15. Kencan

3 2 0
                                    

Tok Tok Tok ketukan pintu terus berbunyi. Membuat Zyra yang harus beranjak dari tempatnya.

"Iya sebentar." ucapnya sambil membuka pintu rumahnya.

"Kena—ngapain?" seketika nada Zyra berubah menjadi tak bersahabat.

"Hai," sapa Gevan dengan tersenyum lebar

"Ayo buruan," ajaknya tiba-tiba yang membuat Zyra kebingungan.

Alisnya terangkat sebelah, "Hah ngapain?" heran Zyra.

"Lo nggak baca pesan dari gue ya?" dengan lesu Gevan berkata seperti itu.

Zyra segera merogoh ponsel di saku celananya, dan benar saja. Saat dia mengeceknya terdapat pesan Gevan yang belum dia baca.

"Hp gue di silent, jadi... ya nggak tau." ucap Zyra sambil mengangkat kedua bahunya.

"Pantesan," dumel Gevan. "Yaudah buruan siap-siap." lanjutnya.

"Nggak, malem-malem ngapain coba?" tolak Zyra mentah-mentah. Lagi pula dia tidak minat pergi bersama Gevan.

"Kencan!" canda orang di depan Zyra.

Zyra memutar bola matanya dengan malas, kemudian hendak menutup pintu rumahnya.

"Eh tunggu," Gevan menahan pintu dengan tangannya.

"Gue bercanda elah, gue mau ajak lo jalan-jalan ke pasar malem—emm sebagai permintaan maaf gue kemarin." jelas Gevan dengan serius.

Kepala Zyra menggeleng keras, "Nggak nggak, lo nggak tau? ini udah malem, gue mau belajar aja, sono pulang."

"Ah, kalo siang namanya pasar siang bukan malem, sekalian tuh pasar minggu bareng emak- emak!" desah Gevan kecewa.

"Ayo lah, sekali aja." mohon Gevan lalu membungkuk berkali-kali.

"Eh eh Lo ngapain sih bungkuk, bungkuk segala," ucap Zyra tak enak.

"Yaudah ayo, udah ganteng-ganteng gini masa di anggurin sih." Gevan mencebikkan bibirnya.

Mata Zyra memandang Gevan dengan jijik, "Kepedean."

Melihat itu Gevan terkekeh geli, melihat muka Zyra.

Ya walaupun sebenarnya Gevan memang tampan, tapi Zyra tetap saja tidak mau mengakuinya. Lebih tepatnya malas dan tidak berniat mengakui kalau Gevan tampan. Bisa-bisa cowok itu makin besar kepala.

***

Lampu-lampu yang berjejer menerangi kegelapan jalan raya. Untuk pertama kalinya, Zyra melihat pemandangan malam yang—tak terlalu buruk baginya.

Udara yang segar. Zyra menghirup dalam-dalam udara itu.

Yah, tidak buruk sekali-kali pergi keluar dari rumahnya. Entahlah, dia tak tau bagaimana bisa dia menerima tawaran Gevan tadi. Mungkin otaknya sudah mengepul, karena belajar yang tidak ada hentinya.

"Gimana?" tanya Gevan mengenai pendapat Zyra di malam hari.

"Nggak terlalu buruk," balas Zyra jujur. "Banyak juga sampah berkeliaran."

Gevan terkikik di balik helmnya, ucapan Zyra memang terkesan nyeleneh dan agak menyakitkan bagi orang yang tak biasa.

Tapi bagi Gevan perkataan itu hanya sebatas angin yang berhembus halus di telinganya. Dia sudah biasa kok dengan kata-kata seperti itu.

Gevan terus melajukan motornya, hingga sampailah di tempat yang akan mereka tuju.

"Sampai, ayo turun."

Not Alone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang