat, dan Gevan menatap lembut. "Ma... lihat Gevan. Apakah Gevan sudah besar sekarang?" ucapnya tiba-tiba.
Linda terkekeh kecut. "Kamu sudah berumur 19 tahun, sudah besar, tapi belum menjamin kamu sudah dewasa...kamu masih tetap anak kecil di mata mama."
Senyuman mengembang dari wajah Gevan. "Gevan—" dia terhenti.
"Ya nak? katakan saja mama bakalan dengerin kamu kok."
Pipi cowok itu bersemu merah, bimbang mau bercerita atau tidak, namun akhirnya dia bercerita. Tentang apa yang dia rasakan sekarang, gundah gulana di hatinya tercurah kan kepada Linda begitu saja.
"Oohh itu jatuh cinta namanya." Linda terkikik geli dan menggoda anaknya.
"Emang boleh?" polos Gevan di sambut kekehan Linda. "Siapa bilang nggak boleh? Haaahh kamu bener-bener udah besar ya."
Gevan tersenyum malu-malu. Cowok itu selalu terbuka dengan mamanya. "Nak dengar, kalau kamu suka katakanlah jangan lari seperti sekarang. Nanti nyesel lho."
"Gevan juga tau, tapi Gevan terlalu pengecut dan nggak berani, karena... dia sedang marah sama Gevan bahkan dia nggak mau lihat Gevan lagi."
"Kamu sih, pasti selalu gangguin dia ya?"
Gevan terdiam saat Linda mengatakan itu. "Sepertinya begitu..."
"Jangan terlalu lama-lama marahnya, nanti keburu sama orang lain." kekeh Linda menggoda.
"Nggak ya, nggak mungkin.... dan nggak boleh hehehe." cengiran cowok itu.
"Astaga Gevan." Linda mencubit lengan itu.
"Aduh.. aduh.. ampun, iya deh tadi cuma bercanda. Gevan nggak boleh egois, tapi juga nggak mau menyerah."
"Bagus, bagus, itu baru anak mama." Kemudian Gevan tersenyum.
"Kalau begitu siapa cewek yang kamu suka hm?"
Jantung Gevan berdegup kencang, saat di tanya itu. Dia kembali membayangkan Zyra. "Mmmm kalau itu...rahasia."
"Oh jadi begitu main rahasia-rahasiaan."
"Nanti mama juga bakalan tau kok, Gevan berniat...serius, kalau setelah lulus sekolah Gevan akan melamarnya!"
Mata Linda melotot. "Ya Tuhan, anakku sudah besar!" dia berteriak sambil memeluk Gevan.
"Ada apa Ma?" kedua orang muncul dari balik pintu, itu Fariz dan Nana.
"Pah..anak mu mau kawinin anak orang!"
"APAAAA????!!!!" kaget Fariz sedangkan Nana yang polos hanya menatap tidak paham.
"Ughhh," Gevan meringis dan menutup wajahnya menggunakan bantal, dia malu.
***