03. Aura Kesialan

13 5 0
                                    

Semua murid di sekolah berhamburan keluar pergi ke rumah masing-masing. Awan semakin menghitam, buru-buru Zyra berjalan ke arah halte bus agar sampai dirumah tentunya.

Ttss.. ttss.. zrashh... bersamaan dengan turunnya hujan yang sangat deras, sebuah motor terhenti di halte bus dimana Zyra berada. Seseorang cowok turun kemudian melangkah ke arah dimana Zyra terduduk.

"Udah lama?" tanya Gevan.

"Belum." jawab Zyra seadanya.

Ya, cowok itu adalah Gevan. Seperti dugaan Zyra. Sial sekali sih.

Kenapa cowok itu berhenti di halte bus ? Entahlah Zyra tak tau dan tak mau tau.

Tak ada percakapan lagi setelahnya. Keduanya sama-sama terdiam. Zyra duduk menikmati derasnya suara hujan, dengan mata terpejam dia mencium aroma khas hujan yang membuat dirinya tenang.

Hati Gevan menghangat ketika melihat wajah Zyra yang tenang. Bibirnya tanpa sadar tersungging keatas. Ah apakah itu wajah polos Zyra?

Zyra membuka mata. "Liatin apa lo senyam-senyum?" tuduh Zyra.

Jantung Gevan berdegup kencang, dia merasa di pergoki mencuri sesuatu. Padahal kenyataannya, hanya sedang memandangi wajah Zyra.

"E-nggak kok, siapa yang senyum-senyum." elaknya.

"Dasar tukang bohong." lirih Zyra yang masih bisa didengar Gevan.

"Heh sembarangan, gue itu selalu jujur." bantah Gevan dengan percaya diri.

Zyra menggerutu pelan. "Dih jujur apanya?"

Meski Gevan tak mendengar apa yang Zyra ucapkan barusan, dia masih bisa melihat bibir Zyra yang berkomat-kamit. "Apa lo hilang barusan?"

"Pikir sendiri." cuek Zyra.

"Lo nggak percaya kalo gue—" belum sampai melanjutkan kalimatnya, Zyra sudah terlebih dahulu memotong pembicaraannya.

"Nggak, pertama ketemu aja udah bohong cih." decih Zyra.

"Itu demi kebaikan lo!" balas Gevan tak kalah sengit.

Zyra melengos dan bergumam, "Apanya yang kebaikan coba?"

Kemudian Gevan tersenyum jahil. "Tubuh kecil gitu, pasti gampang di culik. Gue baik, jadi gue samperin. Lo nggak takut di culik om-om cabul?"

Dari pada mendengarkan ocehan Gevan yang tak berguna, Zyra melangkah dan segera masuk kedalam bus yang baru saja datang.

"Heh lo mau pergi sekarang?" sambil menahan pundak Zyra dan raut wajah Zyra langsung masam.

Sebelum Zyra benar-benar masuk kedalam bus Gevan membisikkan kata-kata yang membuat Zyra semakin yakin bahwa cowok aneh ini gila.

"Bye jodoh, ketemu besok lagi ya." bisiknya dengan suara yang berat.

'Cowok gila!' maki Zyra didalam hati.

***

Dirinya mengurungkan niatnya ketika ingat bahwa payung yang selalu ia bawa ternyata sudah patah, akibat menyentuh punggungnya kemarin.

Apakah Zyra memiliki kekuatan super sehingga payung yang menyentuh dirinya patah? Jawabannya jelas tidak!

Payungnya saja yang sangat rapuh. Tunggu, berarti punggung Zyra kuat kan? Sepertinya lain kali Zyra harus membeli payung lagi.

Kini tanpa payung, Zyra berjalan kaki menerobos hujan yang terus mengguyur dirinya. Tak apa, jarak dia turun dari halte bus kerumahnya tidak jauh kok.

Hingga akhirnya kakinya terhenti didepan bangunan yang cukup besar. Itu adalah rumahnya.

"Astaga kamu kenapa hujan-hujanan?" kata seseorang yang sekarang memayungi Zyra.

Jika diperhatikan, Zyra rasa dia tak pernah bertemu dengan orang itu disekitar sini.

"Kamu nggak pa-pa kan?" tanya wanita itu lagi.

Dari kejauhan ada seseorang yang mendekat, netranya melihat dua orang yang tengah berbincang, sepertinya.

Ckit!

Motornya berhenti, mampu membuat kedua wanita di depannya itu menoleh kearahnya.

"Mama?— Loh lo bisa disini?" heran Gevan setelah melihat penampilan Zyra yang acak-acakan.

"Kamu tau dia ya Van?" ucap wanita itu.

Gevan menganggukan kepalanya. "Dia... jodoh Gevan Ma hahaha..."

Sontak Zyra langsung melotot, apa-apaan Gevan ini.

"Ih kamu bercanda mulu ya." kata wanita yang disebut Gevan sebagai ‘mama’ nya.

***

Menurutnya kesialan tak pernah absen di dihidupkannya. Tapi kalau dibandingkan hari ini, menurut Zyra lebih sial.

Apakah dia mempunyai aura kesialan?

Nyatanya fakta yang tak bisa dihindari kali ini adalah seseorang yang bernama Gevan, sekarang ini sudah resmi menjadi tetangga rumahnya.

Sial!

Zyra tak habis pikir. Dari sekian banyaknya manusia kenapa harus Gevan yang tinggal di samping rumahnya?

Kenapa? Kenapa?

'Karena kita jodoh.' 
'kita jodoh'.
'jodoh'
'jodoh'

Tunggu. Kenapa malah ucapan dari cowok gila itu terlintas di pikirannya sih?

Zyra langsung menggelengkan kepalanya. Munculnya pikiran itu pasti karena efek terlalu berendam di air. Dia harus segera keluar dari air itu!

Di depan cermin Zyra melihat punggungnya Zyra meringis ketika tangannya menyentuh punggung yang berwarna kebiruan. Ah pantas saja nyeri, seharusnya kemarin malam ia—

Drtzz.. Zyra tertoleh ketika ponselnya bergetar, siapa sih yang mengirimi pesan?

+62 858 **** ****
| Hey, jangan lupa datang ya
| Ini Gevan jodohmu~

Sementara disisi lain, seseorang tak berhenti menatap ponselnya. Ting! buru-buru Gevan menekan tombol notifikasi yang baru saja muncul.

Nona Misterius >.<
| Ya.
| Satu lgi jgn klaim gw jd jodoh lo.

Senyumannya semakin mengembang, setelah Zyra membalas pesan dari dirinya. Menurutnya Zyra itu memiliki daya tarik sendiri.

Omong-omong Gevan mendapatkan nomor Zyra bukan karena dia memintanya. Dia mendapatkan nomornya itu di grup kelas. Ya kali Gevan meminta nomor kepada Zyra, yang ada malah menerima pelototan tajam.

***

Not Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang